Mohon tunggu...
Camelia Ahmad
Camelia Ahmad Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar jadi Penulis

I believe in process

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasi Bungkus Mirna

10 Desember 2020   14:48 Diperbarui: 10 Desember 2020   14:51 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"mungkin" jawabku singkat.


Percakapan kami malam itu cukup serius, Rony menuntutku untuk mengambil sikap untuk bicara apa adanya pada bos ku agar dia tahu ada ular dikantornya atau mengundurkan diri. Dia bahkan mengancam mogok menjadi tong sampahku apabila sampai bulan depan aku tetap tidak melakukan apa-apa. Ocehan Rony ada benarnya, aku hanya ingin ketenangan dalam bekerja, bukan sekedar menerima upah bulanan dan posisi karir yang bagus saja, kantorku yang sekarang memiliki klien-klien yang menantang, hanya saja lingkungan toxic itu teramat mengganggu.


Selang berapa lama, pelayan warung menghampiri kami untuk meminta kami melanjutkan pembicaraan di tempat lain, karena kursi kami diperlukan pengunjung lain. Rony yang dari awal bersikeras mau mentraktirku bergegas menuju kekasir, sementara aku menuju tempat parkiran.

Aku tidak menyangka ternyata Rony tidak hanya membayar makanan yang kumakan tapi dia juga membeli 5 bungkus nasi yang dia berikan ke Mira, aku memperhatikannya dari samping mobil. Sempat terjadi perbincangan panjang antara Rony dan Mira yang berakhir dengan Mira mencium tangannya dengan hormat.

Ketika Rony mendekatiku, dia pun langsung mengambil kunci dari tanganku seraya berkata 'ssttt ga usah banyak ngomong' yang kubalas dengan senyuman haru. Rony pun berusaha mencari tukang parkir untuk membantunya keluar dari area parkir yang sempit dan kusut itu.


Lima belas menit kemudian kami baru bisa keluar dari parkiran, Rony mulai mengendarai mobil dengan kecepatan sangat lambat untuk meneruskan ceramahnya yang sempat terpotong tadi. Reaksi ku hanya diam mendengarkannya sambil melihat jalanan, mataku tertuju pada peristiwa yang ada di pinggir jalan yang ku pantau dari kaca spion, ada seorang gadis kecil yang dengan riang membawa satu bungkusan besar berisi barang dagangan dan kantong plastik berisi beberapa bungkus makanan untuk keluarganya, senyum gadis itu mengembang. Lalu, tiba-tiba sikecil berhenti tepat di depan gerobak yang didorong oleh lelaki dewasa yang berisi seorang ibu dan anak balita, dia pun bercakap-cakap dengan ibu itu, tak lama kemudian dia mengeluarkan dua bungkus nasinya dan memberikannya kepada sang ibu. Ibu itu terlihat bingung, namun sang anak  yang sedari tadi ada digendonganya melepaskan diri, sang ibu berusaha mencegahnya, namun sang anak sudah membuka satu bungkus nasi itu. Ia melahapnya dengan sigap. Gadis kecil itu tertawa melihat ulah sang anak, dia pun mengusap bibir sang anak yang belepotan dengan makanan, lalu pergi meninggalkan mereka dengan senyuman yang lebih mengembang.


"BERHENTI Ron, sekarang" teriakku pada Rony. Rony pun gelagapan menghentikan mobil. Tanpa perlu waktu lama aku segera menghambur keluar menuju gadis kecil itu yang seketika membeku dengan tatapan bingung melihatku.


"saya belikan lagi ya" ujarku pada Mira. Mira tersenyum.


"terima kasih, tidak usah. Adik Ian belum makan dari kemarin sore, dia hanya minum air putih dari penjual pinggir jalan. Lagipula, sisa tiga nasi bungkus ini sudah lebih dari cukup untuk kami berlima dirumah, kak" ucapnya dengan senyuman yang penuh ketulusan.


Aku terpana, penjelasan Mira telah menusukku jauh lebih dalam dari kalimat-kalimat sarkas yang diucapkan Rony sepanjang malam ini. Aku yang selalu dibutakan dengan permasalahan yang sama setiap hari nya, telah menutup mataku dari rasa bersyukur akan apa yang telah aku miliki selama ini. Aku sibuk meratapi sakitnya dampak bisa ular Maya di kantor, sampai-sampai aku lupa menjadi kodratku sebagai manusia untuk berbagi, berbagi dengan iklas tanpa perlu menunggu kita sedang berlebih, atau sekedar pencitraan untuk dipajang di sosial media. Akupun memeluk Mira dengan air mata yang mengalir deras. #jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun