Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Blue Bloods," Cerita Keluarga Polisi Reagan

4 Februari 2020   16:36 Diperbarui: 10 Februari 2020   12:14 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan makan bersama khas keluarga Reagan--theseriesregulars.com

Blue Bloods mungkin bukan Vikings yang sekarang lagi naik daun atau Star Trek: Picard yang tiap episodenya mungkin sedang dinanti penggemar Star Trek dari berbagai generasi. Blue Blood sekilas cuma serial polisi biasa yang entah kenapa bisa awet seenggaknya hingga sepuluh musim, sampai sekarang.

Blue Bloods terbilang biasa karena serial polisi-polisian bisa dibilang bejibun banyaknya di Amrik sana. Mulai dari NYPD Blue, SWAT, CSI, NCIS, atau mungkin yang cukup baru Stumptown. Semuanya bercerita tentang bagaimana polisi atau detektif atau agen federal nangkep penjahat.

Blue Bloods juga sama. Masing-masing tokoh utama Blue Bloods harus berjibaku dengan orang-orang yang punya masalah hukum, meski kesemuanya nggak selalu penjahat. Saya bilang masing-masing, karena tokoh utama Blue Bloods bukan cuma satu tapi empat, dan seringnya punya kasus sendiri-sendiri. Seringnya lagi, kasus-kasus tersebut nggak berhubungan satu sama lain. Itulah sebabnya, seenggaknya buat saya, pada awalnya, saya rada kurang tertarik sama Blue Bloods.

Gimana bisa satu serial yang tiap episode-nya berdurasi antara 43-48 menit (kalau tanpa jeda iklan) bisa mengemas tiga kasus sekaligus? Ternyata memang bisa dan menarik-menarik aja karena ceritanya ngalir, meski terkadang, dari segi kedalaman cerita, nggak selalu semenegangkan cerita pada serial polisi-polisian yang udah disebutkan sebelumnya, apalagi serial polisi-polisian yang bersambung. Itu teorinya.

Prakteknya, Blue Blood punya keseruan tersendiri yang terkadang belum tentu bisa dinikmati serial-serial tadi, karena sejak awal, seperti apa yang disampaikan lewat judulnya, Blue Bloods menceritakan kasus-kasus yang mesti dihadapi minimal tiga dari empat anggota keluarga Reagan yang bisa dibilang semuanya adalah penegak hukum.

Keluarga Reagan terdiri dari, Frank Reagan (dimainin Tom Selleck) seorang komisaris polisi,  putra Frank Danny Reagan (diperanin om Donnie Wahlberg yang di mari kondang dengan boyband New Kids on the Block) ,detektif dari unit major crime,  adik Danny, Erin Reagan (dimainin ma tante Bridget Moynahan yang maen di pelm John Wick) Asisten Jaksa Wilayah (Assistant  District Attorney), dan adik Erin, Jamie Reagan (Will Estes) tak lain adalah seorang (sersan) polisi patroli (beat cop).    

Meskipun tiga dari empat anggota keluarga Reagan bisa dibilang adalah polisi, melihat posisi dan tugas mereka, rasanya masuk akal kalau keempatnya nggak selalu bertemu dalam kasus yang sama. Mungkin kalau ketemunya di tiga atau empat episode dalam satu musim masih wajar. Kalau emang nanganin kasus yang sama, terkadang salah dua dari mereka mesti bersinggungan saat di satu frame, tapi kalau tiap episode ketemu untuk nanganin satu kasus yang sama, kesannya nggak natural.

Boleh dibilang, Danny yang paling sering ketemu Erin, mengingat posisinya sebagai detektif. Danny paling sering manfaatin adiknya buat minta surat izin penggeledahan atau warrant bahasa kerennya. Hanya saja untuk ngedapetin warrant, nggak segampang ngedapetin kacang goreng. Biar bisa dapetin warrant, seorang polisi harus punya dasar yang cukup (probable cause), entah itu kulit tersangka yang tertinggal di kuku korban, cat mobil pelaku yang menempel di mobil korban, atau hasil obrolan korban dengan tersangka yang emang terdokumentasi (dari hasil penyadapan, misalnya)

Artinya, tanpa bukti yang jelas, meskipun dari logika mana pun, misalnya dalam kasus peneroran, katakanlah siapa pun bisa menduga, termasuk penonton dan Danny Reagan, bahwa pelaku yang meneror korban, kemungkinan besar adalah orang yang sebelumnya juga menganiaya korban, selama korban tidak bisa mengenali peneror atau ciri khas peneror, tidak satupun asisten jaksa akan mau memberikan surat izin penggeledahan, kecuali siapa pun yang meminta dan memberi surat penggeledahan tersebut bersedia dituntut balik atas dasar melakukan penggeledahan tanpa dasar.

Meskipun paham dengan penjelasan itu Danny Reagan tetep doyan maksa. Begitulah sifat dasar Danny Reagan, detektif yang lebih sering mengandalkan intuisi, nggak sabaran, dan terkesan reaktif meski bukan tanpa alasan yang jelas. Melihat bagaimana teror pelaku membuat korban merasa tertekan, otomatis siapa pun akan merasa iba. Terlebih, jika nggak segera diamankan, bukan tidak mungkin pelaku bukan cuma bisa meneror atau  menganiaya korban, tapi malah lebih parah lagi. Di sisi lain, polisi mana pun juga tahu, seorang polisi nggak akan bisa mengambil tindakan sebelum pelaku terbukti melakukan aksi.

Bahkan, meskipun bukti terlihat jelas sekalipun, katakanlah polisi melihat ruam atau memar di tubuh korban, kalau korban tidak bersedia melapor atau tidak mengaku telah melapor, penegak hukum mana pun, termasuk polisi patroli, tidak berhak ngomporin korban, dalam bentuk apa pun, untuk melaporkan kejahatan yang dilakukan pelaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun