Hawks bisa mendapatkan pemain muda cukup banyak dari draft karena mereka bersedia menampung pemain-pemain bergaji (ke)mahal(an) seperti Chandler Parsons (yang lebih sering cedera), Allen Crabbe (yang akurasi tembakan tiga angkanya tidak konsisten) atau Evan Turner (yang jago bertahan tapi nggak bisa nembak).
Atlanta Hawks bisa menampung gaji para pemain tadi bukan tanpa sebab. Kebetulan salary cap tahun ini ada pada kisaran 109 juta dolar. Kebetulan karena kebanyakan diisi pemain muda (dan senior), gaji para rookie Hawks belum terlalu besar. Gaji Trae Young dkk berkisar kurang lebih hanya 42 juta dolar. Â Ditambah gaji pemain yang dianggap kemahalan, praktis Hawks hanya menggaji seluruh pemainnya musim ini sebesar 105 juta dolar.
 Walaupun terkesan murah hati karena Hawks bersedia mengontrak Crabbe dan Turner, "pengorbanan" Hawks tidaklah cuma-cuma. Dengan menampung Crabbe, Hawks memang harus mengirimkan salah satu pemain muda terbaiknya Taurean Prince, tapi sebagai ganti, Hawks bukan cuman dapetin Crabbe tapi juga draft putaran kedua yang dimiki Nets.
Dengan memiliki tujuh pemain muda plus tiga pemain yang sama-sama sering dijadikan kambing hitam oleh para fans ketika bermain di tim lama, Hawks dinilai sebagai tim paling berbakat sekaligus agak diragukan kiprahnya musim ini.
Alasannya sederhana, pengamat NBA bukan hanya meragukan para pemain muda Hawks, tapi juga para "pemeran pendukung" yang memperkuat Hawks musim ini. Kebetulan Hawks juga diperkuat Jabari Parker yang meski sempat dinilai pantas bersanding dengan Giannis di Bucks, Sayang, selepas cedera, penampilannya terus menurun. Bahkan meski dikenal sebagai pemain ofensif yang bagus, Parker lebih sering dicadangkan ketika bermain bagi Chicago Bulls karena mudah dilewati pemain lawan.
Keraguan pengamat nggak sampe di situ aja. Hawks juga diperkuat legenda hidup sekaligus pemain tertua yang masih aktif di NBA, Vince Carter. Carter yang di masa jayanya lebih dikenal sebagai tukang "ngedunk", sekarang berevolusi menjadi shooter mengingat faktor kebugaran dan faktor u.
Tidak heran banyak yang meragukan kiprah Hawks musim ini. Hanya saja fakta di atas lapangan berkata lain, meski nggak lain-lain amat. Hawks berhasil mengalahkan Detroit Pistons, San Antonio Spurs, pemimpin klasemen wilayah barat Denver Nuggets, kalah tipis di menit-menit akhir dari (mantan) pemimpin klasemen wilayah timur Philadelphia 76ers, dan sempat bermain ketat ketika berhadapan dengan Portland Trail Blazers sebelum akhirnya kalah di perpanjangan waktu.
Semua hasil itu diperoleh dari kerjasama kompak antara perpaduan pemain muda dan para pemain yang ingin membuktikan bahwa anggapan pengamat  justru memacu mereka untuk tampil lebih baik. Terlebih, Hawks tidak bisa tampil dengan kekuatan terbaik, mengingat sejak pertandingan keempat, Hawks tidak bisa diperkuat John Collins untuk 25 pertandingan ke depan karena tidak lolos tes doping.  Â
Meski begitu mereka tetap tampil solid, dan tahu benar harus bermain seperti apa. Hawks banyak bermain pick and roll, dengan Trae Young sebagai pembawa bola, dan pemain seperti John Collins, Alex Lens, Bruno Fernando, berperan sebagai screener, dinding yang berusaha memisahkan Young dari kawalan pemain lawan. Kombinasi ini bisa efektif karena Lens, Hunter, dan Reddish, Huerter bukan hanya tinggi, tapi juga tangkas. Belum lagi, terutama Kevin Huerter jago nembak dari luar. Sayang meski jago tembak, permainannya kerap tenggelam ketika berhadapan dengan pemain yang mengandalkan pemainan fisik.