Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

(Masih) Belajar Memahami Konteks

18 Mei 2020   17:15 Diperbarui: 23 Mei 2020   18:28 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak yang selamat sendiri menjadi sasaran kebencian setidaknya karena dua hal. Satu, korban yang meninggal bukan hanya ayah sang anak seorang tapi juga sebagian penonton di gedung bioskop. 

Dua, anak yang oleh ayahnya dimaksudkan ikut menjadi korban justru malah ditolong oleh petugas dan tentu saja selamat. Jadi, mau nggak mau, anak yang sebenernya nggak tau apa-apa itu jadi sasaran kebencian, bukan hanya oleh para pengunjung bioskop yang selamat dan kerabatnya, tapi juga nyaris semua orang mengetahui kejadian tersebut, meski hanya lewat media.

Ngomong-ngomong soal korban yang selamat atau istilah simpelnya penyintas saya jadi inget kalau pernah diceritain tentang editor yang protes karena puisi berjudul survive atau survivor saya lupa, diterjemahin jadi sintas atau penyintas beberapa tahun lalu, tahun di mana istilah sintas belum sepopuler sekarang.

Bicara soal konteks emang nggak ada abisnya kalau emang nggak mau diabisin. Salah satu yang paling sering nongol adalah kata sosialisasi. Menurut KBBI, sosialisasi, salah satunya, berarti upaya memasyarakatkan sesuatu hingga menjadi dikenal atau dipahami.

Kalau kita kira sosialisasi bisa diterjemakan jadi socialize atau socialization, rasanya kita perlu buka kamus lagi. Socialize dalam bahasa sono berarti berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau mengajarkan orang agar bisa berperilaku sesuai dengan norma yang diterima. Melihat definisi yang nggak nyambung, mau nggak mau kita mesti kreatif biar kata sosialisasi bisa dipahami orang sono.

Untuk menerjemahkan kata sosialisasi, kita bisa pake kata-kata share atau disseminate information about... atau kurang lebih berarti menyebarkan informasi tentang.. Meski terkesan ribet, cara itu bikin orang sono lebih ngeh dengan istilah yang dipake atau bahasa sononya beterima.

Ngomong-ngomong soal berterima, kadang kita juga harus mengalihbahasakan kata memasak kue menjadi make atau bake a cake karena secara umum, meski rang luar tau kalau cook a cake itu berarti bikin kue istilah cook a cake kurang lazim dipake di tempat mereka.

Soal lazim tidak lazim, terkadang, kita juga perlu ngeliat dari sisi konteks juga. Nggak usah jauh-jauh, meskipun bagi pegiat bahasa, penggunanaan awalan di bisa bikin gatel, kadang kita mesti berdamai sama orang yang masih nulis dipasar karena sejatinya untuk sebagian orang itu nggak penting dan nggak ngefek-efek amat sama kehidupan orang lain. Di sisi lain, kita juga bisa memahami orang yang riweh mengoreksi penggunaan kata depan "di" ini.

Toh di luar negeri sono, penggunaan istilah yang belum tepat juga masih berceceran. Contohnya adalah penggunaan kata written notice dan some people. 

Tanpa perlu pakek kata written, notice sebenernya udah berarti pernyataan atau pemberitahuan yang ditulis atau dicetak. Menariknya meski udah cukup gamblang, kamus kolokasi masih tetap mengakomodasi istilah written notice.

Some people dan written notice sejatinya mirip. Tanpa perlu pakek kata some yang berarti sebagian, people dari sononya udah berarti sebagian orang. Menariknya, buat nyampein kata semua orang, kita bisa pakek istilah all people.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun