Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tunnel (Drakor): Kesan Pertama (yang Panjang)

4 April 2017   14:24 Diperbarui: 6 April 2017   00:30 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baby Kim Sun Jae (Gambar dipinjem dari OCN Original Tunnel ep. 1)

Hanya saja detektif Park Kwang Ho  tetap pada pendiriannya. Bukan meyakini bahwa remaja tadi bersalah namun meyakini bahwa kejahatan dilakukan tak jauh di lokasi kejadian perdana. Keyakinan yang membawanya ke sebuah lorong sepi di malam hari. Keyakinan yang membawanya melangkah jauh ke depan entah untuk alasan apa.  

Saya sadar informasi tambahan justru akan mengurangi kenikmatan anda menonton serial ini. Meskipun begitu. Sejatinya kisah Tunnel baru dimulai saat saya mengetik kata titik.

Detektif Park Kwang Ho  memasuki dunia baru selepas keluar dari terowongan. Nggak perlu jadi seorang  Park Kwang Ho  untuk merasakan excited, bingung, sekaligus frustasi di masa yang baru. Saya juga akan sama noraknya, sama gapteknya, dan sama bingungnya melihat dunia yang baru. Dunia baru yang sedikit terlambat disadarinya meski keanehan bertebaran sepanjang jalan yang membentang dari terowongan ke kantor detektif Park Kwang. Park Kwang Ho  nyaris ditabrak mobil yang kini berjalan lalu-lalang. Park Kwang Ho yang berupaya menilang pengemudi yang nyaris menabraknya nampak kikuk lantaran tak bisa membuka pintu mobil yang tetap terkunci otomatis selama mesin mobil masih menyala. Namun semuanya sirna sewaktu mobil langsung ngacir. Park Kwang Ho yang sejenak tampak bingung hanya bisa menggerutu.

Park Kwang Ho  masih belum menyadari perubahan yang terjadi ketika memasuki ruangan yang dulu dikenalnya meski kantor yang awalnya bernuansa krem mendadak jadi lebih putih dan mesin ketik berisik berganti komputer berlayar datar.

Park Kwang Ho  baru sadar ada yang berbeda ketika ada orang lain yang menempati mejanya. Seseorang yang dingin, tak bersahabat yang anehnya tengah asik membaca berkas kasus yang tengah ditangani Ho Park Hwang. Sesuatu yang pasti akan bikin penasaran apabila diperiksa di tahun 1986 dan akan mengundang tanya apabila berkas diperiksa 30 tahun berselang. “Siapa nih orang maen periksa-periksa aja berkas lama, emangnya situ siapa.” Sayang yang sibuk bertanya begitu baru anda, penonton maksud saya, dan bukan Park Kwang Ho. Park Kwang Ho justru lebih sibuk menghardik dan meyakinkan petugas asing bahwa ia duduk di tempat yang salah. Di sisi lain, petugas asing tadi nggak kalah galak, meminta Park Kwang Ho untuk nggak nyolot. Wajar petugas tadi bersikap berani lantaran doi emang nggak tengah melakukan kejahatan, nggak bersalah, dan doi emang letnan di kantor itu, Letnan Kim Sun Jae.

Menariknya, Kim Sun Jae tidak terlalu menaruh curiga pada Park Hwang Ho lantaran petugas bernama sama memang segera ditugaskan di kantor tempat Kim Sun Jae bekerja keesokan harinya. Bahkan pemberitahuannya pun dikirim lewat faksimili meski tanpa dilengkapi foto. Kebetulan aja Park Hwang Ho yang berada dekat mesin faksimili sewaktu pemberitahuannya nyampe. Data diri yang tercetak di pemberitahuan itulah yang membuat Park Hwang Ho sadar ada yang aneh. Bagaimana bisa Park Hwang Ho dilahirkan tahun 1988? Bukankah sekarang masih tahun 1986? Klo pun bener lahir tahun 1988, apa iya bayi dipercaya jadi polisi? Bukan detektif namanya klo Cuma sekedar bertanya. Park Hwang Ho pun langsung mencari tahu setelah berhasil melumpuhkan Kim Sun Jae. Memborgolnya di dekat kursinya sendiri.

Park Hwang Ho pun segera menapak tilas tempat yang (dulu) dikenalnya. Mulai dari kantor hingga tempat yang ia tinggali. Namun semua telah berubah. Rumah tinggalnya kini pun tak ada. Anehnya Park Hwang Ho nggak bertanya pada masyarakat sekitar ke mana istrinya pindah (ya kalok pindah, klo jadi korban kejahatan laen soal). Sejauh ini saya anggap wajar lantaran tak banyak warga sepuh yang tinggal di sana dan nggakbanyak juga informasi yang bisa kita dapat dari kejadian tiga puluh tahun berselang. Meski kalau mau nanya sebenarnya bisa dateng ke Ketua RT #eh.

Pulang jadi satu-satunya hal yang Park Hwang Ho inginkan. Ia lantas meminta sopir taksi mengantarkannya ke terowongan tempatnya terbangun malam tadi. Berharap dapat kembali apabila melintasi terowongan yang sama sekali lagi. Pertanyaannya “lha tadi balik ke kantor dari terowongan bisa, nape sekarang binun ya?” Ah sudahlah. Setidaknya Park Hwang Ho memang pangling lantaran lokasi menuju terowongan sedikit banyak tak dikenalinya lagi. Tempat ibadah yang jadi ancer-ancer lokasi terowongan kini sudah menjadi Rumah Sakit Jiwa.  Rumah sakit jiwa di mana Park Hwang Ho bertemu perempuan misterius yang mau membayarkan biaya taksinya. Nggak tau kenapa.

Rumah Sakit Jiwa tempat Park Hwang Ho menemukan kasus pertamanya di masa kini, tidak lama setelah ia sampai di sana. Seorang pasien Rumah Sakit Jiwa ditemukan tidak bernyawa. Sebatang pensil kuning menancap di leher sebelah kiri. Pasien, Lee Sun Ok, ternyata seorang tersangka pembunuhan yang pernah diwawancarai detektif Park Hwang Ho tiga puluh tahun silam. Kebetulan yang mencurigakan.  Lee Sun Ok ditangkap karena diduga membunuh pelanggan yang meyakitinya. Lee Sun Ok hanya diam saat dinterogasi. Terkesan acuh lebih tepatnya.  Park Hwang Ho lantas mencoba membujuknya. Ia mengatakan Lee Sun Ok bisa saja dipenjara justru karena tidak mau bicara. Terlebih jika bukti ikut memberatkan nantinya. Kasihan adik yang sedari kecil susah payah dirawatnya nanti.

Interogasi Lee Sun Ok (gambar dipinjem dari OCN Original ep. 2)
Interogasi Lee Sun Ok (gambar dipinjem dari OCN Original ep. 2)
Kata-kata ini nyaris membuat Lee Sun Ok bicara apa adanya. Nggak tau apa. Setidaknya, matanya berkaca-kaca. Sayang, pengakuan tertunda lantaran Park Hwang Ho diminta menghadap atasan yang tengah berkunjung. Jawaban diberikan setelah jeda. Kali ini dengan ekspresi cuek layaknya di awal introgasi, dengan nada yang lebih ringan. Lee Sun Ok mengaku tidak bersalah.

Pengantar yang lumayan menegangkan, tapi rada kurang nendang buat thrillerbeginian. Kasusnya (seakan) dibiarkan menggantung meskipun tidak sulit menerka apa yang terjadi lewat ekspresi Lee Sun Ok.  Ekspresinya tampak nggak setulus saat matanya berkaca-kaca. Park Hwang Ho juga terlihat kecewa melihat ekspresi Lee Sun Ok barusan. Ekspresi yang meyakini bahwa Lee Sun Ok nggak sepenuhnya jujur. Setidaknya penonton bisa merasakan hal yang sama. Mungkin itu dirasa cukup bagi sutradara. Tidak heran, kini, para polisi lebih disibukkan mencari tahu apa yang terjadi kini, pada Lee Sun Ok tepatnya. Bukan hal sulit lantaran CCTV dipasang menghadap halaman rumah sakit. Setidaknya kita tahu siapa yang keluar masuk di sekitar waktu kejadian. Mau tebak siapa yang berkunjung ke kamar Lee Sun Ok terakhir kali? Yups tebakan anda benar kalau tebakan anda memang perempuan misterius tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun