Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Narasi Sosialisme Religius

14 Mei 2023   11:40 Diperbarui: 22 Mei 2023   09:58 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pembacaan 'kiri', gagasan kebudayaan dalam Islam, yang menjadi inti revolusi, tak lain akan mendorong kesadaran progresif yang akan membongkar segala bentuk kepalsuan dari kapitalisme. Selain itu, sumbangan Marxisme sangat penting untuk dipakai oleh gerakan Islam karena memberi pelajaran berharga untuk melakukan sistematisasi terhadap fakta maupun gejala-gejala sosial yang tumbuh.

Ideologi dalam analisis Marxis, adalah sebuah mekanisme yang dipakai kaum borjuis untuk mereproduksikan dominasi kelasnya. Dalam keadaan yang terdistorsi, ideologi tidak mewakili hubungan-hubungan produksi yang ada (dan hubungan-hubungan lain yang diturunkan darinya), tetapi mewakili semua hubungan (imajiner) para individu pada hubungan-hubungan produksi serta semua hubungan yang diturunkan darinya. Ideologi memberikan kerangka kerja yang didalamnya manusia menjalani hubungannya dengan realitas sosial tempat mereka berada.

Disini struktur ideologis tak lepas dari struktur kelas, dan struktur kelas tidak lepas dari struktur ekonomi. Makanya dilihat secara sosiologis, Marxisme merupakan teori tentang peningkatan kelas yang tidak memusatkan perhatian pada keberhasilan-keberhasilan sementara, dan karenanya tak akan menggunakan suatu 'penggulingan kekuasaan' sebagai sarana untuk memperoleh kekuasaan, melainkan yang karena kecenderungan-kecenderungan revolusionernya harus selalu peka dan berjaga-jaga terhadap konstelasi-konstelasi tak terduga dalam situasi itu. Atau seperti pendapat gerakan Mujahidin Khalq, kami mengatakan 'tidak' untuk filosofi Marxis terutama ateisme. Akan tetapi, kami mengatakan 'ya' untuk pemikiran sosial Marxis, khususnya analisisnya tentang feodalisme, kapitalisme, dan imperialisme.

Revolusi sosial mungkin jawaban yang tidak sempurna, tetapi melalui jalur inilah, agama mengambil bentuk keberpihakan yang jelas. Untuk apa harus menggunakan Islam Kiri? Pertama-tama karena kategori 'kiri' akan mendorong ummat untuk belajar lebih banyak mengenai materialism historis yang bisa dijadikan alat analisis persoalan yang sekarang sedang dialami, yang kedua, kiri adalah kategori yang akan mengembalikan 'iman' dalam perseteruannya dengan para penindas. 'Iman' akan dihadapkan dengan kezaliman maupun kekuasaan otoriter yang kini menjadi 'tuhan' baru. (Prasetyo, 2014).

Sebuah Perspektif

Keimanan sebagai sesuatu dihunjam dalam hati, ditegaskan melalui lisan, dan kemudian tergerak oleh perilaku. Kiri ditempatkan sebagai sebuah perasaan yang paling halus ketika melihat realitas sosial, mengiba melihat kemiskinan, melawan melihat penindasan, menangis melihat penderitaan, ringkih melihat kelaparan. Dari "keimanan yang kiri", menjadi Islam Kiri, dan kita bertanya mengapa demikian? Sebuah keimanan yang beranjak dari pergulatannya atas semua problem sosial untuk dipecahkan mengikuti sabda Illahi. Mengapa harus kiri? Karena ada peninggalan Marx, menurut Louis Althusser (dalam Prasetyo, Eko, 2014), yang tampaknya bisa dijadikan 'alat bantu' analisis; pertama, Marx meneumukan konsep cara produksi dalam sejarah dan secara khusus cara produksi kapitalis (nilai lebih, nilai tukar, komoditas) yang selama ini mengambil peranan dalam membentuk tatanan sosial.

Ciri-ciri yang mencakup tiga unsur dasar yang telah disebutkan Chaves diantaranya transformasi ekonomi, demokrasi partisipatif, dan protagonis dalam lapangan politik, dan etika sosialis berdasarkan cinta kasih, solidaritas, dan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, setiap orang. (Harnecker, 2015). Syarat-syarat Sosialisme Religius diantaranya transdenesi, relativitas, dan harapan. Misi Islam Kiri adalah pendistribusian kembali kekayaan Muslim di antara sesama Muslim sebagaimana ketentuan Islam, berdasarkan pekerjaan, usaha, dan keringat. Dan ini diberlakukan sebagai bentuk keadilan kepada muslim dan non Muslim, semua umat, semua rakyat.

Atau seperti gagasan Asghar Ali dengan pendekatan kiri mulai membentangkan tahapan perjuangan Nabi dalam kerangka konfilk antar kelas sosial. Mirip dengan gagasan Teologi Pembebasan Amerika Latin, yang memaknai pembebasan yakni; pertama, pembebasan dari belenggu penindasan ekonomi, sosial, politik atau alienasi kultural atau kemiskinan atau ketidakadilan. Kedua, pembebasan dari kekerasan yang melembaga yang menghalangi terciptanya manusia baru dan digairahkan solidaritas antar manusia. Dalam konteks ini seperti pembebasan untuk keberpihakan, dimana kuam mustadhafin (orang-orang yang dilemahkan) mengalahkan kaum mustakbirin (orang-orang yang sombong) agar terbangun sistem sosial yang tidak eksploitatif. Ketiga, pembebasan dari dosa yang memungkinkan manusia mengimbangi implementasikan semua nilai-nilai keimanan dalam tatanan sosial.

Asas lain yang diuraikan Sayyid Qutbh (1994), Islam menolak menjadikan materi sebagai imbalan bagi nilai-nilai itu dan tidak mau mengubah kehidupan ini menjadi sekedar dinilai dengan sepotong roti, kepuasan jasmani, atau sejumlah uang namun dalam waktu yang bersamaan memberi beban kepada setiap orang yang tidak jarang pula melebihi kemampuan mereka, dengan tujuan melenyapkan tekanan kehendak mereka. Islam juga mengharamkan segala bentuk kemewahan yang mendorong manusia tertuju pada kehidupan materi, memperturutkan nafsu syahwatnya dan menciptakan kelas-kelas yang berbeda dalam masyarakat. Dalam masalah kekayaan ini, Islam mengatur pula hak-hak fakir miskin sesuai dengan kebutuhan mereka dan yang membawa kebaikan bagi masyarakat, serta menjamin terwujudnya keadilan, terpenuhinya kebutuhan dan pertumbuhan individu. Tjokroaminoto pun menyebutkan, "Islamisme adalah dasar dan sumber sosialisme yang sejati, untuk menimbulkan keselamatan dunia dan keselamatan akhirat bagi segenap kemanusiaan".

Sekali lagi harapan Teologi Qur'ani dengan keras mengecam eksploitasi, arogansi kekuasaan dan penindasan. Al-Quran juga menegaskan janji Allah; "Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)" (Q.S Al-Qashash : 28 :5).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun