Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kritik M Tahir dan Mental Pemain Lokal

10 April 2024   16:55 Diperbarui: 11 April 2024   07:43 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog Youtuber Felipe Valdes dengan dua pemain naturalisasi Indonesia, Beto Goncalves dan Otavio Dutra. (Sumber: tangkapan layar Youtube)

Para pemain tim nasional Brasil dari generasi ke generasi pun sudah membuktikan hal tersebut. Termasuk para pemain Brasil yang memutuskan untuk berkarir panjang di Indonesia.

Bahkan Beto Goncalves dan satu pemain asal Brasil lainnya, Otavio Dutra, akhirnya menjadi warga negara Indonesia dam memperkuat timnas Indonesia. Beto sendiri resmi dinaturalisasi pada tahun 2018 lalu, setelah 12 tahun berkarir di Liga Indonesia.

Saya coba mengaitkan penjelasan Beto tersebut, dengan pernyataan Shin Tae Yong saat mengawali kebijakan merekrut pemain berdarah Indonesia yang berkarir di sejumlah klub di negara-negara Eropa.

Mantan pelatih timnas Korea Selatan ini menyebut ketika ia pertama kali ditugasi menangani tim Garuda, kendala utama yang ia temukan adalah soal mentalitas. Timnas Indonesia disebut Shin Tae Yong sudah merasa 'kalah duluan' jika bertemu

Coach Shin pun menilai kebijakan naturalisasi saat ini sudah tepat untuk menjadikan timnas memiliki mental bertanding yang tangguh, dan pada gilirannya akan meningkatkan kualitas permainan.

Ya, naturalisasi memang bukan sesuatu yang dilarang dalam kontingen olah raga yang mewakili sebuah negara, termasuk Indonesia. Hanya saja dalam kasus di Indonesia, dengan banyaknya pemain hasil naturalisasi khususnya di era kepelatihan Shin Tae Yong, timbul sebuah pertanyaan besar:

Apa guna kompetisi yang konsisten jika ternyata tim nasionalnya lebih banyak diisi oleh pemain naturalisasi---yang notabene bermain di kompetisi luar negeri? Bukankah sebuah kompetisi olah raga semestinya mampu menghasilkan pemain-pemain terbaik untuk mensuplai kebutuhan kontingen tim nasional?

Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali pun menegaskan naturalisasi hanya akan menjadi program jangka pendek. Adapun pembinaan pemain muda masih akan tetap menjadi fokus untuk jangka panjang.

Kalau sudah begitu, tinggal dinanti saja bagaimana konsistensi dan kontinuitas pembinaan pemain muda jangka panjang itu. Termasuk bagaimana membentuk mental para pemain muda itu agar berorientasi pada prestasi tinggi alih-alih hanya sekedar menjadikan sepak bola sebagai pekerjaan yang menghasilkan uang.

Entah sampai kapan penantian ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun