Saya mencoba memahami bagaimana antusiasme warga Indonesia di Korea Selatan dalam mendukung Megawati Hangestri, sebagai pebola voli Indonesia pertama yang bermain di Negeri Ginseng itu. Ini adalah sebuah momen sejarah yang tentu tak akan dilewatkan oleh warga Indonesia yang dikenal memiliki militansi yang sangat tinggi jika terkait dengan sebuah kebanggaan. Â
Ya, kebanggaan tentang adanya seorang anak negeri yang berhasil menembus pentas bola voli di Korea Selatan. Momen inilah yang menjadikan warga Indonesia sana berbondong-bondong menunjukkan antusiasmenya dalam menyambut momen tersebut. Â
Atau dalam bahasa kekinian, lazim disebut sebagai fear of missing out, alias FOMO. Â
Di sisi lain, perilaku suporter dalam mendukung tim atau pemain kesayangan, tentu tidak diatur secara khusus oleh hukum positif. Saya pun berasumsi bahwa hukum positif di Korea Selatan pun tak mengatur secara khusus apa saja yang dilarang dilakukan oleh suporter di pinggir lapangan, kecuali jika tindakannya sudah mengarah pada hal-hal yang berbau kriminal.
Hanya saja, bentuk dukungan oleh suporter yang di Indonesia dianggap sebagai sesuatu yang wajar, mungkin saja bertentangan dengan etika ataupun norma dalam kemasyarakatan yang berlaku di Korea Selatan. Â
Karena itulah, muncul sejumlah aturan-aturan baru yang ditujukan kepada suporter yang hadir dalam pertandingan bola voli di Korea Selatan, yang diuraikan di atas. Semua aturan tersebut, menurut saya berasal dari norma dan etika yang berlaku di Korea Selatan, sehingga dalam poin yang terakhir kata tidak etis dan tidak bermoral pun dituliskan dengan jelas.
Yang patut diingat oleh suporter Indonesia adalah, Megawati memperkuat klub Red Sparks, dan bermain di negara Korea Selatan. Ini harus dilihat sebagai satu kesatuan.
Jadi, jika warga Indonesia ingin menyatakan dukungan kepada Megawati atas nama kesamaan bangsa dan kebanggan bagi negara, maka yang harus diperhatikan juga adalah bagaimana kebijakan dan norma yang berlaku di klub tempat Megawati Hangestri saat ini bernaung.
Karena permainan bola voli bukanlah permainan individu, melainkan permainan tim. Dan tim yang bertanding itu terikat pada aturan yang berlaku pada klub yang menaungi, dan dalam skala yang lebih besar juga harus sejalan dengan norma yang berlaku di negeri itu.
Demikian juga klub Red Sparks harus memanfaatkan secara maksimal, besarnya potensi dukungan yang dimiliki oleh warga Indonesia terhadap klub tersebut, karena faktor keberadaan Megawati Hangestri. Â
Bukankah kehadiran suporter secara langsung di lapangan, juga berdampak pada penambahan pemasukan untuk klub melalui pembelian tiket? Karena saya termasuk yang yakin, bahwa belakangan ini tingkat kesadaran suporter Indonesia untuk membeli tiket kian besar, selama tidak dipersulit.