Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ada Apa dengan Lakers?

15 Januari 2019   16:44 Diperbarui: 17 Januari 2019   10:30 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Russell ma Ingram (silverscreenandroll.com)

Tidak ada apa-apa dengan Los Angeles Lakers. Lakers hanya baru tiga kali menang dalam sepuluh game terakhir, game-game di mana Lebron James harus beristirahat karena cedera dan dipastikan absen seminggu lebih lama dari rencana semula.

Lebron memang direncanakan absen hingga minggu ini, hanya saja waktu pemulihannya diperpanjang hingga minggu depan. Waktu absen yang amat wajar mengingat Lebron mengalami cedera lipat paha (groin) 3 menit 33 detik  perempat ketiga berjalan sewaktu melawan Golden State Warriors, 25 Desember kemarin.

Cedera lipat paha membutuhkan waktu pemulihan antara tiga sampai enam minggu. Wajar jika waktu pemulihan Lebron diperpanjang hingga pekan depan. Wajar juga kalau Lakers baru tiga menang selama Lebron absen. Cleveland Caveliers malahan kalah 13 kali sewaktu Lebron absen dalam 13 pertandingan bersama Cavaliers.

Satu hal yang dianggap kurang wajar bagi fans Lakers adalah mereka kalah dari Cleveland Cavaliers, juru kunci wilayah timur, yang belum menang dalam 12 pertandingan terakhir. Terlebih Lakers kalah di kandang sendiri, Staples Center. 

Bagi sebagian fans pencapaian Lakers jelas kurang bagus. Tanpa Lebron, posisi mereka melorot dari posisi lima besar ke posisi delapan, dan terancam tidak lolos babak playoff mengingat Utah Jazz, Sacramento Kings, atau New Orleans Pelicans masih amat berpeluang menyusul. 

Ketika Lebron mulai bermain, Lakers mungkin bisa lolos babak playoff, tapi melihat penampilan mereka belakangan, kalaupun nantinya lolos, penampilan mereka jelas kurang menjanjikan kalau Lebron dan Rojon Rondo cedera lagi.

teamranking.com
teamranking.com
Kekalahan Lakers membuka kelebihan dan kekurangan Lakers dalam dua musim terakhir. Lakers dikenal dengan pertahanan kokoh. Musim ini mereka jadi tim terkokoh ketujuh di NBA. Tidak heran karena Lonzo Ball, Brandon Ingram, dan Josh Hart memang dikenal sebagai defender tangguh. Bahkan, tanpa Lebron James, pertahanan mereka hanya kalah dari Utah Jazz dan Milwaukee Bucks. 

nba.com
nba.com
Kyle Kuzma memang bukan dikenal sebagai defender yang bagus musim lalu, tapi musim ini pertahanan Kuzma jauh lebih baik. Bahkan pertahanan mereka jauh lebih baik sewaktu Lebron James tidak bermain. Pertahanan mereka hanya kalah dari Utah Jazz di peringkat pertama dalam sepuluh pertandingan terakhir.

Buat saya, inilah ciri khas Luke Walton. Selama menjadi asisten pelatih Golden State Warrors, Warriors menjadi tim dengan pertahanan terbaik kala itu.


Channel: Bleacher Report

Pertahanan tidak terlalu menjadi masalah buat Lakers. Masalah Lakers ada pada sisi penyerangannya. Selain pola serangannya yang terlihat monoton, memanfaatkan serangan balik cepat, separuh dari roster punya zona menembak yang terbatas. Tidak heran, 45-50% poin mereka dihasilkan tepat dari bawah jaring. Akurasi tembakan tiga angka Lonzo Ball musim ini sekitar 32%, sedikit di bawah rata-rata persentase NBA musim ini yang mencapai 35,4% per pertandingan. Ingram pun tidak jauh beda. Akurasi tembakan tiga angkanya musim ini 31%. Jumlah tembakan tiga angka yang coba mereka buat juga terbilang kecil. Lonzo hanya membuat 2-5 tembakan tiga akan per pertandingan. Sedang Ingram tidak sampai separuhnya. banyaknya tembakan tiga angka yang coba Ingram buat jelas tergolong kecil. Pemain dengan posisi sama, biasanya mencoba menembak tembakan tiga angka tiga sampai delapan kali per pertandingan dengan akurasi 36-38%. Kawhi Leonard, Kevin Durant atau bahkan rookie Luka Doncic contohnya. Jumlah tembakan tiga angka Paul George malah lebih tinggi lagi. Akurasi tembakan Paul George nyaris 40%. Presentase tembakan tiga angka Ingram semasa kuliah, 42%, dengan jumlah peluang antara dua sampai enam tembakan per pertandingan seakan sirna tak berbekas.

Praktis, dengan zona menembak pemain yang terbatas, variasi serangan Lakers juga terbatas. Selain mengandalkan serangan balik cepat, Lakers juga mengandalkan pergerakan tanpa bola para pemain yang bebas tidak terkawal. Skema permainan ini amat mungkin karena Lebron, seperti juga para bintang yang lain, perlu dijaga satu sampai dua pemain. Para bintang ini perlu dijaga ketat lantaran mereka selalu punya cara mencetak angka meski dikawal ketat. Itulah yang membedakan pemain bintang dengan rata-rata pemain NBA lainnya. 

Superstar selalu punya cara menarik lebih dari satu pemain untuk menjaga mereka. Mereka dinilai berbahaya karena rutin mencetak 30+ angka meski dijaga ketat. Lebron James, Kevin Durant, dan James Harden contoh. Anthony Davis dan adik saya Giannis Antetekumpo bisa disebut penerus mereka melihat konsistensi raihan poin mereka di lapangan. Kategori berikutnya, buat saya adalah peralihan antara superstar dan all star. Russell Westbrooks, Paul George, Victor Oladipo yang sedang atau pernah bermain untuk Oklahoma City Thunder adalah contoh mudahnya. Kategori ketiga tidak lain adalah all star. Kategori ini paling gampang dicek. Cari saja nama mereka di daftar all star. Kalau masuk, mereka sudah pasti all star atau setidaknya mantan. Meskipun kemampuan menarik pemain lawan untuk menjaga mereka, tidak sekeren semi supertar apalagi all star, setidaknya kemampuan mereka cukup membuat rekan satu tim lebih mudah mencetak angka. Berikut adalah 25+ pemain yang dianggap all star+ atau all star++ (superstar). 

basketball-reference.com
basketball-reference.com
Dari 20 pemain bergaji tertinggi di NBA musim ini, setidaknya 15 di antaranya bisa disebut all star+, hanya Mike Conley, Gordon Hayward, dan Carmelo Anthony yang bisa disebut bukan all star. Hayward dan Carmelo mungkin bisa disebut all star ketika kemampuan belum menurun. Namun belakangan kemampuan mereka bahkan kalah jauh dibanding Conley. Conley sendiri memang bermain layaknya all star, hanya saja persaingan ketat point guard di wilayah barat membuat Conley belum sempat mencicipi all star meski sekali. Namanya masih kalah dibanding Damian Lillard, Steph Curry, Klay Thompson, dan Russell Westbrooks yang rutin masuk all star dalam 4-5 musim terakhir.  

idem
idem
Dari daftar 40 besar pemain bergaji tertinggi NBA (bagian kedua), mungkin hanya Andrew Wiggins, Chandler Parson, dan Harrison Barnes yang dinilai belum pantas masuk all star. Konsistensi Andrew Wiggins masih kalah jauh dari rekan satu timnya Karl Anthony Towns yang musim lalu mendapat kesempatan bermain di babak playoff.  Chandler Parsons agak kurang beruntung. Meski bergaji besar, ia lebih sering cedera ketimbang bermain. Besaran gaji jadi salah satu tolok ukur bagus tidaknya seorang pemain di lapangan. Sayang belum ada pemain Lakers yang dianggap masuk top 40, karena kemampuan mereka membuka ruang bagi rekan satu tim belum ada yang sebagus pemain dengan besaran gaji top 50 sekalipun.

top-50-png-5c3ff1eebde57503345aad48.png
top-50-png-5c3ff1eebde57503345aad48.png
Ketika Lebron cedera, ruang tembak para pemain Lakers tidak selapang biasanya. Tidak ada pemain bintang yang perlu penjagaan ekstra ketat. Paling hanya Kyle Kuzma dan Brandon Ingram yang bisa menyelesaikan peluangnya sendiri. Hanya saja karena zona menembak mereka yang terbatas, gaya bermain mereka amat mudah terbaca.

Tembakan jarak menengah (midrange) Ingram memang lumayan. Hanya saja, selumayan-lumayannya tembakan Ingram, akurasi dan konsistensinya masih jauh dari Kawhi Leonard atau Kevin Durant, dua pemain yang posturnya dianggap mirip dengan Ingram.

Lonzo Ball malah tidak perlu dijaga. Tim-tim lawan seakan kompak lebih memilih menjaga Kuzma atau Ingram lantaran bisa dibilang hampir pasti tembakan Lonzo Ball luput. Dari sisi ofensif, Lonzo Ball lebih sering bermain kurang bagus. Itu terlihat dari rataan poinnya yang kurang dari 9 poin pertandingan. Lonzo adalah point guard dengan Raihan angka terkecil untuk seorang pemain yang rutin  bermain 30 menit per pertandingan. Tidak heran, hampir seluruh tim NBA sepakat membiarkan Lonzo bebas tidak terkawal ketimbang membiarkan Kuzma atau Ingram mencetak 18-25 poin per pertandingan.

Tanpa Lebron, permainan Lakers makin mudah terbaca. Mereka akan makin mengetatkan pertahanan dan  lebih banyak menyerang balik. Kalaupun macet, Ball, Kuzma, atau Ingram akan bermain pick and roll dengan Javalee Mcgee agar mendapat ruang gerak yang lapang untuk langsung menyerang ke bawah jaring. Minimal, kalaupun tembakan mereka tidak masuk, mereka bisa dapat lemparan bebas karena pemain lawan mencoba menghentikan upaya mereka angka. Secara teori, skema serangan tersebut efektif menghasilkan dua sampai tiga angka. Hanya saja, semua percuma jika akurasi free throw Lakers terbilang buruk. Akurasi free throw Lakers hanya berkisar 68%. Akurasi free throw tersebut jelas buruk mengingat di era sekarang, free throw sebuah tim berkisar 70-85%. Terakhir kali sebuah tim hanya menyelesaikan 67% free thrownya adalah musim 2015-2016. Kala itu, Andre Drummond (Detroit Pistons) hanya berhasil memasukkan 35% free throw-nya. Tidak heran, free throw Pistons secara keseluruhan jadi terpengaruh. Buruknya free throw Lakers dipengaruhi buruknya akurasi Lonzo Ball dan Brandon Ingram.

Akurasi free throw Lonzo Ball hanya 41% sedangkan Brandon Ingram hanya 62%. Keduanya termasuk pelempar tembakan bebas terburuk NBA musim ini. Karena akurasi dua starter yang buruk, akurasi tembakan bebas tim secara keseluruhan juga jadi terpengaruh. Lakers hanya memasukkan 68% tembakan bebasnya musim ini.

Akurasi free throw Kentavious Cadwell Pope yang musim ini meningkat dratis, di atas 89%, tidak banyak membantu mengingat pemain cenderung harus menyelesaikan free throw-nya sendiri, kecuali saat technical foul, di mana eksekutor free throw terbaik sebuah tim bisa ditugaskan mengambil free throw tersebut.

Free throw sering jadi tolok ukur sebagus apa tembakan sebuah tim. Sayang tembakan Lakers memang nggak bagus. Brandon Ingram bukan dikenal sebagai pemain yang jago tembak. Lantaran hanya mengandalkan midrange, poin per pertandingan Ingram hanya berkisar antara 16-23 poin.

Akurasi jumpshot ponakan saya, Luca Doncic, bahkan lebih bagus Dan konsisten dari Ingram meski Doncic lebih muda. Sayang tembakan Doncic lebih sering luput di bawah penjagaan Ingram. Doncic memang kerap kesulitan menembak ketika berhadapan dengan pemain dengan rentang tangan Yang panjang seperti Ingram.

 Hanya saja penampilan Doncic lebih konsisten. Tidak heran, Doncic berpeluang masuk all star di musim debut NBA-nya musim ini. Terbukti dari hasil voting all star Doncic sejauh ini hanya kalah dari Lebron di posisi big man.

Channel: freedawkins

Lonzo Ball pun sama dengan Ingram. Bukan hanya konsistensi jump shotnya yang kurang, Lonzo juga kurang piawai menyelesaikan serangan di bawah jaring di bawah pengawalan pemain lawan. Musim ini, akurasinya memang membaik. Hanya saja, masih jauh jika harus dibandingkan dengan pemain seangkatannya, DeAaron Fox.

Perubahan aturan sebenarnya menguntungkan tim-tim seperti Lakers. Pemain lawan akan dinilai melanggar apabila dianggap menghalangi pemain memasukkan bola, bahkan dalam kategori yang ringan sekali pun, misal menyentuh tangan pemain yang sedang menembak. Aturan-aturan ini sedikit merugikan tim defensif seperti Utah Jazz. 

Tidak heran mereka sempat harus menyesuaikan diri dengan peraturan tersebut pada awal-awal musim dan baru kembali ke jalur kemenangan di pertengahan musim kedua musim ini. 

Selain itu, jadwal pertandingan Jazz di awal-awal musim terhitung berat dan lawan juga sudah mengantisipasi kelemahan Ricky Rubio. Karena dianggap bukan shooter yang konsisten, tim lawan akan lebih fokus menjaga Donovan Mitchell dan Joe Ingles. Mereka tidak membiarkan keduanya memegang bola dan membiarkan Rubio menyelesaikan sendiri peluang yang didapatnya.

Channel: Ximo Pietro

Cara ini berhasil bagi sebagian tim. Lakers juga coba meniru taktik yang sama. Taktik yang mirip berhasil Lakers gunakan untuk melumpuhkan Golden State Warriors bulan lalu. Lakers sengaja tidak membiarkan Kevin (Durant), Klay (Thompson), dan (Steph) Curry memegang bola sedikit pun. Mereka justru membiarkan Draymond Green yang tidak jago tembak menyelesaikan peluang yang didapatnya. Sayang taktik yang sama tidak berjalan dengan baik ketika diterapkan saat melawan Jazz. 

Alasannya sederhana. Ricky Rubio, Dante Exum, dan Raul Neto cedera. Ketiganya adalah point guard Jazz, baik itu point guard utama, pelapis pertama, maupun pelapis kedua. Ketiganya dikenal bukan shooter yang baik kecuali Neto.

Channel Bleacher report (14 tembakan tiga angka beruntun San Antonio Spurs)

Tanpa kehadiran tiga point guard tersebut, kelemahan Jazz justru tidak tampak. Starter yang dipasang pelatih Jazz Quinn Snyder, mantan asisten pelatih Lakers, bikin aliran bola mengalir lancar dan akurasi tembakan tiga angka mengalir deras. Tercatat 14 dari 28 tembakan tiga angka Jazz masuk. 50% termasuk akurasi yang bagus, mengingat biasanya akurasi tembakan tiga angka Jazz berkisar antara 32-38%.

Lakers makin tidak berkutik lantaran harus berhadapan langsung dengan Rudy Gobert. Berkali-kali tusukan Ingram lewat drive atau dunk macet di tangan Gobert. 

Senjata baru Ingram musim ini, eurostep juga macet. Eurostep adalah gerakan menusuk bawah jaring dengan memanfatkan langkah kaki yang panjang, disertai gerakan tangan mengangkat bola untuk menghindari blok pemain lawan. Eurostep mulai banyak dipakai sejak Manu Ginobilli bermain di San Antonio Spurs dan sekarang banyak dipakai para big man yang tangkas.

Channel: Bballbreakdown (eurostep)

Lakers boleh dibilang tidak memiliki rencana cadangan. Mereka tidak bisa menyerang lewat tembakan tiga angka mengingat mereka tidak banyak memiliki banyak shooter handal. Akurasi tembakan tiga angka Josh Hart menurun sejak Lebron cedera. Akurasi tembakan Kyle Kuzma pun sama. Hanya Kentavious Cadwell Pope yang akurasi tembakan tiga angkanya stabil di atas 35%. 

Fisik dan mental Svi Mikhaliuk masih jauh dari level yang diharapkan. Ketika ditempel pemain yang badannya lebih kokoh, akurasi tembakan tiga angka Svi cenderung berkurang. Kita bisa melihat itu dari 10 penampilan terkini Svi saat diturunkan. Svi memang jarang diturunkan apabila semua starter dan rotasi utama Lakers fit. Ia baru diturunkan ketika Lakers atau tim lawan sudah unggul jauh Di perempat keempat.

Saya sendiri belakangan jarang menyaksikan pertandingan live Lakers secara utuh, terutama kalau udah kliatan mau kalah #eh. Tapi seenggaknya saya menyempatkan diri menyaksikan 15-20 menit (dari 48 menit waktu pertandingan basket NBA) atau lebih lama (bahkan full)  klo ketemu tim bagus dan menang.

Ketika terbiasa menyaksikan lima sampai tujuh possession tanpa jeda, kita bisa paham tembakan kayak apa yang kira-kira masuk dan yang nggak, selama itu bukan tembakan Steph Curry, Kevin Durant, Paul George, atau Lebron James. Possession adalah kesempatan tim  memulai serangan ketika lawan berhasil memasukkan bola atau bola keluar.

lebron wire usa today
lebron wire usa today
Ketika menusuk pun, tenaga Svi terbukti belum mampu mengimbangi kekuatan fisik para pemain NBA yang lebih berpengalaman. Tekanan sebagai shooter dengan akurasi terbaik Lakers makin membuat Svi kurang bisa menunjukkan permainan terbaiknya. Kasusnya sama dengan musim lalu, di mana penjagaan pemain lawan di area tiga angka hanya difokuskan pada Brooks Lopez karena hanya Lopez dan Kentavious Cadwell-Pope yang bisa nembak. 

Sekarang Brooks Lopez bukan hanya salah satu big man dengan akurasi tapi juga percobaan tembakan tiga angka paling banyak di NBA. Alasannya jelas. Lopez bukanlah satu-satunya shooter di Milwaukee Bucks.  Empat starter mereka dikenal sebagai shooter dengan akurasi tembakan tiga angka di atas 34%.

Di bawah jaring Bucks juga punya pengambil rebound yang teruji ketangguhannya, Giannis Antetekumpo. Kalaupun Giannis dijaga ketat lebih dari satu orang, pemain lain justru punya ruang gerak lebih leluasa dalam mengambil rebound. 

Hanya Eric Bledsoe dan Giannis Antetekumpo starter Bucks yang persentase tembakan tiga angkanya kurang dari 38%
Hanya Eric Bledsoe dan Giannis Antetekumpo starter Bucks yang persentase tembakan tiga angkanya kurang dari 38%
Faktor ini adalah faktor yang hilang dari Lakers dalam dua pertandingan terakhir. Mcgee jelas kalah tangkas dan tangguh kalau harus berduel dengan Tristan Thompson, apalagi Rudy Gobert. Boleh dibilang shooter akan lebih pede menembak dari luar ketika tim mereka punya rebounder yang bagus. Jadi, kalaupun tembakan mereka luput, peluang tim mengambil offensive rebound tetap besar.

Kelemahan Lakers makin terlihat tanpa kehadiran Lebron atau Julius Randle yang musim ini bermain untuk New Orleans Pelicans. Lebron akan memastikan setidaknya dua pemain lawan fokus menjaga dirinya. Kenapa Lebron harus dijaga dua orang atau lebih? Alasannya sederhana. 

Seperti juga pemain bintang yang lain, Lebron pasti akan menemukan cara mencetak angka mesti dijaga satu orang pemain. Apabila dijaga lebih dari dua orang, tentu saja akan ada satu pemain yang  bebas dari kawalan pemain lawan. Pemain itulah akan yang dengan bebas memasukkan bola ke dalam jaring.

Channel: MLG Highlight

Itulah yang tidak terjadi selama Lebron absen. Meski bisa menyelesaikan peluang sendiri, zona menembak Ingram dan Kuzma terbatas, sehingga serangan keduanya mudah terbaca pemain lawan. Sewaktu masih ada Randle, ketika tembakan pemain Lakers luput, Randle akan selalu siap mengambil rebound atau berduel dengan dua pemain lawan di bawah jaring.

Inilah yang hilang dari Lakers musim ini. Terlebih pertahanan Lakers yang terkenal kokoh bukan tanpa kelemahan. Mereka cenderung selalu kalah ketika bertemu tim yang memiliki scorer  dengan tinggi sama atau lebih tinggi dari Josh Hart (196 cm).

James Harden (196 cm), Demar Derozan (201 cm), Paul George (203 cm), atau Nikola Vucevic (213 cm) akan meneror pertahanan Lakers lewat variasi jump shot dan drive. Kebetulan ketiganya punya itu semua. 

Konon midrange jumpshot dikenal sebagai tembakan paling tidak  efektif dalam dunia basket. Kalau nggak percaya tanya pemain Boston Celtics yang saat saya mengetik coretan  ini baru kalah dari Brooklyn Nets. Mereka sering kali kalah bukan karena pertahanan mereka tidak bagus, tapi karena midrange mereka kerap luput. Inilah  kekalahan ketiga Boston Celtics dalam tiga pertandingan terakhir. Sebelumnya, mereka kalah dari Miami Heat dan tim Nikola Vucevic, Orlando Magic. Beruntung mereka Masih berada di posisi lima besar mengingat selisih kemenangan Celtics dari tim di bawahnya masih cukup lebar.

Midrange jumpshot dianggap tidak efektif karena nembaknya jauh dan belum tentu masuk. Kalaupun masuk, angka yang dihasilkan pun cuma dua. Nggak heran, sebagian tim cenderung abai dengan tembakan dua angka jarak jauh, tapi sekalinya masuk, tim bakal mati kutu. 

Mereka seakan tidak tahu cara meredam serangan tersebut. Kebetulan duo San Antonio Spurs, DeRozan dan Aldridge termasuk dua midrange shooter jempolan. 

Mereka adalah kunci San Antonio Spurs sebagus ini sekarang. Sapu bersih Lakers musim lalu atas Spurs seakan tidak berbekas musim ini. Musim lalu, tanpa Lebron, Lakers memenangi semua pertandingan atas San Antonio Spurs.

Musim ini, mereka hanya memenangi satu pertandingan atas Spurs dari empat kesempatan. Yups, pertemuan antara Lakers dengan San Antonio Spurs memang sudah selesai di pertengahan pertama musim ini, bahkan sebelum Lakers sempat bertemu Milwaukee Bucks dan Philadelphia 76ers untuk pertama kalinya musim ini. Sampai hari ini Lakers memang belum bertemu keduanya. 

Lakers tidak pernah menang setiap kali bertemu Orlando Magic musim ini (MLG Highlight)

Karena kelemahan itulah, Lakers sempat ngotot ingin membawa pulang mantan pemainnya, Trevor Ariza. Selain bertinggi lebih dari dua meter, Ariza juga merupakan defender dan shooter yang bagus. Sayang meskipun Ariza sudah bersedia, pemilik Phoenix Suns tidak bersedia mengirim Ariza ke Staples Center kecuali Lakers mengirimkan Lonzo Ball atau Brandon Ingram sebagai barter.

Chris Matthews, pelatih nembak yang bikin akurasi free throw ma tembakan tiga angka Kentavious Cadwell-Pope makin bagus (channel youtube Gold Net)
Chris Matthews, pelatih nembak yang bikin akurasi free throw ma tembakan tiga angka Kentavious Cadwell-Pope makin bagus (channel youtube Gold Net)
#foto pelatih menembak Kentavious Cadwell-Pope yang bikin akurasi free throw dan tembakan tiga angkanya meningkat pesat

Menarik menyaksikan komentar para fans menyikapi kekalahan Lakers dari Cavs kemarin. Jika biasanya mereka memiliki pendapat sendiri-sendiri, misal menyalahkan Luke Walton atau Brandon Ingram, atau Lonzo Ball (sebagai pemain yang tembakannya sering luput meski pertahanan mereka bagus), kali ini mereka satu suara. 

Mereka menyalahkan manajemen karena membangun tim tanpa shooter atau penyelesai serangan yang bagus. Dalam dua tahun terakhir, Lakers kurang memiliki shooter handal.

Lonzo pas ngikutin Lakers mentality drill
Lonzo pas ngikutin Lakers mentality drill
Saya sendiri memahami konsep yang ditawarkan president of basketball operation Lakers, Magic Johnson. Johnson sengaja mendatangkan banyak playmaker agar permainan Lakers lebih menarik. 

Para pemain akan saling mengumpan dan di saat yang tepat akan mengirimkan umpan matang yang akan disambut pemain yang bergerak bebas tanpa kawalan. Konsepnya mungkin mirip dengan .5 rule  yang dikembangkan Greg Popovich, pelatih San Antonio Spurs, di mana bola (dan pemain) harus terus bergerak dan bola tidak boleh berada di tangan satu pemain yang sama lebih dari setengah detik. 

Bola akan terus bergerak sampai pemain menemukan saat yang tepat untuk menembak, baik itu ketika ruang tembak  sudah terbuka atau pemain menemukan mismatch, di mana pemain Spurs berhadapan dengan pemain yang gerakan lebih lambat atau lebih pendek dari pemain Spurs tersebut. Dengan cara itu, pemain Spurs punya ruang gerak atau ruang tembak lebih leluasa untuk menyelesaikan serangan.

Dengan permainan mengalir seperti ini, tidak heran Spurs jadi tim dengan akurasi tembakan tiga angka tertinggi di NBA musim ini, meski jumlah tembakannya bukanlah yang terbanyak. 

Bahkan empat hari lalu, Spurs sukses memasukkan 14 tembakan tiga angka pertamanya ketika berhadapan dengan Oklahoma City Thunder. Tembakan tiga angka mereka baru luput di sepertiga waktu perempat  ketiga berjalan. Rekor tersebut adalah rekor tembakan tiga angka terbaik dalam 20 tahun terakhir.

Sayang, berhubung roster yang dimiliki Lakers tidak ada yang memiliki jump shot yang bagus, teori tadi urung terlaksana. Alih-alih mengembangkan .5 rule, Lakers justru mengembangkan Lakers mentality drill saat proses seleksi rookie. Konsepnya memang bagus. Ketahanan fisik dan mental para pemain diuji selama 48 menit. Fisik pemain akan dipaksa bekerja selama 48 menit. 

Mereka yang lolos seleksi adalah mereka yang masih bisa tampil konsisten dalam  48 menit tersebut, baik stamina,  akurasi tembakan, maupun konsenstrasi saat bertahan. Lakers mentality drill sesuai dengan filosofi permainan Lakers yang amat mengandalkan serangan balik cepat yang jelas memerlukan stamina prima. Sayang Lakers mentality drill tidak terlalu menitikberatkan  pada skill  dasar pemain, terutama dari sisi ofensif. 

Kalaupun sisi ofensif-nya diperhatikan, pertahanan mereka cenderung  agak kurang bagus. Tiga draft Lakers tahun ini contohnya. Meski punya tembakan tiga angka yang bagus, fisik Mo Wagner dan Svi Mikhaliuk belum siap jika diadu dengan permainan fisik di tingkat NBA.  Skill dasar Isaac Bonga juga masih mentah meskipun dari sisi fisik, potensinya amat besar. 

Tidak heran  salah satu fans Lakers memakai istilah "everybody but them could see this". Semua orang kecuali manajemen dan staf pelatih Lakers paham kalau tanpa shooter tim ini cenderung mati kutu.

Sebenarnya Lakers sempat menyeleksi Josh Okogie (Oklahoma City Thunder) dan Grayson Allen (Utah Jazz) yang memasukkan 21 tembakan tiga angkanya saat mengikuti Lakers mentality Drill, sayang karena Lakers tidak memiliki  draft dengan nomor urut kecil, keduanya sudah keburu diambil tim mereka sekarang. 

Terlebih fokus Lakers musim ini adalah mencari  shooter muda berpengalaman dan pemain muda dengan potensi menjanjikan.  Sayangnya kata menjanjikan sama artinya  dengan berisiko.  Mentah berarti bisa matang dan bisa juga tidak matang.

Kalau pemain tersebut memang bagus, ketika skill mereka sudah matang, pemain tersebut bisa jadi pemain bintang, namun apabila mereka tidak bisa mengembangkan potensinya, mereka akan jadi pemain yang biasa saja. Kebetulan draft ronde pertama Lakers dalam empat musim terakhir terbilang pilihan yang berisiko. D'angelo Russell, Brandon Ingram, dan Lonzo Ball agak sulit masuk all star meskipun sudah bermain sekitar dua sampai musim.

Rookie seangkatan Russell, Karl Anthony Towns dan Kristaps Porzingis bahkan sudah masuk all star musim lalu (meski Porzingis belum sempat bermain karena cedera). 

Peluang Ben Simmons untuk masuk all star musim ini memang tidak besar, namun permainannya musim lalu bisa dibilang setara all star jika dibandingkan dengan Ingram. 

Di sisi lain, permainan Jayson Tatum musim lalu dan DeAaron Fox musim ini jelas lebih bagus dari Lonzo Ball. Ball memang punya passing skill dan defense yang dibilang elit, bahkan sudah terlihat sebelum dipilih oleh Lakers sekalipun. Sayang skill-nya yang lain masih jauh di bawah rata-rata. 

Tolok ukur all star NBA sebenarnya sederhana, selama mereka main bagus dan setidaknya konsisten mencetak 23+ poin per pertandingan atau rutin mencetak triple double (tolok ukur dalam 3 musim belakangan), mereka biasanya akan dipilih para voters. 

Biasanya, itulah yang dijadikan dasar voters memilih pemain all star. Sayang ketiga rookie Lakers tadi belum ada yang memenuhi salah satu syarat barusan. Nggak heran, Luke Walton Belum bisa memaksimalkan potensi Lakers sesuai harapan. 

Jika Lonzo Ball Dan Brandon Ingram konsisten memasukkan 2-4 tembakan tiga angka per pertandingan musim ini, bukan mustahil, Lakers bisa mengembangkan pola permainan seperti yang Luke terapkan bersama Golden States Warriors, yang dibawanya meraih 24 kemenangan  beruntun sewaktu pelatih Warriors rehat untuk pemulihan cedera.

Russell ma Ingram (silverscreenandroll.com)
Russell ma Ingram (silverscreenandroll.com)
Gosip yang beredar, Magic Johnson ingin mengganti Luke Walton dengan pelatih pilihannya. Kebetulan Walton dipilih sebelum Magic Johnson menempati posisinya sekarang. Hanya saja rumor tersebut masih sekedar  rumor. Tercatat mulai dari David Fizdale sampai Tyrone Luke digosipkan bakal mengisi posisi pelatih Lakers, karena kedekatan dengan Lebron. 

Saya sendiri sih beranggapan (meski sama sekali ngga ada gosipnya), Lakers mencari pelatih sekaliber Dwayne Casey yang membawa Toronto Raptors selalu lolos babak playoff dan (selalu) hanya kalah dari tim yang diperkuat Lebron. 

Namun, begitu melihat pencapaian Detroit Pistons dan New York Knicks yang keliatannya sengaja mengalah musim ini demi mendapat draft yang bagus, rasanya Lakers akan mencari pelatih seperti Quinn Snyder, yang juga mantan asisten pelatih Lakers atau Nate McMillan (Philadelphia 76ers). 

Hanya saja melihat roster Lakers yang memang tanpa shooter paten, saya nggak yakin dua pelatih tadi atau bahkan Greg Popovich sekalipun bisa berbuat banyak. Ini kliatan dari gonjang-ganjing trade di awal musim lalu. 

Pop mengincar Josh Hart, Kyle Kuzma, dan draft pick nomor satu untuk ditukarkan dengan Kawhi Leonard.  Intinya Popovich mencari pemain yang punya dasar-dasar bertahan yang bagus dan bisa nembak.

Gosip ini menunjukan bahwa Lonzo dan Ingram tidak cukup bagus, bahkan untuk menjadi aset yang diharapkan para fans menjadi alat tukar antara Lakers dan New Orleans Pelicans. Ingram dan/atau Lonzo diharapkan untuk bisa jadi alat tukar untuk mendatangkan Anthony Davis. 

Saya sendiri termasuk yang agak kurang setuju dengan kehadiran Anthony Davis di Los Angeles Lakers. Alasannya satu, midrange jumpshot Davis belum sebagus Durant meski skill memasukan bola di dekat jaring dan skill bertahannya nyaris seng ada lawan. Tanpa shooter paten, Lakers praktis mengulangi kebiasaan yang sama dua musim terakhir ini.

Melihat pencapaian Luke Walton musim ini, kemungkinan Luke Walton diganti tidak kecil, tapi melihat roster yang ada rasanya tidak ada pelatih bagus yang bisa sebaik Luke dalam menangani Lakers.

 Buat saya, Lakers butuh asisten pelatih  yang punya pengetahuan offense yang bagus seperti Ettore Messina atau Becky Hammon dan pelatih menembak untuk mendampingi Walton. Asisten pelatih seperti Messina akan memperkaya taktik offense Lakers, seperti halnya Tex Winter yang menjadi  asisten Phil Jackson selama  melatih Lakers Dan Bulls. Almarhum Tex Winters adalah pelatih Yang  mengkreasikan triangle  offense. 

Triangle offense adalah skema permainannya Yang membuat Lakers Dan  Bulls meraih cincin juara NBA beberapa tahun lalu. Skema tersebut diajarkan Winters pada Phil Jackson  saat melatih. Saya belum rela Lakers mengganti Luke Walton dengan pelatih lain kecuali dengan pelatih sebagus Mike Buldenhozer. 

Alasan saya cukup sentimental. Luke terbukti mampu melatih Warriors selama Steve Kerr absen karena cedera. Warriors dibawa Luke memenangi 24 pertandingan beruntun dan hanya 5 kali kalah dalam 44 pertandingan. 

Meskipun mungkin nggak akan sebagus Warriors, selama Luke mendapat roster yang dipenuhi defender sekaligus shooter yang bagus, rasanya Luke Walton bisa menunjukkan potensi terbaiknya. Setidaknya meski pendapat saya nyaris bertentangan dengan sebagian besar fans Lakers hari ini, saya sudah menyampaikan opini pribadi saya.

Saya sendiri baru menyampaikan coretan saya tentang Lakers hari ini, dan bukan kemarin atau besok-besok. Alasannya simpel. Coretan saya tentang Lakers akan tetap sama baik itu kemarin, hari ini, atau besok. Opini saya ini akan mungkin berganti setelah Lakers memperbaiki kelemahannya musim ini atau lolos babak kedua babak playoff.

Selama PR tersebut belum terselesaikan, isi coretan tetap sama. Isinya tidak jauh-jauh mempertanyakan kesiapan pemain Lakers mengarungi ganasnya pertarungan di wilayah barat, baik itu dengan atau tanpa Lebron. Jujur dari segi talenta saya setuju dengan kebanyakan pengamat. 

Boston Celtics punya talenta lebih matang Dari Lakers, sayang mereka kerap memaksakan diri menembak meski ruang tembak sedikit terhalang. Mereka juga tidak memiliki rim protector  atau rim runner yang baik. Tidak heran sejak musim lalu pertahanan bawah jaring mereka mudah ditembus. Terlebih Aron Baynes masih cedera. Kelemahan itulah Yang dimanfaatkan tim lawan musim ini. 

Draft Philadelphia 76ers juga cukup bagus. Sayang tanpa Joel Embiid, Philadephia 76ers terlihat biasa saja. Ben Simmons memang punya drive  dan passing skills bagus, tapi tanpa kemampuan menembak, praktis permainannya dinilai kurang berbahaya. Mirip Lonzo Ball di Los Angeles Lakers musim ini.
Bisa dibilang gaya bermain Lonzo agak beda dengan tren NBA sekarang di mana point guard "diwajibkan" bisa nembak dan rutin menghasilkan 15-18 poin, bahkan lebih. Bahkan pemain seperti Rondo pun bertransformasi dari sekedar passer handal yang lumayan jago ngedrive menjadi shooter. Selama berseragam Lakers, akurasi tembakan tiga angkanya bahkan mencapai 35%, sayang Rondo belum bisa menunjukan kemampuannya secara maksimal karena bolak-balik cedera. 

Buat saya di situlah kekurangan lain Lakers musim ini, setidaknya selama Rondo dan Lebron cedera. Mereka tidak punya  scorer bagus di bangku cadangan. Scorer yang mampu membuat angka tanpa perlu skema macam-macam, mirip Lou Williams (LA Clippers), Dennis Schroder (OKC), JJ Barea (Dallas Mavericks), Austin  Rivers (Houston Rockets). Kebetulan keempatnya punya sati kesamaan. Tembakan tiga angka mereka mungkin tidak istimewa (kecuali Lou Williams yang bagus banget), berkisar antara 33-35%, tapi kemampuan menyelesaikan serangan di bawah jaringnya paten. Itulah yang belum Lakers miliki musim ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun