Mohon tunggu...
Poemeranians
Poemeranians Mohon Tunggu... Desainer - Graphic Designer

Hanya karyawan biasa dengan hobi yang juga biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hangat Matahari Terbit

9 Agustus 2024   14:35 Diperbarui: 9 Agustus 2024   14:39 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku benar - benar membeku dan tidak bisa melakukan apapun selain menyapanya, entah bagaimana caranya, tapi aku merasa aku menyapanya waktu itu, dia sangat amat cantik, kesanku tidak pernah berubah terhadapnya sedari dulu. Dia sedang bersama dengan temannya, begitupun juga aku, Tika dan temannya membawa anjing peliharaannya untuk jalan - jalan dan yang mungkin sekarang disebut “playdate”. Bulu anjing peliharaannya kuning keemasan merona, kata ku, “cantik sekali, sama seperti pemiliknya”, aku tidak sadarkan diri, aku tenggelam di dalam pesona Tika, aku sadar ketika aku sudah sedang turun tangga menuju parkiran untuk pulang.

Di sepanjang jalan aku katakan selalu kepada temanku, “Gila, Tika sangat cantik, cantik sekali”, “tidak ada yang lebih cantik dari dia”, “dia sempurna”. Temanku sampai beranggapan bahwa aku gila dan berlebihan, kami terus membicarakan Tika sepanjang jalan, sampai dimana ternyata temanku memberitahu aku kalau Tika juga sekolah di SMA yang sama dengan kami, kita selalu 1 gedung dengan Tika dari SMP ke SMA. AKU TIDAK PERNAH MELIHAT DIA DI SMA WAKTU ITU, aneh, benar - benar aneh, sebesar itu rasa suka ku terhadap Tika tapi aku tidak pernah melihatnya kala itu.

Rasa sesal mulai hadir, sesal karena aku tidak berusaha mendekat dengannya waktu SMA, walaupun waktu itu Tika juga sudah punya pacar, tapi aku harusnya bisa menjadi teman. Dengan datangnya rasa sesal itu, di waktu yang sama juga aku sadar, aku jatuh cinta dengan Tika untuk yang ke2 kalinya. Apapun yang terjadi aku akan tetap bersyukur akan hadirnya sosok Tika dihidupku terutama di titik - titik penting didalamnya dan membantuku dengan cara yang bahkan aku tak tahu apa itu. Aku menolak rasa ini untuk pudar, dengan hanya harapan yang aku punya, semoga jalan kita akan bertemu suatu waktu nanti.

Semua cerita ini adalah tentang Tika, penggambaran sempurna citra Tuhan dari buah matanya, wujud nyata dari hangat dan cahaya dari parasnya, keberadaan nyata penenang hati hanya dengan sekedar “ada”, perawakan fisik dari gelar “terhormat” dari lembut lisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun