Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aiman Dilaporkan ke Polisi, Haruskah Ditindaklanjuti?

19 November 2023   13:30 Diperbarui: 19 November 2023   13:34 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor TPN Ganjar - Mahfud. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Aiman Witjaksono, jurnalis senior non aktif yang kini tergabung dalam Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo -- Mohammad Mahfud MD sebagai juru bicara, pada pekan ini dilaporkan ke polisi. Tak tanggung-tanggung, enam laporan masuk ke polisi dengan terlapor AW, demikian diungkapkan Direktur Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak dikutip Kompas.com pada 14 November 2023.

Aiman sejauh ini enggan berkomentar banyak soal pelaporan dirinya tersebut. Namun mantan pemimpin redaksi Sindonews TV ini menegaskan siap menjalani proses hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.  

Laporan -- dengan Aiman sebagai terlapor - yang masuk ke Polda Metro Jaya, yakni terkait Pasal 28 ayat 2, juncto Pasal 45 ayat 2 tentang Undang-undang ITE. Serta Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.

Dalam hal ini, Aiman dilaporkan atas pernyataan di media sosialnya, yang menyebut ada komandan di Polri yang diduga memihak salah satu pasangan capres dan cawapres peserta Pilpres 2024 yakni Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming Raka. Juru bicara pelapor, Fikri Fakhrudin menyebut, pernyataan Aiman itu diduga berisi ujaran kebencian dan kabar tidak benar (hoaks)

Dalam media sosial pribadinya, Aiman memang mengaku mendapat informasi terkait adanya permintaan sejumlah komandan di kepolisian kepada bawahannya untuk membantu pemenangan pasangan Prabowo -- Gibran. Menurut Aiman, tidak hanya satu namun ada beberapa informan yang memberikan pengakuan soal arahan tersebut kepada dirinya.

Tempo.co juga mengutip pernyataan Aiman bahwa ada lima perwira tinggi di Polri yang mengaku mendapat arahan untuk mendukung pasangan yang sudah mendapat nomor urut 2 dari KPU itu. Namun ketika ditanya apakah perintah itu berasal dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Aiman mengatakan para narasumber itu kompak tidak mengiyakan, namun hanya menyebut perintah dari komandan.

Menurut Aiman, para perwira itu masih menginginkan Pemilihan Umum 2024 berjalan jujur dan adil. Aiman pun mengklaim seluruh narasumber yang menyatakan hal tersebut, valid dan terkonfirmasi.  

Menarik memang mengamati kiprah pria bernama lengkap Aiman Adi Witjaksono ini. Seturut dengan kepindahannya dari Kompas TV untuk kembali ke media yang dahulu ikut membesarkan namanya, yakni MNC, ia pun menjadi kini menjadi calon legislatif (caleg) dari Partai Perindo, sekaligus juru bicara TPN Ganjar -- Mahfud.

Jabatan yang kedua ini diembannya sejalan dengan arah politik Partai Perindo -- yang notabene dipimpin oleh Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo -- untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan dan ikut mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Selama karirnya dalam dunia jurnalistik selama 20 tahun lebih, bisa dikatakan ia telah banyak makan asam garam dalam dunia kewartawanan, hingga menjadi salah satu tokoh prominen dalam dunia jurnalistik nasional saat ini.

Jadi wajar ketika Aiman pindah 'bendera' dari grup Kompas ke grup MNC, banyak yang memeprtanyakan apakah kekritisan dan ketajaman pertanyaannya saat mengorek informasi dari narasumber tetap terjaga, meski ia kini bekerja di stasiun televisi yang identik dengan sebuah partai politik peserta Pemilu 2024 dan pendukung salah satu pasangan capres cawapres peserta Pilpres 2024.

Pertanyaan ini banyak muncul dari kalangan yang berpendapat bahwa seorang jurnalis harus netral dan independen.  

Aiman pun sudah menyatakan untuk hiatus terlebih dahulu, dari dunia jurnalistik yang sudah membesarkan namanya. Ia menyatakan per 4 November 2023 lalu sudah nonaktif sebagai jurnalis. Dan akan fokus dalam tugasnya sebagai juru bicara TPN Ganjar -- Mahfud.  

Ia mengatakan, pertimbangan pengunduran dirinya adalah kode etik dan peraturan dalam Undang-undang Pers mengharuskan seorang jurnalis untuk menjaga independensinya.

Baiklah, seorang jurnalis memang harus independen. Namun bukan netral. Karena independen juga bisa berarti memihak pada kebenaran.

Dalam hal ini, Brian McNair dalam An Introduction to Political Communication (2007) menyebut jurnalis harus ikut dalam penelaahan yang kritis dan membentuk realitas subjektif tertentu.  

Meskipun pada kenyataannya, dalam titik tertentu realitas subjektif ini cenderung menjadi bias, termasuk bias kepentingan. Namun bagaimanapun, bias itu sebenarnya tak dapat dihindari pada peran jurnalis dalam sebuah pemberitaan, dan perannya dalam kancah politik dan arena demokrasi.  

Apalagi di Indonesia, tidak ada hukum positif yang secara khusus mengatur perusahaan pers harus terpisah dengan aliran politik tertentu bahkan dengan partai politik sekalipun. Praktik perusahaan pers terafiliasi dengan partai politik pun sudah ada sejak dahulu.

Dan di kontestasi Pilpres 2024 ini, bisa kita lihat bahwa MNC Group condong ke arah pasangan Ganjar -- Mahfud, sementara Media Group condong ke arah pasangan Anies -- Muhaimin.  

Nah, pada umumnya orang-orang yang sudah menyatakan dirinya sebagai politisi akan mendapatkan sentimen atau stigma tertentu, sehingga 'memaksa' mereka untuk menanggalkan atribut profesi sebagai jurnalis. Karena itu, saya mengerti mengapa Aiman menyatakan dirinya hiatus sebagai jurnalis, setelah mendapatkan tugas baru sebagai juru bicara TPN Ganjar -- Mahfud.

Padahal, jika dilihat lebih luas, peran dan keberpihakan jurnalis atas kebenaran sebenarnya bisa lebih paripurna, ketika terlibat langsung dalam arena politik, atau yang diistilahkan Nassim Nicholas Thaleb sebagai skin in the game (terlibat langsung dalam permainan), seperti disebut dalam buku yang berjudul  Skin in The Game, Hidden Asymmetries in Daily Life.

Nah, dalam kasus pernyataan Aiman soal arahan komandan kepolisian untuk mendukung pemenangan kubu yang berbeda dengan Ganjar -- Mahfud, tentu tak mungkin untuk tidak mengatakan Aiman menggunakan koneksi dan kemampuannya sebagai jurnalis dalam menyatakan hal tersebut.

Artinya, pernyataan tersebut bisa dilihat seperti sebuah berita hasil investigasi, seperti yang dulu kerap disajikannya saat masih aktif sebagai jurnalis. Dalam hal ini, Aiman pun memakai konsep skin in the game, dalam menyatakan adanya oknum pejabat Polri yang mengarahkan untuk memenangkan Prabowo -- Gibran.

Kalau sudah begitu, tentu kita yang selama ini pernah menikmati karya jurnalisme investigasi Aiman bisa mempercayai pernyataan itu. Karena Aiman pun bukan asal bersuara, namun menyebut pernyataan itu berasal dari sumber yang terpercaya dan tervalidasi, tanpa perlu dibuka secara gamblang kepada publik siapakah sumber itu.  

Karena itu, menarik  untuk dinanti, bagaimana tindak lanjut dari kepolisian atas laporan yang menyeret nama Aiman ini. Meski menurut saya, alih-alih menindaklanjuti, Polri bisa fokus untuk menyanggah dugaan Aiman terhadap arahan oknum pimpinan untuk memenangkan pasangan nomor urut 2 di Pilpres 2024.

Anggaplah ini langkah untuk terus memperbaiki citra Polri yang sedang berusaha dipulihkan, usai kasus penembakan Ferdy Sambo terhadap anak buahnya, yang dipenuhi dengan intrik-intrik rekayasa kasus.

Sekadar opini pribadi. Bogor, 19 November 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun