"KPU akan mendengarkan dan kemudian akan mengambil keputusan apa-apa yang perlu kita evaluasi, termasuk memperingatkan kembali tampilan-tampilan yang boleh dikatakan sudah disepakati untuk tidak dilakukan pada saat debat ini,"
"Sebetulnya ini kan komitmen ya, komitmen antar calon dan kami menganggap masing-masing calon kan orang yang secara politik sudah dewasa semua tentang apa yang sudah disepakati itu," ungkap Hasyim seperti dikutip Kompas.com.
Baiklah. Saya malah jadi mencoba merasakan apa yang dihadapi oleh para moderator, saat berulangkali menenangkan para pendukung paslon yang hadir langsung di arena debat Pilpres.
Soal ini, kawan saya bilang "Kasihan juga ya para moderator itu kalau harus disibukkan berulang kali menyuruh para pendukung peserta debat untuk diam, padahal tugas utama mereka bukan seperti itu,".
Saya pun menjawab. "Ya bagaimana ya? Namanya juga budaya suporter di Indonesia seperti itu. Coba saja kamu lihat di stadion lalu ada prosesi One Minute Silence, pasti penontonnya tetap ribut, beda sama di Eropa yang langsung hening satu stadion,".
Saya dan kawan saya itu pun lantas melanjutkan pembicaraan seandainya debat capres di Indonesia bisa digelar dengan jumlah penonton yang lebih sedikit, atau bahkan tanpa penonton sama sekali.
Kami mengacu pada penyelenggaraan debat Pilpres di Amerika Serikat, yang ditayangkan di televisi dari dalam ruangan yang lebih kecil daripada venue debat Pillpres di Indonesia, dan menghadirkan penonton yang lebih sedikit dibanding penonton debat yang merangkap tim sukses paslon.
Tapi ya begitulah. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Lain di Amerika Serikat lain pula di Indonesia.
Mungkin memang kehadiran tim sukses satu frame dengan paslon yang didukungnya menjadi bagian dari budaya lokal masyarakat Indonesia, yang doyan berkumpul untuk sebuah kebanggaan.
Budaya inilah yang mungkin coba dikedepankan oleh KPU selaku penyelenggara debat. Dalam artian, paslon dengan tim sukses yang mengiringinya dilihat sebagai satu kesatuan.
Ibarat dalam pertandingan sepak bola, jika hanya ada tim sepak bola yang bertanding tanpa kehadiran pendukunya menjadi bagaikan sayur kurang garam. Meski kehadiran pendukung tersebut tentu bukannya tanpa risiko, termasuk risiko pelanggaran terhadap aturan seperti yang kita saksikan dalam rangkaian debat Pilpres tahun ini.