Mohon tunggu...
Calvin Layuk Allo
Calvin Layuk Allo Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Pekerjaan saya sebagai dokter spesialis penyakit dalam di salah satu RSUD di Kaliantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaafkan

31 Mei 2018   08:43 Diperbarui: 31 Mei 2018   08:55 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tapi kemudian, mengapa bumi ini belum menjadi lebih baik?

Mungkin karena disaat ada orang lain yang meminta bantuan pada kita, kita menolaknya karena takut dia akan menipu kita. Setelah sebelumnya kita melihat di televisi ada berita tentang penipuan, dan kita tidak mau hal itu terjadi pada kita. Jadi kita memilih waspada sehingga kita menolak memberi bantuan pada orang itu. Tapi bagaimana bila orang tersebut memang sungguh-sungguh butuh bantuan kita?

Anggaplah kita ternyata mengambil pilihan yang lain. Kita membantunya. Tapi kemudian orang itu ternyata memang pada akhirnya menipu kita, bahkan melukai kita. Kita akan jadi trauma, bukan? Kita membuatnya menjadi pelajaran. Kita menyimpan dendam.

Tapi bagaimana bila suatu waktu ada orang lain lagi yang memang membutuhkan bantuan kita tanpa bermaksud menipu kita? Akankah kita mau melupakan dendam kita kepada penipu sebelumnya? Bagaimana bila hal tersebut sudah terjadi pada diri kita berulang-ulang? Besar kemungkinan kalau kita akan mengambil sikap waspada.

Jadi, ini adalah lingkaran setan. Dan ini sangat sulit. Tapi ingat, seperti ibu yang pemaaf tadi, kuncinya adalah pada pilihan-pilihan yang kita ambil, serta kesediaan untuk mau memaafkan dan melepaskan kepedihan hidup. Memaafkan orang lain, serta diri sendiri. Selalu dan selalu.

Ibu itu telah mengenal kunci dari mengalahkan kutub-kutub "negatif" dalam dirinya. Mulai sekarang sampai waktunya nanti, ibu itu telah hidup pada utopia, apapun yang akan terjadi kepadanya. Dia hanya akan merasa bahagia dan tidak akan pernah takut lagi sepanjang sisa hidupnya.

Apa kamu pikir kamu sudah bahagia? Sudah tidak merasa takut? Apa kamu pikir semua orang akan bisa menciptakan utopia bagi dirinya sendiri?

Bisakah kamu membayangkan bahwa suatu saat kita tidak akan membutuhkan polisi, jaksa, dan hakim?

Sudah saya duga kamu akan memilih jawaban itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun