Ketika melihat hubungan antara MLS dan para pemainnya, sekilas saya mengira seperti hubungan karyawan dengan induk organisasi yang menaunginya. Mungkin kantor dengan karyawannya juga boleh, lantaran antara keduanya ada hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi. Bukan sekadar liga ke pemaen aja atau pemaen ke liga aja.
Aturan tersebut dibuat tertulis, mudah diakses, termasuk Anda. Bukan sekadar dibaca, tapi diterapkan kalau mau, bukan hanya di Amerika Serikat, di sini juga bisa, kalau mau, tentu saja dengan sedikit penyesuaian. Hanya sedikit.
Di sini, saya sedang membicarakan tentang Collective Bargaining Agreement MLS, atau menurut istilah resmi Depdiknas jadi Persetujuan Tawaran Kolektif MLS (selanjutnya disebut PTK MLS).
Seperti PTK pada umumnya, PTK MLS juga membahas tentang Union Recognition, di mana MLS mengakui Serikat Pemain sebagai perwakilan pemain dalam penawaran kerja sama untuk merundingkan syarat-syarat di luar ketentuan-kentuan minimum yang tercantum dalam PTK.
Section 1.1 Recognition: MLS recognizes the Union as the exclusive bargaining representative of all present and future players employed as such in the League, but not including any other MLS employees.  MLS and the Union agree that, notwithstanding the foregoing, such Players may, acting individually or through a player-agent, on an individual basis, bargain with MLS with respect to and agree upon termsover and above the minimum requirements established by this CBA, to the extent not inconsistent with this CBA (including the Standard Player Agreement and any otherexhibits hereto).
Bagian1.1.Pengakuan: MLS mengakui Serikat sebagai perwakilan tawar-menawar ekslusif, para pemain, baik sekarang maupun kemudian hari, sebagaimana disebutkan dalam Liga, tetapi tidak termasuk tenaga kerja MLS lain. MLS dan Serikat sepakat bahwa, tanpa mengesampingkan hal tersebut, pemain yang bertindak secara perorangan atau lewat agen pemain secara terpisah, bisa berunding dengan MLS terkait dengan dan sepakat mengenai syarat-syarat selain ketentuan minimum yang telah ditetapkan PTK, selama tidak bertentangan dengan PST (termasuk Persetujuan Pemain Standar, dan  eksibit lain dalam perjanjian ini).
Ketentuan-ketentuan minimum antara lain meliputi aturan pembagian gaji pemain dan pengumpulan iuran melalui pemotongan upah, kebijakan tanpa membeda-bedakan, hak dan kewajiban pemain, pemeriksaan kesehatan, Â kompensasi, pengeluaran, perlindungan asuransi, hingga ketentuan hari libur.
Aturan-aturan tersebut dibuat tertulis dan wajib diikuti semua komponen yang masuk di dalamnya. MLS harus menyediakan fasilitas seperti yang tercantum dalam perjanjian, pemain pun harus menjalankan kewajiban sebagaimana tercantum dalam kesepakatan setebal 84 halaman tersebut.
Salah satu yang membedakan PTK pada umumnya dengan PTK MLS adalah aturan salary cap, perpindahan pemain dan ketentuan dan free agency, tidak banyak, berkisar lima sampai tujuh halaman. Jauh lebih sedikit dibanding aturan salary cap NBA yang dibagi delapan bagian, dengan jumlah total sampai 100 halaman (keseluruhan jadinya 540-an)
Salary cap, aturan yang secara umum dinilai adil oleh kalangan sepak bola lantaran tiap tim diberi jatah anggaran gaji setara, sama rata, untuk tiap tim dalam satu musim. Dari Chicago Fire hingga Vancouver Whitecap mendapat anggaran gaji yang sama, Â $3.660.000 untuk musim 2016.
Salary cap sendiri, yang ilmu itung-itungannya disebut capology, bukan sesuatu yang baru. Sepuluh cabang olahraga mengadopsi salary cap. NBA bahkan memulainya 33 tahun lalu (tuwa ya). Di Inggris malah katanya juga udah ada, tapi bukan sepakbola, tapi premiership rugby, di mana satu klub bisa mengontrak pemain di atas salary cap hingga dua pemain aja. Untuk tahun ini salary cap liga rugby konon mencapai $6.5 juta dolar, dengan rataan gaji kurang dari £100,000, Pemain setenar Manu Tuilagi konon dapet empat kalinya. Hanya saja, saya kok belom nemu soal gaji minimum yang bisa diterima seorang pemain di Liga Rugby inggris ini.Â