Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istana Bogor, Tempat Singgah yang Memberikan Ketenangan

2 Desember 2023   20:49 Diperbarui: 2 Desember 2023   21:49 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Kompas/Rony Ariyanto NugrohoPaleis Buitenzorg. Itulah nama yang diberikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Gustaff Willem Baron Van Imhoff, untuk sebuah bangunan besar yang didirikan di sebuah lokasi yang berjarak kurang lebih 60 kilometer dari Batavia. Paleis, yang dalam Indonesia berarti istana itu dibangun pada tahun 1745, atas prakarsa Van Imhoff.  

Namun pada awalnya, Paleis Buitenzorg tidak difungsikan sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai rumah singgah untuk para pejabat Hindia Belanda yang melakukan perjalanan dari Batavia menuju Istana Cipanas di Cianjur.

Maklum, kondisi infrastruktur transportasi saat itu belum semaju sekarang. Sehingga perjalanan dari Batavia menuju Istana Buitenzorg memakan waktu satu hari. Pun demikian dari Istana Buitenzorg ke Istana Cipanas memakan waktu satu hari.

Arti Buitenzorg kira-kira sama dengan 'keluar dari kesibukan', aman tentram',  atau 'tenang'.  

Ya, berada di Istana Buitenzorg dengan suasanya perkampungan yang masih asri dan alami di sekitarnya, ditambah hawa sejuk khas dataran tinggi, membuat siapapun yang saat itu berada di Istana Buitenzorg merasakan suasana yang berbeda 180 derajat dengan Batavia sebagai pusat pemerintahan.

Halaman yang luas di bagian depan dan belakang Istana Buitenzorg, serta aliran Sungai Ciliwung, menambah hadirnya suasana tenang bagi siapapun yang berada di sana kala itu.  

Waktu berjalan, sejarah berlaku. Istana Buitenzorg dan kawasan sekitarnya pun terus berkembang mengikuti zaman, hingga menjadi sebuah kota bernama Bogor.  

Banyak yang menyebut, nama Bogor berasal dari plesetan kata Buitenzorg, yang selain menjadi nama istana juga menjadi nama resmi wilayah Bogor pada masa kolonial Hindia Belanda.

Namun ada versi lain dari sejarah, yang menyebut nama Bogor berasal dari bahasa asli Sunda, yakni bokor, yang artinya tunggul (akar) atau bagian bawah pohon kawung. 

Versi ini diperkuat oleh adanya tempat di Bogor yang menggunakan kata kawung, seperti: Kawungluwuk, Cikawung, dan Bantar Kawung. Sehingga asal-usul nama Bogor dari kata Buitenzorg menjadi terpatahkan oleh kata Bokor. 

Setidaknya hingga saat ini.

Akan halnya Istana Buitenzorg, terus mengalami pengembangan dan penambahan fasilitas, seiring dengan pergantian gubernur jenderal Hindia Belanda yang menjabat. Dan tak sekadar menjadi rumah singgah, Istana Buitenzorg kemudian dijadikan salah satu kediaman resmi gubernur jenderal Hinda Belanda mulai tahun 1870.

Salah satu yang pemandangan khas di istana Buitenzorg, adalah keberadaan rusa tutul yang berkeliaran bebas di halaman depan istana.  

Hadirnya rusa tutul tersebut bermula dari upaya memperindah halaman istana oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Pada tahun 1811, gubernur jenderal yang dikenal dengan ide visioner jalan raya pos-nya ini, mendatangkan enam pasang ruas tutul dari perbatasan Nepal-India.  

Kemudian rusa-rusa tersebut berkembang biak sampai dengan saat ini, dan menghadirkan pemandangan yang berbeda dengan istana lainnya di Indonesia. Keberadaan rusa-rusa itu seperti serasi dengan pepohonan besar di halaman luas Istana Buitenzorg, yang menunjukkan bersatunya bangunan modern dengan alam.

Kemudian, Gubernur Jenderal Sir Thomas Stanford Raffles asal Inggris, mempunyai ide untuk memanfaatkan halaman belakang Istana Buitenzorg yang luas untuk dijadikan kebun botani yang ditanami oleh bibit-bibit pepohonan dari seluruh penjuru dunia.

Konsep kebun botani ini terinsiprasi dari London Kew Garden di Inggris. Dan diresmikan pada 18 Mei 1817 oleh Profesor Caspar Georg Karl Reinwardt, seorang guru besar sejarah alam di Universitas Harderwijk, Belanda.

Paleis Buitenzorg pun menjadi kediaman favorit para gubernur jenderal yang silih berganti menjadi kepala pemerintahan di Hindia Belanda. Meskipun lokasinya terpaut 60 kilometer dari Batavia.  

Usai resmi dijadikan kediaman gubernur jenderal pada 1870, dibangunlah jalur kereta api Batavia-Buitenzorg pada tahun 1873, yang mempersingkat waktu tempuh antar kedua wilayah menjadi hanya sekitar 2 jam saja, tidak lagi sehari penuh seperti sebelum adanya rel kereta.  

Apalagi terdapat dua stasiun yang lokasinya tak jauh dari Istana Buitenzorg dan Istana Rijswijk (sekarang Istana Negara), yakni Stasiun Buitenzorg (sekarang Stasiun Bogor) dan Stasiun Batavia Koningsplein (sekarang Stasiun Gambir).

Singkat cerita, usai kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan penyerahan kedaulatan penuh pada Indonesia dalam Koneferensi Meja Bundar tahun 1949, Paleis Buitenzorg pun diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Indonesia.

Fungsi bangunan pun tetap tak berubah, alias masih menjadi salah satu tempat tinggal resmi bagi kepala negara, dengan nama Istana Kepresidenan Bogor.

Istana Bogor menjadi salah satu tempat yang kerap digunakan Bung Karno menyambut tamu-tamu penting kenegaraan, dengan segala hiasan seperti patung dan lukisan yang berasal dari ide-ide sang proklamator.  

Salah satu kesan yang ingin diciptakan Presiden Soekarno kepada tamu-tamu yang datang, seperti dituturkannya kepada Cindy Adams, adalah Istana Bogor sebagai istana yang paling indah se-Asia.

Dan seperti halnya para gubernur jenderal terdahulu, termasuk Daendels dan Raflles, Presiden Soekarno menjadikan Istana Bogor sebagai tempat tinggal favoritnya, sebagai tempatnya bekerja sekaligus beristirahat.

Namun justru Istana Bogor pulalah yang kemudian menjadi saksi berakhirnya pemerintahan Bung Karno. Yang ditandai dengan terbitnya sebuah surat perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto yang pada waktu itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).  

Surat tersebut ditulis pada tanggal 11 Maret 1966 yang kemudian dikenal sebagai Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret. Sebuah episode sejarah pergantian rezim yang masih diliputi banyak kontroversi hingga saat ini.

Setelah Soekarno, Presiden Joko Widodo adalah kepala negara Indonesia yang menjadikan Istana bogor sebagai kediaman resminya sejak awal menjabat.  

Presiden Jokowi kerap melaksanakan agenda kenegaraan di Istana Bogor. Presiden asal Surakarta ini juga kerap melakukan penyambutan sejumlah tamu negara di Istana Bogor.

Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis senior cum Pemimpin Redaksi Kompas TV Rossiana Silalahi, Jokowi  mengungkap penyebab dirinya lebih memilih Istana Bogor ketimbang istana di Jakarta, sebagai kediaman resminya.

Menurutnya, suasana ketenangan menjadi sebab mengapa dirinya tinggal di Istana Bogor. Apalagi bagi seorang pemimpin pemerintahan, ketenangan sangat diperlukan untuk mempertimbangkan sebuah pengambilan keputusan.  

Demi ketenangan itu pun, Jokowi rela setiap hari bolak-balik Bogor-Jakarta.

Dari pernyataan Jokowi tersebut, pada akhirnya Istana Bogor pun kembali ke fungsinya saat masih bernama Paleis Buitenzorg. Sebuah tempat yang menghadirkan ketenangan bagi yang berada di dalamnya.

Meskipun Istana Bogor tidak dibuka untuk umum - namun bisa dimasuki oleh masyarakat yang sudah mendaftar dalam momen-momen tertentu, atau mendapatkan undangan untuk hadir di Istana Bogor - jika anda kebetulan melintas di sekitar Istana Bogor, sisa-sisa ketenangan yang menjadi ciri khas dan dasar penamaan Paleis Buitenzorg itu masih tetap terasa.

Walaupun suasana ketenangan itu lambat laun pun hilang, seiring berkembangnya Kota Bogor sampai dengan saat ini menjadi sebuah kota penyangga ibu kota negara.

Dan entah bagaimana nanti, jika pusat pemerintahan Indonesia berpindah menyeberang pulau. Akankah Istana Bogor tetap menjadi tempat untuk mendapatkan ketenangan bagi para petinggi republik ini?
 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun