Ya kali kaga papa kalok yang wajahnya mirip aktor ma aktris yang cakep siape gitu (balik ke diskriminatif lagi kan saya).
Delusi fregoli terjadi karena hormon dopamin (hormon yang berperan sebagai pengantar stimulus pada otak dan hormon yang memicu perasaan positif) tersekresi secara berlebihan. Sekresi berlebihan tersebut terjadi, salah satunya, karena ada bagian otak kita yang mengalami cedera misalnya.
Di sinilah yang otomatis bikin para dokter bedah saraf di serial ini keder, terutama Kuroiwa (yang wajahnya dikenali pasien dari foto bingkai duduk yang ditunjukkan perawat yang ikut mendampingi dokter Miyama dan Kozukue saat sedang mewawancarai pasien). Terlebih Kuroiwa sama sekali belum pernah melihat wujud pasien yang bersangkutan.
Energi dua dokter tadi makin menggelora lantaran saat sebelumnya dua dokter tadi menjadi sasaran seksisme Kuroiwa yang menganggap Kozukue kurang pantas masuk departemen bedah saraf karena belum piawai sebagai dokter bedah. Miyama sempat ikut panas karena kata "perempuan" sempat di bawa-bawa.
Pada episode kedua ini, para ahli bedah syaraf bukan cuma menangani kasus delusi fregoli doang, tapi juga kasus pasien yang sudah sejak lama tidak bisa berdandan lantaran tiap kali batang lipstik atau spons bedah menyentuh kulit, pasien langsung mengerang kesakitan layaknya tertusuk jarum.Â
Tapi anehnya, karena ceritanya yang runtut, saya seolah lupa istilah seperti tentorial meningioma atau Trigeminal neuraglia sempat bikin saya bingung sejenak. Ngomong-ngomong, semua gambar yang nongol di mari dicomot dari serialnya, kecuali yang bukan #eh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H