Semalam suntuk ia tak mampu tidur memikirkan cibiran anak-anak kampung sebelah
Otaknya telanjang, klinis, berkilat.......
Lihat, busana ubun-ubunnya tersingkap,
Bagai punya kelamin di atas kepala, ditumpangkanlah telapak menutupi ubun, terbirit menyisir gang-gang desa
Kini dipungutlah helai-helai geram-keram menghinggapi otak
Si botak pun berontak karena berotak
(Bilik kata, Nitapleat, 20 November 2019)
Penantian Pena
Pagi yang kental, selepas malam menyantap lelah
Kubangunkanmu dengan sebatang pena
Sebab kaulah itu tulisan yang belum pula tertulis