Mohon tunggu...
Calvarel Gerald. E. Pirri
Calvarel Gerald. E. Pirri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Futsal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dalam Diam

19 November 2024   21:39 Diperbarui: 19 November 2024   23:40 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Damar adalah seorang pemuda yang hidup di sebuah kota kecil di antara gunung dan laut. Anak itu adalah seorang seniman yang hidup dalam kedamaian di sebuah rumah kecil yang dipenuhi lukisan dan kanvas. Setiap hari, Damar berlalu di studionya dan mencoba menangkap pemandangan alam kota atau wajah-wajah yang dia lihat dan kenal sepanjang hari di jalan. 

Satu wajah, seseorang yang bahkan tidak akan pernah dapat dia lukis dengan sempurna, mengisi pikirannya dan tidak pernah membiarkan hatinya tenang mengapa tidak bisa dia buat wajah itu terlihat sama seperti tuannya. 

Namenya: Sari. Gadis yang tinggal di seberang jalan; bukan karena Sari, mereka berdua jarang berbicara, melainkan wajahnya hanya muncul dengan senyumannya cerah setiap kali dia melewati studio Damar. 

Mereka akan mengangkat dagunya atau hanya pun jari terakhir pada saat itu, meskipun Damar merasa bahwa seseorang membuka darah dan bentuk unik yang menautkan tanpa dasar antara dirinya dan steward. Mereka tidak memiliki bahasa, tetapi untuk alasan tertentu, koneksi mereka berdiri begitu kuat. 

Bagi Damar, itu adalah cinta, meskipun tidak pernah benar-benar memahami. Mereka dari dunia yang berbeda, apa yang bisa anak artis tawarkan gadis desa sederhana? Dan begitu sering, anak itu lebih merasa kesepian di tengah dunia yang sepi.

Saat senja tiba dan matahari mulai terbenam di langkap rumahnya pada sore itu,, Damar memilih untuk duduk santai di beranda rumahnya yang lapang.. Dari sana,, dia dapat melihat Sari pulang dari pasar dengan keranjang berisi sayuran dan buah-buahan.. Setiap kali Sari melewati rumah Damar seperti biasanya,, dan saat mata mereka saling bertemu,, ada perasaan yang mendalam yang menyentuh hatinya..

Damar merasa ingin menyampaikan sesuatu yang terpendam dalam hatinya namun sulis kata-kata membuatnya terasa sulit baginya untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung sepertinya seorang seniman yang berusaha menangkap keindahan dalam karyanya namun tak mampu menyentuhnya secara langsung.

Suatu hari itu terjadi sebuah kejadian tak terduga di depan teras Damar; Sari berhenti dan memandang Damar dengan senyum lembut seakan mengerti isi hatinya.

"Sari bertanya dengan lembut kepada Damar,'Kenapa kamu terus memperhatikanku?'"

Damar terkejut karena selama ini ia merasa seolah hanya mengamati dunia melalui lukisan-lukisan yang telah ia buat.

"Damar ragu-ragu saat menjawab, 'Saya... saya tidak tahu cara mengungkapkan hal ini.'"

Senyum Sari semakin melebar saat dia duduk di sebelah Damar."Terkadang tak perlu banyak kata untuk ungkapkan rasa," katanya."Cinta dapat terpancar dalam keheningan,dalam perlakuan kita,saling memahami tanpa harus bicara."

Hatinya terasa hening dalam keheningan yang tak terucapkan tiba-tiba mengelilinginya seolah mendapati kebenaran - bahwa kasih sayang tidak sekadar berbicara dengan kata-kata tetapi juga tentang bagaimana dua hati saling merasakan meskipun tanpa kata-kata yang terucapkan.

Sejak saat itu sampai sekarang Damar dan Sari tidak lagi merasa butuh untuk menyatakan perasaan mereka secara lisan.Mereka berkomunikasi melalui hal-hal sederhana - senyum,tatapan,momen bersama.Yang tumbuh di antara mereka adalah perasaan sayang yang berkembang tanpa suara seperti gambar yang tercipta pelan-pelan,tanpa harus dipaksa.

Dan dalam setiap lukisan yang Damar buahkan ada satu ekspresinya yang tak pernah absen,dengan penuh upaya ia usahakan untuk menangkap secara penuh hatinya.Wajah yang dimaksud adalah Sari---tidak hanya terpampang di atas kanvas,tetapi juga merekah di dalam relung-relung hatinya.Cinta mereka,yang tumbuh dengan sunyi,telah menjelma menjadi karya senin tercantik yang pernah ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun