Sebut saja Tyreke Evans (2009) yang musim ini menjadi pelapis Victor  Oladipo, Hassan Whiteside (2010) yang sekarang menjadi starter di Miami Heat, Bismack Biyombo yang sempat naik daun Bersama Toronto Raptors di babak playoff beberapa tahun lalu, Omri Caspi (2009) yang musim lalu ikut membawa Golden State Warriors masuk babak delapan besar sebelum tidak dilanjutkan kontraknya, atau Nik Staukas yang musim ini menjadi pelapis CJ McCollum atau Damian Lillard di Portland Trail Blazers.Â
Beberapa nama hanya sekedar disebutkan namanya saat malam draft, misal Zach Collins, Gary Trent, dan pemain yang ditukar dengan draft Bogdan Bogdanovic, Marquese Chriss. Mereka langsung berganti tim beberapa saat setelah draft mereka diumumkan. Meskipun begitu, mereka  dianggap pemain muda yang menjanjikan.
Penunjukan mantan bintang Kings di era 90-an, tidak bisa dibilang mulus. Di mata fans tim-tim lain, Divac dianggap sebagai manager spesialis pengangkut big man sekaligus pengontrak pemain dengan harga tinggi agar mau bergabung ke Sleep Train Arena (atau stadium baru Golden 1 Center yang mulai dipergunakan musim 2016/17). Tercatat dalam empat musim terakhir, Kings rata-rata punya empat sampai enam pemain yang bertinggi lebih dari dua meter.
Saya sendiri bisa menerima logikanya, pemain yang tinggi minimal akan menutupi ruang tembak meski tidak begitu piawai bertahan, apalagi jika rentang tangannya Panjang. Bukan cuma big men, dalam empat musim terakhir, mereka juga banyak diperkuat guard mungil semacam Ty Lawson, Darren Collison, Â Rojon Rondo, George Hill, atau Marco Belinelli.
Kelimanya jelas bukan nama sembarangan. Di luar Ty Lawson yang belum beredar lagi di NBA, empat nama berikutnya turut membawa tim barunya masuk babak playoff, termasuk Belinelli yang baru bergabung ke Philadelphia 76ers selepas all star dari Atlanta Hawks  dan turut mengantarkan 76ers hingga babak kedua playoff wilayah timur
Meski diperkuat pemain bagus, pemain seperti Hill bermain tanpa semangat dan arah musim lalu, meski punya kontrak yang besar. Hill memang lebih diproyeksikan membimbing DeAron Fox yang musim ini tampil gemilang. Hill baru menunjukkan permainan terbaiknya usai bergabung dengan Cleveland Cavaliers.
Channel: Freedawkins
Kegemilangan Fox terlihat dari jump shotnya yang makin baik, meski tidak sebaik tembakan tiga angkanya. Sejak musim lalu saya belajar bahwa shooter yang bagus salah satunya harus mampu melakukan step back three, menembakan tembaka tiga angka dengan terlebih dahulu mundur satu langkah ke belakang agar memiliki ruang tembak yang lebih baik.Â
Itulah senjata baru Fox Yang sering terlihat musim ini. Gaya itu biasa dipakai Steph Curry dan James Harden. Sayang midrange Fox belum terlalu konsisten terutama jika ditempel defender tinggi dengan defense yang bagus.
Fox rela ngejar pemaen demi nutup ruang tembak (Thinking Basketball )
Meskipun masih telihat banyak kekurangan, identitas tim ini lebih jelas sekarang. Kings mengandalkan visi, kecepatan, serta kemampuan Fox dalam menyelesaikan serangan di bawah jaring. Visi dan kecepatan inilah membuat Fox dinilai berbahaya. Â Terlebih jump shot Fox lebih konsisten dari musim lalu. Buat saya, jump shot Fox sekarang sedikit lebih konsisten dari Ricky Rubio.