Damar adalah seorang pemuda yang hidup di sebuah kota kecil di antara gunung dan laut. Anak itu adalah seorang seniman yang hidup dalam kedamaian di sebuah rumah kecil yang dipenuhi lukisan dan kanvas. Setiap hari, Damar berlalu di studionya dan mencoba menangkap pemandangan alam kota atau wajah-wajah yang dia lihat dan kenal sepanjang hari di jalan.Â
Satu wajah, seseorang yang bahkan tidak akan pernah dapat dia lukis dengan sempurna, mengisi pikirannya dan tidak pernah membiarkan hatinya tenang mengapa tidak bisa dia buat wajah itu terlihat sama seperti tuannya.Â
Namenya: Sari. Gadis yang tinggal di seberang jalan; bukan karena Sari, mereka berdua jarang berbicara, melainkan wajahnya hanya muncul dengan senyumannya cerah setiap kali dia melewati studio Damar.Â
Mereka akan mengangkat dagunya atau hanya pun jari terakhir pada saat itu, meskipun Damar merasa bahwa seseorang membuka darah dan bentuk unik yang menautkan tanpa dasar antara dirinya dan steward. Mereka tidak memiliki bahasa, tetapi untuk alasan tertentu, koneksi mereka berdiri begitu kuat.Â
Bagi Damar, itu adalah cinta, meskipun tidak pernah benar-benar memahami. Mereka dari dunia yang berbeda, apa yang bisa anak artis tawarkan gadis desa sederhana? Dan begitu sering, anak itu lebih merasa kesepian di tengah dunia yang sepi.
Saat senja tiba dan matahari mulai terbenam di langkap rumahnya pada sore itu,, Damar memilih untuk duduk santai di beranda rumahnya yang lapang.. Dari sana,, dia dapat melihat Sari pulang dari pasar dengan keranjang berisi sayuran dan buah-buahan.. Setiap kali Sari melewati rumah Damar seperti biasanya,, dan saat mata mereka saling bertemu,, ada perasaan yang mendalam yang menyentuh hatinya..
Damar merasa ingin menyampaikan sesuatu yang terpendam dalam hatinya namun sulis kata-kata membuatnya terasa sulit baginya untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung sepertinya seorang seniman yang berusaha menangkap keindahan dalam karyanya namun tak mampu menyentuhnya secara langsung.
Suatu hari itu terjadi sebuah kejadian tak terduga di depan teras Damar; Sari berhenti dan memandang Damar dengan senyum lembut seakan mengerti isi hatinya.
"Sari bertanya dengan lembut kepada Damar,'Kenapa kamu terus memperhatikanku?'"
Damar terkejut karena selama ini ia merasa seolah hanya mengamati dunia melalui lukisan-lukisan yang telah ia buat.
"Damar ragu-ragu saat menjawab, 'Saya... saya tidak tahu cara mengungkapkan hal ini.'"