Mohon tunggu...
Cakra Dep
Cakra Dep Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politikus Akar Rumput Kota Depok: Unik, Etika dan Muka Tebal?

13 Oktober 2015   02:14 Diperbarui: 13 Oktober 2015   02:18 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etika , tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka! Catat itu!

MUKA TEBAL

Masalah ini, stok sangat berlimpah. Jangan heran jika suatu saat anda melihat seorang tokoh politik akar rumput yang sebelumnya adalah penyanjung tokoh A setinggi langit dengan jaminan dapur ngebul tiba-tiba berubah haluan karena dikontrak oleh pesaing mantan juragannya. Rahasia-rahasia terlarang mantan juragannya diumbar dan lupa semua jasa mantan juragannya yang sempat membuat anak istrinya dapat tersenyum dan bernafas.

Jangan pernah heran , jika ada si B yang datang ke rumah tokoh C nangis-nangis karena perkaranya akan dipolisikan dan kemudian ditolong tapi kemudian menyerang habis-habisan seakan-akan tokoh C adalah najis yang membatalkan wudhunya. Dia lupa ketika ancaman penjara yang pernah akan membuatnya jauh dari keluarganya bertahun-tahun karena korupsi kelas terinya yang membuatnya dia dipecat dari singgasana projek secuil kue.

Jangan pula heran , jika ada si D yang datang ke tokoh E secara diam-diam meski tokoh E adalah target serangan udara melalui dunia online dia lakukan sangat kejam hanya demi sebungkus indomie.

Aneh memang , namun itulah kenyataannya. UNIK, TAK BERETIKA dan BERMUKA TEBAL. Saya tidak tahu apakah ini budaya ataukah karena tuntutan perut yang memaksa para pemain ini bersandiwara dengan menahan batin menekan moral dan perasaannya.

Hal ini mengingatkan saya , ucapan seorang tokoh penggerak demo dan aktifis akar rumput yang sudah lama minggir dari gelanggang perdemoan di Kota Depok. "Anggap aja semua itu becandaan anak-anak , namanya juga perut yang laparnya sehari 3x". Namun saya yakin , ini juga terjadi di daerah/kota lain. Mungkin karena tuntutan perut dan bayar kontrakan.

Tapi apapun itu, itulah Kota Depok yang mungkin mewakili corak warna budaya pergerakan aktifis politik akar rumput di seluruh kota kota di Indonesia yang didominasi oleh politik perut. Bagaimana dengan Kota anda?

Note, artikel ini sekedar hiburan dan memuat berbagai bahasa kiasan berupa sindiran positif yang membutuhkan kecerdasan intelektual , mental dan pengalaman berpolitik untuk memahaminya. Jangan memaksakan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun