Pertanyaan ini banyak muncul dari kalangan yang berpendapat bahwa seorang jurnalis harus netral dan independen. Â
Aiman pun sudah menyatakan untuk hiatus terlebih dahulu, dari dunia jurnalistik yang sudah membesarkan namanya. Ia menyatakan per 4 November 2023 lalu sudah nonaktif sebagai jurnalis. Dan akan fokus dalam tugasnya sebagai juru bicara TPN Ganjar -- Mahfud. Â
Ia mengatakan, pertimbangan pengunduran dirinya adalah kode etik dan peraturan dalam Undang-undang Pers mengharuskan seorang jurnalis untuk menjaga independensinya.
Baiklah, seorang jurnalis memang harus independen. Namun bukan netral. Karena independen juga bisa berarti memihak pada kebenaran.
Dalam hal ini, Brian McNair dalam An Introduction to Political Communication (2007) menyebut jurnalis harus ikut dalam penelaahan yang kritis dan membentuk realitas subjektif tertentu. Â
Meskipun pada kenyataannya, dalam titik tertentu realitas subjektif ini cenderung menjadi bias, termasuk bias kepentingan. Namun bagaimanapun, bias itu sebenarnya tak dapat dihindari pada peran jurnalis dalam sebuah pemberitaan, dan perannya dalam kancah politik dan arena demokrasi. Â
Apalagi di Indonesia, tidak ada hukum positif yang secara khusus mengatur perusahaan pers harus terpisah dengan aliran politik tertentu bahkan dengan partai politik sekalipun. Praktik perusahaan pers terafiliasi dengan partai politik pun sudah ada sejak dahulu.
Dan di kontestasi Pilpres 2024 ini, bisa kita lihat bahwa MNC Group condong ke arah pasangan Ganjar -- Mahfud, sementara Media Group condong ke arah pasangan Anies -- Muhaimin. Â
Nah, pada umumnya orang-orang yang sudah menyatakan dirinya sebagai politisi akan mendapatkan sentimen atau stigma tertentu, sehingga 'memaksa' mereka untuk menanggalkan atribut profesi sebagai jurnalis. Karena itu, saya mengerti mengapa Aiman menyatakan dirinya hiatus sebagai jurnalis, setelah mendapatkan tugas baru sebagai juru bicara TPN Ganjar -- Mahfud.
Padahal, jika dilihat lebih luas, peran dan keberpihakan jurnalis atas kebenaran sebenarnya bisa lebih paripurna, ketika terlibat langsung dalam arena politik, atau yang diistilahkan Nassim Nicholas Thaleb sebagai skin in the game (terlibat langsung dalam permainan), seperti disebut dalam buku yang berjudul  Skin in The Game, Hidden Asymmetries in Daily Life.
Nah, dalam kasus pernyataan Aiman soal arahan komandan kepolisian untuk mendukung pemenangan kubu yang berbeda dengan Ganjar -- Mahfud, tentu tak mungkin untuk tidak mengatakan Aiman menggunakan koneksi dan kemampuannya sebagai jurnalis dalam menyatakan hal tersebut.