Mohon tunggu...
callistasalsabila
callistasalsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tokoh favorit saya adalah Princess Belle. Hobi saya adalah menonton film dan saya sangat suka film Marvel :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengajarkan Toleransi di Sekolah Dasar Melalui Sastra Anak

2 Desember 2024   10:46 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:57 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita-cerita seperti dongeng tentang persahabatan antara anak dari suku atau agama yang berbeda, atau kisah hewan-hewan yang bekerja sama meskipun memiliki karakteristik berbeda, dapat menjadi media yang efektif untuk mengajarkan toleransi. Melalui cerita, anak-anak belajar bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk bekerja sama atau berteman.

Strategi implementasi pengajaran toleransi di sekolah dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, di mana siswa diajak membahas nilai-nilai dalam cerita yang mereka baca dan mengidentifikasi setiap tokoh yang ada dalam cerita. Selain itu, drama pendek yang melibatkan siswa untuk memerankan tokoh dalam cerita dapat membantu anak memahami sudut pandang orang lain. Dengan cara ini, anak-anak belajar untuk menghargai perbedaan dan mengembangkan empati terhadap sesama.

4. Tantangan dalam Pemanfaatan Sastra Anak

Meskipun sastra anak memiliki potensi besar sebagai media pendidikan karakter, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman guru tentang potensi sastra anak sebagai media pembelajaran. Banyak guru belum terbiasa menggunakan cerita anak untuk menyampaikan nilai-nilai karakter, termasuk toleransi. Hal ini sering disebabkan oleh kurangnya pelatihan atau panduan tentang cara memanfaatkan sastra dalam pembelajaran.

Selain itu, keterbatasan bahan bacaan di sekolah juga menjadi kendala utama. Banyak perpustakaan sekolah, terutama di daerah terpencil, tidak memiliki koleksi buku sastra anak yang memadai. Padahal, keberadaan buku yang relevan dengan tema keberagaman sangat penting untuk mendukung pembelajaran.

Data UNESCO pada 2012 menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia sangat rendah, yaitu hanya 1 dari 1.000 orang yang memiliki minat baca serius. Ini merupakan kondisi yang memprihatinkan, mengingat membaca memiliki banyak manfaat, seperti melatih kecerdasan intelektual dan emosional serta memperkaya wawasan. Rendahnya minat baca ini juga menjadi tantangan dalam mengintegrasikan sastra anak ke dalam pendidikan.

5. Solusi untuk Mengatasi Tantangan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, pelatihan guru perlu diadakan secara rutin untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam memanfaatkan sastra anak. Workshop dan seminar tentang strategi pembelajaran berbasis sastra, seperti teknik bercerita, diskusi, dan bermain peran, dapat membantu guru menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Kunjungan ke perpustakaan daerah juga dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi tentang terbatasnya ketersediaan buku bacaan di sekolah. Dengan mengunjungi perpustakaan daerah, memungkinkan siswa dapat lebih mengembangkan pikiran imajinatifnya karena banyaknya berbagai buku bacaan yang ada.

Peran orang tua juga tidak kalah pentingnya bagi anak-anak. Di rumah, orang tua dapat membacakan cerita yang mengandung nilai-nilai toleransi kepada anak-anak mereka. Dengan begitu, proses pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga berlanjut di rumah.

6. Sastra Anak sebagai Alat Pembentuk Karakter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun