Performa idolaku, Mariah Carey, di konser akhir tahun 2016 tersebut terbilang buruk, atau dengan kata lain: gatot (gagal total). Mariah Carey bernyanyi tidak, lipsing pun nolak.
Sudah pasti, komentar tak sedap pun bermunculan, offline dan online. Di jagat online, banyak yang menilai, karir Mariah Carey ‘terbunuh’ dalam penampilannya itu, alias karir penyanyi hits lagu Hero itu sudah tamat.
Komentar lain yang berbau teknis pun ada. Tangan Mariah yang berkali-kali mencari-cari sesuatu di sekitar kalungnya, diprediksi sebagai upaya Mariah mencari ear-in monitor yang ia kenakan. Apakah ear-in monitor itu terlepas, ataukah tidak berfungsi, ini juga belum pasti.
Memang, sehari kemudian, perwakilan resmi sang diva, mengatakan terjadi masalah teknis saat penampilan Mariah.
“Sesaat sebelum naik ke panggung, Mariah telah memperingatkan tim produksi dan penanggung jawab panggung, bahwa ear-in monitor di telinganya tidak berfungsi,” demikian ucap perwakilan itu.
Nah loh… apakah tim produksi abai, untuk acara sebesar itu di akhir tahun, di Amerika, dan diva sekelas Mariah? Ouw… Sekali lagi, belum ada jawaban pasti.
Dan, ini penting… sekurang (sejelek) apapun kondisi teknisnya, Mariah tetap mau tampil. Artinya, ia paham betul dengan resiko yang ada. Diva selevel Mariah Carey, tentu saja kaya pengalaman manggung internasional, jadi mestinya ia mampu berimprovisasi menutupi kekurangan teknis dan non-teknis apapun itu.
Miris memang, jika konser bertaraf dunia oleh diva papan atas, yang mestinya live, harus tampil lipsing. Tapi, apa mau dikata, ‘sesuatu’ memang telah terjadi dengan Mariah Carey, sehingga seakan tidak mampu lagi membuat suara ciamiknya lestari. Apakah sesuatu itu adalah kehidupan perkawinannya yang gagal dengan presenter Nick Cannon, atau faktor usianya, ataukah tidak disiplin dan profesional menjaga kualitas suaranya, atau ada hal lain yang kita tidak tahu…
Ada apa Mariah Carey? Come on, I know you can do the best. Rise up!