Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Wawancara "Doorstop" yang "Ngeri-ngeri Sedap"

1 September 2024   16:17 Diperbarui: 2 September 2024   13:14 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: BPMI Setpres dikutip Tribunnews.com.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana seperti dikutip Antara pada 30 Agustus 2024 justri bersikukuh bahwa wawancara Presiden Joko Widodo baru-baru ini di Istana Kepresidenan Jakarta, bukan merupakan gimmick ataupun wawancara settingan seperti yang banyak diduga oleh media daring dan media sosial saat itu.

Alih-alih menjelaskan lebih rinci soal wawancara yang bukan rekayasa, Yusuf menjelaskan bahwa video wawancara yang diterbitkan oleh Sekretariat Presiden RI tersebut merupakan bagian dari rutinitas pemberian keterangan pers, dan tidak dirancang untuk tujuan lain.

Dia menambahkan bahwa tujuan utama dari wawancara tersebut adalah untuk menyampaikan informasi langsung dari Presiden kepada masyarakat, sesuai dengan fungsi dan tugas yang diemban oleh Sekretariat Presiden.

Yusuf meyakini, yang dilakukan Jokowi dengan jumlah mikrofon yang menjulur relatif minim tanpa identitas media massa yang mengutus jurnalis tersebut merupakan bagian dari langkah instansinya dalam memberikan keterangan pers.

Entahlah.

Saya pun bukan dalam kapasitas untuk memaksa pejabat para humas Jokowi untuk mengaku bahwa yang disebut pernyataan untuk pers pada 21 dan 27 Agustus 2024 itu merupakan wawancara rekayasa dengan pegawai staf Sekretariat Kepresidenan yang melakukan kegiatan wawancara dengan Jokowi. Dan kemudian dianggap sebagai wawancara doorstop karena dalam hal ini Jokowi diwawancara oleh pekerja sebuah lembaga media yang  bernama Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.

Hanya saja. Daripada kemudian menimbulkan kehebohan soal wawancara rekayasa, alangkah lebih baiknya jika memang tujuannya memberikan keterangan pada publik tak perlu menghadirkan gimmick disodor alat rekam.

Cukuplah Jokowi duduk atau berdiri di sebuah podium dengan lambang negara, lalu berbicara dan direkam, lalu disebarkan videonya melalui kanal media resmi kepresidenan untuk kemudian dikutip sebagai bahan pemberitaan oleh media massa. Cara ini lebih 'aman' dan tentunya membuat Jokowi lebih nyaman karena bukan dalam kondisi 'ditodong' oleh mikrofon dari media massa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun