Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ketika Lagu One Hit Wonder Terdengar hingga Istana

28 Juli 2024   14:03 Diperbarui: 28 Juli 2024   15:56 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Penerangan era Orba, Harmoko, pernah melarang pemutaran lagu-lagu cengeng di TVRI. (Foto: Kompas.com)

Entah mengapa, algoritma media sosial saya belakangan ini menjadikan lini di medsos menampilkan adegan film yang dibintangi Warkop DKI, yakni Godain Kita Dong (1989), terutama di bagian adegan Dono dan kekasih WNA-nya (diperankan oleh Lisa Patsy) mengamen di bus kota membawakan plesetan lagu "Hati Yang Luka".

Setelah lagu selesai dinyanyikan, Kasino menagih uang "imbalan" mengamen kepada seorang penumpang. Namun si penumpang berambut gondrong itu malah mengatakan "Saya tidak suka itu lagu, lagu cengeng....."

Bagi yang mengalami masa remaja dan dewasa di era akhir 80-an, tentunya sulit untuk tidak menafsirkan bahwa adegan di atas merupakan bentuk humor satir Warkop terhadap pemerintah yang saat itu melarang dibawakannya tembang-tembang bernuansa kesedihan hati akibat percintaan---atau disebut dengan frase "lagu cengeng"--di layar TVRI.

Seperti juga ditulis oleh Peneliti Musik asal Amerika Serikat, Philip B. Yampolsky, momen titah pelarangan lagu cengeng oleh Menteri Penerangan (saat itu) Harmoko, bertepatan HUT TVRI ke-26 pada 24 Agustus 1988:

Harmoko (whose ministry supervises broadcasting), delivered a speech in which he invighed against "cengeng" songs. In essence, he accused them appealing to low taste, weakening the spirit of the people, making them defeatist and sapping their commitment to the national effort for progress. An Therefore he said, TVRI should stop broadcasting such songs. Altough Hati Yang Luka was not mentioned by name, it was clear from allusions in the speech that Harmoko considerd it a prime offender.

Di mata mendiang Harmoko kala itu, lagu-lagu bernuansa kesedihan hati akibat kisah percintaan, dinilai akan menghambat semangat pembangunan nasional. Dan lagu Hati Yang Luka pun menjadi "sasaran tembak" sebagai simbol lagu-lagu cengeng oleh orde baru yang represif.

Lagu-lagu yang cengeng dianggap tidak bisa menumbuhkan semangat kerja masyarakat. Sementara TVRI sebagai corong pemerintah, dianggap punya peran kunci atas tumbuhnya semangat bekerja.

Bagi seorang Menteri Penerangan Harmoko, semangat bekerja masyarakat dalam menyukseskan pembangunan akan menjadi sulit berhasil apabila mata acara TVRI banyak diwarnai lagu yang disebutnya sebagai ratapan patah semangat berselera rendah, atau kesedihan akibat keretakan rumah tangga.

Masih menurut Harmoko kala itu, apa yang digambarkan dalam lagu-lagu cengeng itu bukanlah kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Tapi Obbie Messakh, sang penggubah lagu Hati Yang Luka, berpendapat lain dengan pemerintah.

Seperti dikutip Yock Fang Liaw dan Leo Suryadinata dalam Essential Indonesian Reading: A Learner's Guide (2005), komposer asal Nusa Tenggara Timur itu mengaku mencipta lagu berdasarkan apa yang dilihat dan dialaminya. Karena itu, sejumlah lagu karya Obbie merupakan gambaran nyata dari sebagian fenomena dalam kehidupan ini.

Dalam sebuah program perbincangan di berbagai stasiun televisi swasta, Obbie kerap mengaku sebagian besar lirik dalam lagu Hati Yang Luka terinspirasi dari pengalaman perempuan tetangga rumahnya di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang kerap mendapatkan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh sang suami.

Secara kebetulan, Betharia Sonata sang penyanyi lagu Hati Yang Luka---yang kemudian kerap disebut sebagai one hit wonder seorang Betharia---juga pernah menyatakan bahwa perpisahan yang dialami oleh kedua orang tuanya agak-agak mirip dengan lirik lagu Hati Yang Luka.

Dalam sebuah program talkshow lainnya di sebuah stasiun televisi beberapa waktu silam yang membahas karya-karyanya, termasuk lagu Hati Yang Luka, Obbie Messakh mengaku pernah mendapat informasi yang terpercaya, bahwa pelarangan lagu-lagu cengeng---termasuk Hati yang Luka---di TVRI bukan murni ide daripada Harmoko.

Obbie menyebut, kala itu ada seorang kawan Harmoko yang tidak suka lagu-lagu cengeng kerap diperdengarkan di ruang publik dan diminati oleh masyarakat pecinta musik Indonesia. Alasannya, ya seperti yang saya tuliskan di atas, melemahkan semangat rakyat Indonesia untuk mensukseskan pembangunan.

Si kawan menteri ini kemudian meminta pada Harmoko untuk menerbitkan aturan yang melarang dibawakannya lagu-lagu cengeng di ruang publik.

Meski sempat dilarang secara "resmi" oleh pemerintah, gaung pelarangan beredarnya lagu-lagu bertema rasa duka akibat kisah percintaan nyatanya tak benar-benar konsisten. Sementara para penggubah lagu masih kerap menggunakan lagu bernuansa sedih akibat "bucin" dalam karya-karyanya.

Entah karena pemerintah sudah tak lagi menganggap penting pelarangan lagu-lagu cengeng---nyatanya lagu-lagu cengeng tidak berlirik provokatif apalagi subversif---atau entah karena faktor lainya, tahun demi tahun berjalan hingga tumbangnya orde baru, konsistensi pelarangan lagu-lagu cengeng pun kian mengendur.

Waktu pun terus berjalan.

Hingga akhirnya pada tahun 2022, atau 34 tahun setelah lagu one hit wonder Hati Yang Luka dilarang oleh Departemen Penerangan, yang notabene mewakili simbol istana pemerintahan, sebuah lagu bernuansa sedih akibat percintaan, yang menurut subjektifitas saya juga masuk kategori one hit wonder, justru berkumandang dalam sebuah momen sakral yang dilaksanakan tiap tahun, yakni Upacara Peringatan Detik-Detik Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2022 di Istana Merdeka, Jakarta.

Seorang penyanyi cilik asal Jawa Timur, Farrel Prayoga, kala itu membawakan lagu bertajuk Ojo Dibandingke, persis di hadapan mimbar kehormatan. Berbeda dengan penyanyi di Upacara 17 Agustusan di Istana Merdeka yang umumnya bernyanyi di bagian luar Istana.

Pada saat itu, lagu Ojo Dibandingke memang kerap diperdengarkan di ruang dengar publik. Baik dibawakan oleh Farrel sendiri, oleh penyanyi tunggal lainnya, maupun kelompok orkes dangdut, khususnya orkes dangdut Jawa Timuran. Kepopuleran lagu itu pulalah yang menjadikannya terpilih untuk dibawakan di Istana Merdeka.

Lagu karya Abah Lala, berlirik bahasa Jawa, dan menggambarkan tentang perasaan seseorang yang sedih karena tak ingin-dibandingkan dengan orang lain oleh pujaan hatinya, karena dirinya pasti jauh beda dengan sosok yang dibandingkan itu.

Jelas bedo yen dibandingke (jelas beda jika dibandingkan)
Ora ono sing tak pamerke (tak ada yang ku (bisa) pamerkan))
Aku ra iso yen kon gawe-gawe (aku tak bisa jika disuruh berdusta)
Jujur, sak onone ((aku) jujur apa adanya).

Setahun kemudian, tepatnya pada Upacara Peringatan HUT RI di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2023, kembali lagu bernuansa kesedihan hati diperdengarkan di hadapan peserta upacara dan para hadirin. Kali ini lagu berjudul Rungkad ciptaan Vicky Tri Prasetyo dibawakan oleh penyanyi tuna netra Putri Ariani.

Seperti halnya lagu Ojo Dibandingke setahun sebelumnya, lagu Rungkad pun mewakili lagu yang kerap hadir di ruang dengar publik hingga menjelang dibawakan oleh Putri di Istana Merdeka dalam Upacara 17 Agustusan tahun 2023.

Kembali subjektifitas saya mengatakan lagu Rungkad adalah lagu one hit wonder.

Lagu tersebut juga meneguhkan tren lagu berlirik bahasa Jawa bercampur bahasa Indonesia, pasca kembali terangkatnya pamor lagu-lagu dengan lirik berbahasa Jawa oleh mendiang Didi Kempot sebelum beliau wafat.

Setelah dua kali lagu berbahasa Jawa tersaji dalam momen Upacara Peringatan HUT RI, akankah lagu berbahasa Jawa kembali berkumandang pada Upacara 17 Agustusan yang tahun ini rencananya akan dipusatkan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara meskipun tidak digelar secara penuh di kota yang baru terbangun itu?

Kita tunggu saja.

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun