"Oh yang sering lewat di depan rumah?"
"Iya yang itu."
"Ada apa dengannya?"
"Tatapan matanya sangat tajam ketika aku berpapasan dengannya di perempatan jalan. Tampangnya judes dan kelihatannya ia galak deh. Aku jadi takut ya sudah aku balik ke rumah."
"Betul banget. Dia juga sering ngelihatin rumah kita. Apa jangan-jangan, ia ingin menculik kita?"
"Bisa jadi. Kita harus waspada dengannya."
"Kita belum pernah bercerita ini dengan ibu kan?"
"Belum pernah."
"Ya sudah, nanti sore ketika ibu kembali kita harus menceritakannya. Siapa tahu ibu juga pernah berpapasan juga dengannya."
Langit mulai berubah menjadi senja. Burung-burung beterbangan bernyanyi merdu. Anak-anak kucing mengamatinya dari teras, sering terpukau dengan itu. Embus angin yang dingin bertiup dan menerpa bulu-bulu mereka. Tak lama kemudian, ibu kucing datang membawa makanan. Mereka selalu menyambutnya penuh kehangatan dan kegembiraan. Semuanya masuk ke dalam rumah, melingkar dan menyantap makanan. Sembari bersantap, si anak kucing yang bercorak mirip ibunya mulai bercerita.
"Bu, jadi selama ini ada tante kucing berwarna abu-abu sering memata-matai kita di rumah, ketika ibu tengah pergi mencari makanan. Tatapannya tajam dan sepertinya dari ras anggora."