Pagi hari kami tim modul nusantara Cakra Union disambut oleh pemandangan asri nan sejuk tepatnya di Kampung Kopi Eduwisata Desa Sumberdem. Dengan penuh semangat kami bergegas untuk senam pagi.
Kelompok ibu-ibu Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kampung Kopi Sumberdem turut memandu senam pagi hari ini. Alunan musik yang penuh semangat memicu gelak gembira dan tawa bagi kami.
Fyi, senam pagi merupakan rutinitas yang baik lho sebelum memulai hari untuk merelaksasi otot-otot dan melancarkan peredaran darah sehingga memberikan kesan yang bugar dan sehat.
Sebagai rangkaian kegiatan, selanjutnya kami menyambangi kebun kopi Kampung Kopi Desa Sumberdem yang sudah ada sejak tahun 1832 di desa tersebut dengan kondisi yang bersemangat selepas senam.
Agenda puncak ini dipandu langsung oleh Pak Pri sapaannya, selaku ketua tim pengelola kampung kopi. Terdapat empat jenis kopi yang dibudidayakan di kampung kopi ini antara lain robusta, arabica, excelsa dan liberica.
Lebih lanjut beliau menuturkan terdapat perbedaan yang menonjol dari ketiga jenis kopi tersebut yaitu dari segi bentuk daunnya.
Daun kopi robusta cenderung besar dan memanjang, sedangkan kopi arabica cenderung tipis dan kecil. Berbeda dengan excelsa dan liberica, keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip dan tidak banyak perbedaan yang signifikan.
Dimulai dari proses pembibitan yang menggunakan teknik generatif (alami) selama 3-4 bulan kemudian siap untuk dipindahkan ke tanah tanpa polybag.
Â
Dalam penantian selama dua tahun, berbagai perawatan dilakukan untuk hasil kopi yang unggul khas Desa Sumberdem seperti : penyiangan, pembersihan rumput, pemberian pupuk alami dari kotoran kambing yang di fermentasi dsb hingga tanaman kopi siap panen.
Setelah dipanen kopi pun akan menjalani berbagai proses untuk memantapkan dirinya sebagai kopi yang berkualitas ekspor, aman dan siap konsumsi.
Dimulai dari sortasi buah kopi. Kopi disortir untuk mendapatkan biji yang unggul. Selanjutnya pengupasan kulit buah untuk mempermudah proses pengeringan yang kemudian disebut green bean.
Tak sampai di situ, kita lanjut ke proses roasting untuk menghasilkan kopi yang disebut roast bean dimana kulit tanduk dari kopi telah terlepas selama proses ini.
Kopi kemudian dipanggang secara tradisional dalam wadah besi yang dirancang khusus dengan gagang isolator. Kayu bakar berasal pohon kopi kering atau cengkeh dan memakan waktu sekitar satu jam untuk enam kilogram kopi sekali roasting.
Kopi mempunyai tiga kategori atau derajat kematangan, yakni light to medium (sedang), medium to dark (menengah mendekati sempurna) dan dark (awas gosong yah hehe).
Setelah kopi diroasting, kopi akan diistirahatkan (resting) terlebih dahulu selama kurang lebih enam jam untuk menghilangkan zat karbon (CO²) sisa pemanggangan kopi.
Zat karbon tersebut akan menjadikan kopi kurang aman untuk dikonsumsi terutama bagi penderita penyakit lambung.
Setelah kopi diistirahatkan, maka kopi kemudian disortir kembali untuk memilih roast bean yang benar-benar berkualitas dan siap digiling untuk menjadi bubuk kopi (coffee powder) menggunakan mesin penggiling semacam blender lalu ke tahap pengemasan hingga pemasaran.
Teknik pemasaran didukung juga oleh wadah kemasan yang menarik dan informatif. Selain itu, kemasan dapat menambah nilai jual suatu produk dan sebagai bentuk jaminan mutu terhadap kualitas produk kopi seperti halnya produk kopi Desa Sumberdem yang dikemas nan elegant.
Semua proses diatas masih benar-benar dijaga ketradisionalannya. Hal ini membuat kopi dari Kampung Kopi Sumberdem sangat autentik dan tentunya recommended buat kamu coba!!