Robert Pratten, pakar cerita mencoba memopulerkan tiga pendekatan strategi transmedia storytelling, pendekatan franchise, Portmanteau, dan complex experience. Mungkin di kesampatan lain saya akan bahas ini.
Demikian halnya jika kita merekonstruksi model bisnis Winter Sonata. Mulanya Winter Sonata seolah hanya sekedar film romantis. Tapi, ternyata impact atau call to action dari film ini adalah peningkatan jumlah kunjungan ke Korea Selatan, yang signifikan.
Tek-tokan antara produsen film dan pihak pengelola pariwisata nampaknya sudah manunggaling sekali. Segala akses, fasilitas akomodasi sudah dipersiapkan dengan matang. Bukan setelah film rilis laris, banyak pengunjung ke situs wisata, kemudian fasilitas dan infrastrukturnya njeketek ala kadarnya alias ngga siap. Wah... di sini kita mengalami miss and loss. Hilang sudah momen meraih si cuan.
Setelah suksesnya invasi korean drama generasi pertama, selanjutnya, budaya pop Korea begitu mudah masuk di tanah air, menggerser kecintaan bangsa atas budayanya, bahkan memasuki ranah persaingan industri entertain global.
Gerakan Winter Sonata ini begitu inspiratif, dan semoga dapat menjadi salah satu referen terbaik bagi kita untuk mengkolaborasikan sektor budaya, pariwisata, industri kreatif serta gerakan UMKM secara masif dan terintegrasi.
Majulah bangsaku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H