Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Wajah Baru Memphis Grizzlies

27 Juli 2019   14:38 Diperbarui: 27 Juli 2019   14:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaren Jackson Jr. Ja Morant, Brandon Clarke (ClutchPoints)

Memphis Grizzlies adalah tim yang menarik. Tujuh tahun lalu mereka nyaris masuk final NBA andai tidak kalah telak dari San Antonio Spurs di final wilayah. Kekalahan yang sebenarnya sama sekali tidak buruk mengingat pada babak sebelumnya, Grizzlies berhasil mengalahkan tim yang dijagokan menjadi juara musim tersebut, Oklahoma City Thunder, yang memiliki rekor menang kalah terbaik di wilayah barat. Kemenangan yang boleh jadi diperdebatkan lantaran Thunder harus bermain tanpa Russell Westbrook yang cedera pada babak sebelumnya ketika bersua Houston Rockets.

Terlepas dari hasil yang didapat Grizzlies atau kadang disebut the Bear, sesuai dengan logo tim, pencapaian mereka pada musim 2012/13 tersebut termasuk luar biasa karena Grizzlies berhasil melaju ke babak final wilayah setelah berhasil melewati hadangan tim yang secara peringkat lebih diunggulkan Los Angeles Clippers.

Keberhasilan Grizzlies bukan cuma itu. Dengan materi tulang punggung yang relatif sama, dua tahun lalu, mereka berhasil mengalahkan Golden State Warriors dua kali. Sebuah prestasi yang langka mengingat pada musim tersebut hanya ada dua tim yang berhasil mengalahkan Warriors lebih dari dua kali, Memphis Grizzlies dan San Antonio Spurs.

Sumber: Grizzlies News
Sumber: Grizzlies News

Bukan kebetulan kalau prestasi tersebut diraih Grizzles dengan cara yang relatif sama, cara yang entah kenapa tidak ditiru oleh tim-tim NBA lainnya, yang justru berlomba-lomba meniru gaya Golden State Warriors. Grizzlies berhasil menang dengan cara bermain keras, ngotot, dan tidak memberi ruang gerak pada pemain terbaik tim lawan, dalam hal ini Kevin Durant dan Serge Ibaka (OKC) dan sekali lagi Durant dan Steph Curry.

Tidak heran, Grizzlies bisa bermain amat defensif mengingat sebagian besar starter mereka pernah masuk dalam all-defensive team. Bahkan Marc Gasol pernah sekali dinobatkan sebagai pemain bertahan NBA, tepatnya saat the Bear masuk final wilayah.

Kunci permainan Grizzlies selama bertahun-tahun memang ada pada para pemain bertahannya. Mereka punya empat starter yang namanya wira-wiri masuk dalam kategori all-defensive team. Entah saat bermain untuk Grizzlies atau saat bermain untuk tim sebelumnya. Untuk kategori kedua tentu saja merujuk pada nama Tayshaun Prince. Prince mendapatkan pendapatkan penghargaan tersebut tahun 2004, saat dirinya membawa Detroit Pistons menjadi juara NBA. Selama memperkuat Grizzlies, raihan poinnya mungkin tidak banyak, pun dengan persentase rataan tiga poinnya. Hanya saja, gaya permainan defensifnya membuat tim-tim lawan kesulitan mencetak angka setiap kali bertemu Grizzlies.

Grizzlies di masa jayanya juga tidak bisa dilepaskan dari nama Tony Allen. Meski posturnya tidak terlalu tinggi dan punya skill yang tergolong biasa, Allen punya tugas mulia di tiap pertandingan. Membuntuti pemain paling berbahaya di setiap tim.  Lebron James, Steph Curry, atau Kevin Durant serasa dikinthili nyamuk ke mana pun mereka bergerak. Karena keuletannya itu, tidak heran, Allen wira-wiri jadi pemain paling disegani di NBA paling tidak hingga lima musim berturut-turut.

Channel FreeDawkins

Peran Marc Gasol juga tidak bisa dilupakan begitu. Kalau tiga musim belakangan Rudy Gobert dikenal sebagai pemain bertahan paling sulit dilewati, tujuh musim sebelumnya predikat itu jatuh pada Marc Gasol. Gasol makin sulit dilewati karena pada saat itu wilayah operasinya hanya ada di bawah jaring. Para big man mulai berevolusi antara dua sampai tiga musim belakangan. Marc Gasol dan Brook Lopez yang boro-boro pernah menembak dari area menembak tiga angka, tiba-tiba jadi penembak jitu dengan akurasi tembakan sedikit di atas rata-rata tidak tertulis NBA, 36%.

Kemampuan Gasol dalam bertahan memang tidak seulet dulu. Faktor usia memang tidak bisa bohong. Hanya saja, sisa-sisa permainan bertahannya masih ada. Salah satunya adalah menggagalkan usaha Steph Curry menguasai bola di pinggir lapangan saat final kemarin.

Channel: Evin Gualberto

Sejauh ini, seingat saya, baru Gasol, alumni generasi emas Grizzlies yang penantiannya terbayar lunas. Baru Gasol yang merebut cincin juara NBA setelah sekian lama.

Membicarakan generasi emas Grizzlies rasanya tidak lengkap tanpa menyebut nama Mike Conley. Conley adalah roh permainan tim. Semangatnya menginspirasi permainan tim. Pergerakannya menerobos pertahanan lawan termasuk salah satu yang terbaik di NBA. Sayang selama setidaknya sebelas musim berkiprah di NBA, belum sekalipun Conley masuk dalam tim all-star. Namanya kalah tenar dari para guard paten wilayah barat. Sebut saja Tony Parker, James Harden, Russell Westbrook, Steph Curry, Klay Thompson, hingga Damian Lillard.  Melihat jatah guard all star tidak lebih dari enam pemain, wajar jika namanya selalu tersingkir dari voting guard terpopuler NBA.

Meskipun namanya tidak tercantum dalam tim all star, bukan berarti perannya tak vital. Cedera Conley dua musim lalu bahkan bukan cuma menghilangkan peluang Grizzlies masuk babak playoff delapan kali beruntun tapi juga melengserkan pelatih David Fizdale dari kursi pelatih. Pelengseran yang sedikit kurang fair lantaran manajemen lebih mendengarkan suara pemain senior seperti Gasol dan Conley.

Pentingnya peran Conley amat bisa dilihat di atas kertas. Sebelum Conley cedera, Grizzlies mantap di kisaran peringkat tujuh sampai delapan NBA musim 2017-18. Begitu Conley cedera, peringkat Grizzlies perlahan tapi pasti turun dan mengalami kekalahan beruntun sebanyak delapan kali.


Tidak heran Grizzlies mengambil langkah taktis untuk meremajakan komposisi Grizzlies. Langkah yang bisa disebut berkah mengingat sebagian besar pemain kunci Grizzlies sudah berusia di atas 31 tahun. Bukan kebetulan juga kalau draft NBA di tahun 2018 dianggap sebagai tahun draft terbaik melihat banyaknya bakat-bakat yang tersedia.

Pentingnya Peran Shooter di Bangku Cadangan Grizzlies 

Apa yang dilakukan manajemen Grizzlies tidak berarti menunjukkan bahwa komposisi pemain yang dimiliki Grizzlies tidak bagus. Saat Conley cedera, Grizzlies diperkuat beberapa nama yang jelas tidak akan kekurangan peminat apabila tidak lagi bermain bagi Grizzlies. Sebut saja Jamychal Green yang menjadi starter saat Grizzlies dua kali mengalahkan Warriors. Adapula nama Tyreke Evans yang memecahkan rekor Mike Miller yang mencetak minimal tiga tembakan tiga angka selama 27 pertandingan beruntun.

Dua shooter paten ini kebetulan lebih sering bermain dari bangku cadangan ketika memperkuat Grizzlies. Hanya saja, Evans sedikit lebih beruntung lebih sering bermain sebagai starter ketika Conley cedera.

Channel: Free Dawkins

Melihat nama para shooter beredar di roster Grizzlies sebenarnya bukan hal yang aneh. Meskipun dikenal sebagai tim bertahan yang kerap membuat tim lawan mencetak angka kurang dari 90 poin tiap pertandingan, Grizzlies tetap harus mencetak angka untuk bisa tetap menang. Itulah tugas lain dari Prince dan Allen. Keduanya ditugaskan untuk memastikan Gasol, Zibo, dan Conley lebih leluasa mencetak 15 sampai 18 angka dekat jaring pertahanan lawan.

Tugas mencetak angka di area tiga angka biasanya diserahkan pada pemain-pemain seperti Seth Curry atau Wayne Ellington. Dua nama yang dua musim terakhir dikenal sebagai pemain dengan akurasi tembakan tiga angka terbaik di NBA yang bukan kebetulan diukir ketika sudah tidak lagi bermain bersama Grizzlies.

Jangan lupakan juga peran James Ennis dari bangku cadangan Grizzlies. Permainan bertahannyalah yang memikat Houston Rockets memakai jasa Ennis. Sayang Ennis mengemban tugas berat di Houston. Ennis harus langsung menggantikan peran Trevor Ariza salah satu shooter terbaik NBA yang memutuskan pindah ke Washington Wizard musim lalu.

Meskipun tampil kurang mengilap, penampilan Ennis kembali membaik sejak bermain di tim barunya Philadelphia 76ers.

Beberapa musim sebelumnya mereka juga punya Jeff Green yang dua musim lalu ikut membawa Cleveland Cavaliers melaju ke final bersama Lebron James.

Melihat nama-nama yang beredar, wajar jika manajemen Grizzlies ingin melakukan peremajaan sesegera mungkin. Selain sebagian besar dari mereka lebih pas dimainkan dari bangku cadangan, dari segi usia, mereka terbilang kurang sesuai dengan visi dan timeline Grizzlies yang mencari pemain usia belasan atau awal dua puluhan untuk menggantikan peran para pemain senior yang sudah melewati usia emas.

Channel: FreeDawkins

Grizzlies dalam dua sampai tiga musim terakhir sebenarnya punya beberapa pemain muda bagus. Salah satunya adalalah pemain favorit saya Deyonte Davis yang selalu bersemangat dan memberikan energi luar biasa saat diturunkan. Sayang karena skill-nya lebih efektif di bawah jaring, menit bermainnya masih kalah jauh dari Marc Gasol. Grizzlies juga punya Wayne Selden yang sebenarnya amat cocok dengan gaya permainan Grizzlies, tangkas dan bertenaga. Sayang akurasi tembakan tiga angka yang kurang dan permainannya yang meledak-ledak mungkin dianggap kurang pas dengan karakter Grizzlies yang dipenuhi lebih banyak pemain matang saat itu. Begitu juga guard Jevon Carter yang mendapat apresiasi luar biasa dari fans, sayang dari segi usia dan akurasi tembakan tiga angka terbilang tanggung.

Tidak heran Grizzlies memutuskan memakai jasa Jaren Jackson Jr. musim lalu. Jackson adalah rookie termuda tahun 2018. Sebenarnya bukan cuma faktor usia yang menjadi pertimbangan Grizzlies memakai jasa Jackson. Mereka mencari sosok yang bisa mengisi peran Zibo yang sudah pindah ke Sacramento Kings. Kebetulan gaya permainan Jackson terbilang kekinian, tangkas dan jago menembak dari area tiga angka, meskipun dari bawah jaring, skill-nya belum sematang Zibo. Terlebih dengan posturnya yang tinggi dan pergerakannya yang tangkas, Jackson bisa membantu Grizzlies menjaga identitasnya sebagai tim yang piawai bertahan.

Faktor itu jugalah yang melatarbelakangi Grizzlies merekrut Kyle Anderson dari San Antonio Spurs. Anderson, meski tidak terlalu piawai mencetak angka dari luar, termasuk pemain yang jago mengatur serangan sekaligus menutup pergerakan pemain lawan. Kebetulan tipe pemain seperti itu yang tidak lagi dimiliki Grizzlies semenjak Tony Allen pindah tim lalu mengakhiri kariernya di sana.

Bersama Gasol dan Jackson, Anderson jadi pemain yang turut membawa Grizzlies duduk nyaman di posisi empat besar di awal-awal musim. Lawan-lawan yang berhasil mereka jinakkan juga tidak main-main. Sacramento Kings, Denver Nuggets, dan Milwaukee Bucks yang memang sedang hangat-hangatnya di awal musim kala itu.

Bukan kebetulan juga kalau ketiga tim tersebut dikenal sebagai tim yang piawai mencetak angka dari area tembakan tiga angka. Anderson, Gasol, dan Jackson memang punya postur dan gaya permainan yang cocok untuk menutup ruang gerak para shooter.

Sayang bulan madu Grizzlies hanya berlangsung sebentar. Penampilan mereka mulai terbaca jelang pertengahan musim dan melorot ke peringkat kedelapan. Penampilan mereka makin menurun begitu Anderson cedera sampai akhir musim.

Cedera memang menjadi musuh Grizzlies dalam dua musim terakhir. Jika musim sebelumnya Conley yang cedera, kemarin gantian Anderson yang cedera. Bahkan beberapa musim sebelumnya ada nama Chandler Parsons yang bermain kurang dari 85 pertandingan selama memperkuat Grizzlies selama tiga musim.

Cedera pemain memaksa Grizzlies mengambil langkah yang sama dengan musim sebelumnya meski tidak terlalu drastis. Setidaknya mereka masih kembali ke jalur kemenangan sejak all star. Mereka menjadi tim non-playoff yang meraih kemenangan terbanyak kedua selepas all star. Tepat satu tingkat di bawah Atlanta Hawks.

Hasil tersebut diraih karena Grizzlies mendapat pemain bagus lewat trade. Saat mengirim Marc Gasol ke Toronto Raptors, Grizzlies mendapat Jonas Valenciunas dan Delon Wright  sebagai ganti yang berpengalaman masuk final wilayah timur dua musim lalu. Belum lagi mereka juga mendapatkan Avery Bradley yang bermain lebih lepas setelah lebih sering menjadi bahan olok-olok ketika masih bermain bersama Clippers. Tidak heran, Grizzlies bisa finish di peringkat 23 musim lalu, yang dengan format lama memungkinkan Grizzlies berpeluang mendapat draft peringkat 7, atau 3 peringkat lebih baik di atas atau 3 peringkat lebih buruk di bawah.

Potensi Pemain Muda Grizzlies

Beruntung, NBA mengenal pameo, "Tuhan selalu menolong pihak yang bersedia mengalah." Dengan adanya sistem pemeringkatan baru, Grizzlies malah beruntung mendapat draft urutan kedua yang dipakai untuk meminang jasa Ja Morant yang sekilas DeAron Fox hanya saja terlihat lebih tangkas dan bertenaga. Morant diproyeksikan akan menggantikan peran Conley yang hijrah ke Utah Jazz.

Bukan cuma Morant, Grizzlies juga berhasil mendapatkan Brandon Clarke yang kemarin berhasil membawa Glizzlies menjuarai Vegas Summer League sekaligus berhasil menjadi MVP. Clarke merupakan draft ke-21 musim ini. Urutan draft Clarke terbilang rendah karena selama tiga musim bermain di liga mahasiswa Clarke hanya memasukkan kurang dari 33% tembakan tiga angka per musim. Hanya saja, The Bear boleh bersukacita lantaran Clarke memasukkan 55% tembakan tiga angkanya pada Vegas Summer League kemarin.

realgm Ja Morant dan Jaren Jackson, Clucthpoints
realgm Ja Morant dan Jaren Jackson, Clucthpoints

Tidak sabar rasanya melihat kombinasi permainan pick and roll Ja Morant dengan Brandon Clarke atau Jaren Jackson Jr.

Akurasi tembakan tiga angka memang menjadi PR tersendiri buat Grizzlies musim depan. Pemain-pemain yang baru masuk musim ini memang amat sesuai dengan identitas Grizzlies selama ini. Grayson Allen, Jae Crowder, DeAnthony Melton, Josh Jackson hingga Solomon Hill memang dikenal sebagai pemain yang agresif dan bersedia pasang badan menghalau serangan pemain lawan bukan cuma di dalam tapi juga di luar lapangan #eh. Hanya saja, cuma Jae Crowder pemain yang punya akurasi tembakan tiga angka di atas 36% musim ini. Terlebih Josh Jackson dan Solomon Hill dianggap sebagai salah satu alasan kenapa tim mereka sebelumnya tidak cukup memiliki komposisi pemain yang merata musim lalu.

Channel: NCAA Madness

Walaupun terkesan kurang menjanjikan, komposisi pemain yang dimiliki Grizzlies boleh jadi menjadi berkah tersendiri buat Grizzlies mengingat Grizzlies boleh jadi akan menjadi tim yang akan sulit dikalahkan bukan cuma oleh tim yang mengandalkan tembakan tiga angka tetapi juga tim yang banyak menyerang di bawah jaring mengingat sebagian pemain Grizzlies punya postur yang tinggi, tangkas, dan punya jangkauan tangan yang panjang.

Channel: House of Highlight

Pemain dengan postur dan jangkauan tangan seperti itu akan sulit dilewati tim manapun. Ketika sebuah tim kesulitan mencetak tembakan tiga angka, peluang tim lawan mendapatkan rebound dan melakukan serangan balik akan makin besar, Terlebih sebagian besar pemain Grizzlies musim ini tidak dikenal sebagai shooter andal. Tidak mengherankan jika nantinya sebagian besar angka akan dicetak Grizzlies berasal dari bawah jaring. Cara ini musim lalu amat efektif diterapkan Los Angeles Lakers dan Grizzlies. Sayang cedera pemain kunci membuat kedua tim tidak mampu menerapkan skema yang sama secara maksimal dan tidak lolos babak playoff.

Kehadiran Clarke juga akan memperkaya persaingan di posisi big man, mengingat Miles Plumlee, Josh Jackson, Jaret Jackson Junior, Jae Crowder, dan Jonas Valanciunas menempati posisi serupa, walaupun Clarke kemungkinan besar akan lebih sering dimainkan dekat dengan jaring mengingkat permainannya yang tangkas serta kemampuannya yang belum benar-benar teruji mampu menembak dari bawah jaring.

Fleksibilitas ini di satu sisi boleh jadi memusingkan pelatih baru Grizzlies Taylor Jenkins karena terlalu banyak pemain bagus yang bisa bermain di posisi yang sama, tapi di sisi lain memberi ruang bagi para pemain untuk bisa diistirahatkan di waktu yang tepat.

Taylor Jenkins, Clutchpoints
Taylor Jenkins, Clutchpoints

Mengistirahatkan pemain pada pertandingan-pertandingan tertentu (load management) diyakini akan menjadi tren NBA mengingat load management menjadi salah kunci sukses Kawhi Leonard mengantarkan Toronto Raptors menjadi juara NBA. Keberhasilan Jenkins dalam mengelola komposisi pemain akan menjadi catatan tersendiri bagi Jenkins kelak. Apabila berhasil, Jenkins akan menambah panjang daftar asisten pelatih Mike Budenholzer yang sukses membawa timnya ke babak playoff setelah sebelumnya Quin Snyder dan Kenny Atkinson membawa timnya masing-masing masuk babak playoff.

Secara pribadi, saya mengunggulkan Memphis Grizzlies musim ini karena   Grizzlies punya materi yang fleksibel. Dengan postur dan jam terbang yang dimiliki para pemain, boleh dibilang pemain Grizzlies bisa menjaga pemain mana pun. Jam terbang para pemain senior Grizzlies juga bisa dibilang paling beragam di antara beberapa tim muda. Minimal dengan pengalaman yang panjang di babak playoff, pemain muda Grizzlies bisa tampil lebih lepas sembari menimba ilmu dari tangan-tangan yang tepat, termasuk dari Tyrus Jones yang pernah menjadi juara Liga mahasiswa bersama timnya, Duke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun