Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Skenario Draft NBA 2017

17 Mei 2017   21:46 Diperbarui: 14 Juni 2017   16:04 2709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bagian ini bukan di bagian favorit penikmat NBA di Indonesia. Mana asik menyaksikan pemain yang belum tentu jadi siapa-siapa akan bergabung ke mana. Kita nggak akan tahu kayak apa mereka maen nantinya. Hanya saja, boleh dibilang, di sinilah drama NBA dimulai. Sederhananya, NBA terbentuk dari sini. Pemain seperti Anthony Davis, dipilih di sini. Big man dengan kemampuan lengkap, termasuk mengumpan, mengeblok tembakan, mengambil bola pantul, dan tembakan tiga angka, meski akurasinya menurun selepas rentetan cedera. Franchise Player (Identitas tim) yang baru sempat sekali membawa timnya masuk playoff sejak draft pick.

www.rantsports.com
www.rantsports.com
Menariknya draft dirancang untuk memenuhi kebutuhan tim. Posisi mana yang harus diperkuat, di situlah biasanya kesempatan tim peringkat bawah untuk memilih. Jadi rasanya rada kurang pas buat tim seperti Philadelphia 76ers, yang punya Center selengkap Joel Embiid, mengambil Laurie Markkanen, forward yang dari videonya aja udah keliatan kalah atletis (baca: kalah cepat dan bertenaga ketimbang Embiid), terlebih sixers masih Jahlil Okafor, center ofensif yang musim lalu kemampuannya cukup lengkap di sekitar area lemparan bebas. Hanya saja skenario ini bisa bubar kalok musim depan Embiid dan Okafor, yang rentan cedera blom pulih juga.

Sumber: vip.townnews.com
Sumber: vip.townnews.com
Mereka juga punya Ben Simmons, guard berpostur forward yang punya visi luar biasa yang seakan punya mata di belakang kepala. Jadi pilihan mereka bisa jadi nggak akan jauh-jauh dari pemain yang bukan cuma bisa bikin peluang buat pemain lain tapi juga nyelesain sendiri peluangnya. Reliable scorer, volume shooter, iso player, terserah kita mau menyebut yang mana. Meski iso player lebih tepat disematkan buat pemain egois yang jago ngelewatin pemain, satu lawan satu buat ngecetak angka.  Allen Iversen, Tracy McGrady, dan Kobe Bryant bisa masuk kategori itu.

Tahun ini, kebetulan pilihan guard cukup berlimpah, meski kenyataannya, kita masih harus bermimpi melihat pemain dengan akurasi seasik Steph Curry. Markelle Fultz, bisa jadi pilihan terbaik mereka. Fultz memiliki apa yang tidak dimiliki Ben Simmons, jago mencetak angka dari LEBIH BANYAK POSISI secara KONSISTEN, termasuk dengan cara meliuk-liuk ke  paint area, sesuatu yang secara teori tidak dimiliki pemain seatletis Embiid.


Channel: draftexpress

Meski kaya variasi serangan, sebagai pemain mungil penuh pesona, Fultz jelas punya kekurangan. Selain kontrol bolanya masih gampang lepas. Fultz masih lebih suka pull up jumper, adep-adepan satu lawan satu, ketimbang ngelewatin lawan yang secara postur memungkinkan dikacangin kayak yang bisa saksikan bersama di menit 3.46 dari video hasil pengamatan draftexpress yang kesohor sejak jaman baheula jadi referensi awam menilai keterampilan pemain masa depan pujannya.  


Channel: Lakers Film Room

Kalaupun pilihan Sixers bukan Fultz, masih ada sosok seflamboyan Lonzo Ball. Meski dianggap nggak selengkap Fultz, Ball boleh dibilang jadi ladang highlight. Cara nembak tiga angkanya yang nyentrik serta umpan jauhnya yang spektakuler amat cocok ditongkrongin di program aksi memukau para pemain NBA, yang rata-rata berdurasi lima sampai tujuh menitan. 

Sayangnya basket itu permainan yang durasi rata-ratanya sekitar 28 menit buat para starter. Gaya nembak tiga angkanya yang unik, lompat sembari seakan mundur ke belakang bikin peluang tembakannya masuk lebih besar lantaran jarak antara Ball dan pemain lawan jadi lebih lebar, Ball juga banyak disuka penonton muda lantaran jarak tembakannya terbilang cukup jauh dari lingkar luar. Bisa dibilang mirip Curry. Tapi sekali lagi saya bilang. Masih terlalu jauh bermimpi bisa liat pemain yang tembakan tiga angkanya mirip Curry. Ruang tembak yang lapang bukan berarti akurasi tembakan tiga angka Ball sekonsisten Curry.

Foto dipinjem dari Channel Lakers Film Room (bolanya masuk lho)
Foto dipinjem dari Channel Lakers Film Room (bolanya masuk lho)
Jadi penikmat pertandingan Lakers dalam dua musim terakhir buat saya belajar banyak. Nongkrongin sekitar 65-72 pertandingan Lakers tiap dua pagi sekali buat saya paham. Bekal akurasi tembakan tiga angka dari NCAA nggak selamanya cukup.  Gaya bermain yang halus dan kurang bertenaga D’angelo Russell memang asik dilihat terutama kalok tembakannya meluncur mulus ke jaring, tapi posturnya yang kurang jejeg (kokoh) dan minim tenaga membuat tembakannya nggak selamanya konsisten dan pernah cuma masukin 2 dari 11 kesempatan nembak (vs. Utah Jazz), 2 dari 9 kesempatan (versus Nuggets), 3 dari 10 kesempatan (versus Timberwolves), atau 3 dari 11 tembakan tiga angka (vs. Bulls). 

Pernah jugak,  delapan tembakan tiga angkanya babar blas nggak ada yang masuk (vs. Trail Blazzers). Kebetulan untuk yang tak sebut terakhir ini saya ingat betul Russell bernafsu banget pengen mengimbangi Liliard. Dengan gayanya yang cenderung kalem rasanya justru kurang bijak terlalu ngotot ngimbangin kecepatan dan keluwesan Liliard meski secara teori Russell punya kapabilitas menantang akurasi tembakan tiga angka Liliard.  

Rasanya draft nomor dua yang disematkan pada Russell luntur oleh poin-poin yang dicetak Devin Booker. Padahal menurut salah penulis komentar di kolom silver screen and roll (tempat berita tentang Lakers di luar Lakers Nation dan Lakers.com nongol), Russell unggul segala-galanya dari Booker, kekurangannya cuma satu Booker lebih tahu caranya nyetak angka. Itu doang.

Di bawah penjagaan lawan, akurasi tembakan Booker 53,1%. Russell cuma 51,8%. Persentase yang nggak jauh beda dengan masa kuliah (52,60%), Buat saya persentase ini cenderung meningkat kalok tolok ukurnya postur tubuh kompetitor Russell yang sudah lebih atletis ketimbang lawan Russell zaman kuliah. Persentase tadi dalam basket dikenal sebagai true shooting percentage. Lonzo Ball? Komen saya singkat saja. Menurut draft express true shooting percentage Ball  46.8%.  Kenapa saya bawa-bawa Lakers segala di sini? Lantaran Lonzo Ball lebih dijagokan merapat ke Lakers ketimbang ke Sixers alasannya apa lagi kalau bukan sisi entertain Lonzo Ball.

Terkadang NBA bukan sekedar akurasi tembakan tiga angka yang bagus atau kemampuan meliuk-liuk di paint area ala Tony Parker. Saya pribadi menyukai gaya permainan Josh Jackson yang cepat dan bertenaga. Sekilas perawakannya mirip Jimmy Butler, meski dari segi eksplosivitas 3-4 tingkat di bawah Russell Westbrook. Jadi meski punya postur small forward, Jackson justru demen merangsek sampai ke paint area. 

Minimal, klo udah masuk NBA, doi punya dasar kalok mau adu fisik dengan pemain-pemain Celtics lah. Punya dasar juga bisa berarti postur Jackson Celtics banget. Dengan sedikit polesan, defense Jackson akan mirip Avery Bradley. Kekurangan Jackson, buat penikmat NBA justru paling gampang ditebak dibanding dua padawan muda yang saya sebut sebelumnya, tembakan Jackson, dalam versi apa pun, nggak sebagus mereka. Jackson mungkln bisa dibilang lebih mirip John Wall, lebih maen fisik ketimbang variasi teknik.

Pemain yang mengandalkan akurasi tembakan ada, ngandelin fisik juga udah. Lantas siapa yang ngandelin keduanya, meski kliatannya klo diliat dari kacamata highlight nggak keliatan menonjol? Mungkin jawabannya ada di Jayson Tatum. Dari tongkrongannya, doi mirip pisan sama Danny Green. Cuman Tatum lebih bisa bawa bola ketimbang Green. 

Saat masuk ke paint area, gaya drive-nya mirip Brandon Ingram, dalam versi nggak terkesan ringkih. Post up jumpernya juga mirip, dengan posisi nembak yang lebih mantap Kecepatan Tatum punya, tenaga juga ada. Kemampuan bertahan? Klo emang mirip Danny Green versi lebih gesit mestinya bisa, minimal buat nutup ruang gerak guard atau small forward yang nggak lebih bertenaga dari Tatum. Minimal dengan profil fisik yang doi punya, dasar-dasar defend yang selama ini dipraktekin Klay Thompson mestinya bisa-bisa ditiru jugak.  

Pertanyaannya sekarang, tim mana yang akan benar-benar milih mereka dan bagaimana perjalanan karier mereka setelah dipilih tim bersangkutan. Yang jelas sengotot-ngototnya kita ngira-ngira, keputusan PERTAMA ada di tangan Boston Celtics. Boston Celtics dapet hak istimewa ini dari Brooklyn Nets. Hak ini diperoleh sewaktu Boston Celtics mengirim Kevin Garnet ke Nets tahun 2013. 

Sebagai bagian dari transaksi, Nets mengirim jatah draft pick putaran pertama tahun 2017. Kebetulan, Nets ada di peringkat 30 musim ini, jadi peluang Celtics dapet draft dapet draft 3 besar juga paling besar, 64,2% dengan peluang dapet draft peringkat 1 juga paling besar, 25%. Peringkat dua dipegang oleh Phoenix Suns yang rekornya di atas Nets. 

Dengan peluang peringkat 3 besar sekitar 55.8% dan peluang peringkat 1 sekitar 19,9%. Peluang terbesar ketiga ada pada Lakers. Peluang mereka ada di tiga besar sekitar 46,9%. Hanya saja cerita draft Lakers nggak sampe di sini doang. Berhubung ada perjanjian kalok hasil kocokan lotere draft menempatkan Lakers di luar tiga besar, hak trade Lakers bakal terbang ke Sixers.

Nonton Magic Johnson joget di draft lotere NBA. Channelnya channel NBA (ada pita birunya)

Nggak heran begitu Lakers dapet tiga draft pick tiga besar bukan cuman Magic Johson yang girang tapi juga saya. Bedanya waktu Magic Johnson joget, beliau disorot kamera, klo saya nggak. Dari hasil kocokan Lakers ada di peringkat dua dan yang menarik Sixers ada di peringkat tiga.

Sebagai pemegang draft pick urutan pertama, Celtics bisa jadi penentu jalannya drama 22 Juni besok (masih lama jebulnya). Drama yang boleh jadi bukan sekedar siapa draft yang akan dipilih tapi juga drama tentang apakah draft yang Celtics pilih akan dipakai sendiri atau dikirim ke Utah Jazz demi acara reuni Brad Stevans dengan pemain yang dilatihnya semasa kuliah Gordon Hayward (sebenarnya nggak pake dikirim ke sono juga bisa, secara Hayward kan free agent musim depan) atau malah dikirim ke Chicago Bulls buat dituker ama Jimmy Butler.

 Lakers di sisi lain juga bisa bikin sinetron sendiri. Skenario pertama adalah mempertahankan tim yang musim lalu ngebawa Lakers kalah 45 kali,  dan menambahkan amunisi baru lewat free agent dan draft pick nomor 2 (baca Lonzo Ball), atau menukar bintang mudanya untuk Paul George misalnya. Skenario yang sejauh ini  beredar adalah menukar salah dua dari Nance/Clarkson/Randle/Russell/ Ingram/ draft no 2 dengan Paul George. 

Terus terang komoditi paling kinclong yang Lakers punya ada di dua nama terakhir. Hanya saja Magic Johson konon akan mempertahankan para pemain mudanya. Yang agak sulit adalah jika Lakers pengen mencari peminat Mozgov dan Deng. Bukan karena skills mereka yang biasa-biasa aja tapi salary-nya yang dinilai terlalu tinggi untuk pemain (bukan) bintang seusia mereka. 

Skenario menukar Deng bisa berjalan kalau yang dikirim bukan Deng seorang, tapi dengan salah satu dari tiga nama aset Lakers yang disebut belakangan, Kebetulan total salary mereka boleh dibilang setara dengan salary Paul George (termasuk klo salary PG13 otomatis naik karena masuk tim nominasi tim terbaik ketiga NBA musim ini). 

Hanya saja cara ini bisa jadi nggak begitu menguntungkan buat Lakers. Berhubung Paul George jadi free agent musim 2018/19, ngapain harus ngetrade pemain muda segala. Lagi pula PG13 udah menyatakan ketertarikannya gabung sama Lakers. Nggak menutup kemungkinan tagar #PG13toLA menggema dua musim mendatang kayak tagar Lemarcus Aldridge to LA (#LAtoLA) yang sempat diprakarsai oleh Den Baguse Adam Levine dua tahun lalu dan malah ndak ke LA babar pisan tapi ke Spurs  #eh

www.gannett-cdn.com
www.gannett-cdn.com
Hanya saja skenario PG13 ke Lakers bisa jadi nggak kejadian lantaran status Free agent Hayward musim depan. Selain Celtics, tim yang boleh jadi disambangi Hayward musim depan adalah tim di kampung halaman Hayward, Indiana Pacers. Hanya saja kalok orentasinya prestasi, Hayward akan lebih memilih Celtics yang punya fondasi tim yang lebih teruji di babak play off.

Sumber: fansided.com (marreese speights juga boleh ding kan tembakan tiga angkanya juga bagus)
Sumber: fansided.com (marreese speights juga boleh ding kan tembakan tiga angkanya juga bagus)
Untuk Lakers sendiri, saya punya pendapat sendiri yang sebenernya udah kliatan dari awal saya bikin coretan ini, Klo saya Rob Pelinka eh Magic Johson, saya tuker Clarkson ma Randle atau Russell yang jump shotnya kurang luwes dengan guard yang bagus. Untuk ngisi kekosongan power forward, Lakers bisa ngontak free agent semodel Joe Ingles, Elsan Ilyasova, Danilo Galanari, atau Serge Ibaka yang punya tembakan tiga angka bagus. Trade no. 2, Klo saya jadi Lakers, saya akan pilih Josh Jackson atau Jayson Tatum di posisi small forward yang punya defense bagus. Intinya corat-coret panjang pisan, intinya cuma pingin beropini ini doang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun