Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ramai-Ramai Bagi-Bagi Sembako Menjelang Pemilihan

18 Januari 2024   20:17 Diperbarui: 18 Januari 2024   20:20 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, modal yang harus dikeluarkan untuk bagi-bagi sembako,  tentu lebih kecil ketimbang membagi-bagikan barang dalam bentuk lain. Ya minimal lebih kecil jika dibandingkan dengan sesama kebutuhan primer.

Ada pula kasus pembagian sembako oleh kontestan pilpres yang kemudian dijadikan bahan untuk 'berbalas pantun' bak kesenian Palang Pintu dalam adat Betawi.

Yakni ketika aksi bagi-bagi susu yang dilakukan oleh Cawapres Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka pada momentum Car Free Day di Jakarta pada awal Desember tahun lalu, "dibalas" oleh PDI Perjuangan melalui aksi bagi-bagi telur oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Rusun Tanah Tinggi.

Hasto berkilah, aksi bagi-bagi telur yang dilakukannya berbeda dengan aksi bagi-bagi susu oleh Gibran. Karena menurut Hasto telur merupakan produk lokal Indonesia, beda dengan susu yang dibagikan Gibran yang merupakan produk impor.  

Dan, ngomong-ngomong soal pembagian sembako ini, saya malah teringat kelakar Wakil Presiden Ma'ruf Amin pada pertengahan November tahun lalu. Konteksnya, Pak wapres berbicara soal target Presiden Joko Widodo untuk mencapai menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga 0%.

"Karena selain APBN, APBD, tentu ada lagi APB (Anggaran Pendapatan dan Belanja) Parpol. Kan mereka mestinya memberi pada masyarakat dan memberi santunan-santunan. Jadi ada caleg-caleg itu kan nanti juga, jadi kita harapkan nanti kemiskinannya lebih cepat turun," kelakar Ma'ruf Amin seperti dikutip Kompas.com 9 November 2023.

Hmmmm.....saya no comment lah soal candaan ini. Lebih baik kembali ke cerita Pak Heri tukang bubur.

"Jadi bagaimana, Pak Heri. Mau pilih si Ibu X sesuai imbauan Pak RW?" tanya saya sambil menikmati bubur ayam racikannya yang rasanya pas dengan lidah saya.

"Saya mah terima dulu aja minyaknya. Namanya juga dikasih. Soal milih atau nggak milih caleg yang ngasih mah urusan nanti," jawab Pak Heri sambil tersenyum.

Selembar uang Rp 10.000 yang saya berikan padanya pun menjadi penutup dialog sembari menyantap  bubur ayam pagi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun