Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bogor, dari Tempat Peristirahatan Menjadi Penyangga Ibu Kota

16 September 2023   19:58 Diperbarui: 17 September 2023   08:07 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepadatan lalu lintas di sekitar Pasar Kebon Kembang, Kota Bogor. (Sumber: Kompas.id/Rony Ariyanto Nugroho)

Jumlah ini lebih banyak daripada di Jalan Ir Juanda yang notabene merupakan lokasi Istana Kepresidenan dan Kantor Wali Kota Bogor, di mana hanya terdapat 50 unit restoran dan 2 unit hotel.

Kembali ke kisah orangtua saya di Bogor, nyatanya mereka juga memanfaatkan lokasi yang dekat dengan Jalan Pajajaran -- sebagai akses utama dari dan menuju Tol Jagorawi -- sebagai pertimbangan dalam membeli rumah, yang kami tempati sampai saat ini.

Rumah itu dibeli oleh ayah saya pada tahun 1985, atau di saat perkembangan Kota Bogor sebagai dampak Inpres Jabotabek dan beroperasinya Tol Jagorawi sudah kian terasa. Apalagi, di Jalan Pajajaran tepat di ujung Tol Jagorawi, terdapat Terminal Baranangsiang, yang menjadi terminal utama bagi bus AKAP di Kota Bogor.

Tak hanya akses jalan tol, rel kereta juga menjadi pendukung bagi perkembangan kota Bogor dalam lingkup Jabo(de)tabek. Rel kereta peninggalan masa kolonial Belanda ini menjadi bagian tak terpisahkan dari beroperasinya jalur kereta rel listrik (KRL) trayek Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor) sejak tahun 1930.

Seiring dengan perkembangan pengoperasian KRL dengan jarak antar keberangkatan rangkaian tidak terlalu jarang, kian banyak pula pekerja di Jakarta yang berstatus penglaju. Termasuk ayah saya.

Apalagi dengan hadirnya KRL Pakuan Ekspress sejak tahun 70-an, yang tidak berhenti di seluruh stasiun yang ada di sepanjang jalur seperti KRL Commuter Line saat ini, kian mendukung aktivitas para penglaju Bogor -- Jakarta -- Bogor.

Tahun berganti tahun. Jakarta yang kini disibukkan dengan kendala kemacetan di jalanan, hingga banjir yang belum terselesaikan sejak zaman sebelum kemerdekaan, menjadi faktor pendorong berkembangnya kawasan Bo(de)tabek sebagai penyangga ibu kota.

Di Bogor, kini lahan-lahan kosong di sekitar Jalan Tol Jagorawi dan rel kereta, telah banyak yang beralih fungsi menjadi kawasan bisnis dan permukiman.

Lokasi yang dekat dengan infrastruktur transportasi menuju Jakarta pun menjadi salah satu poin utama pemasaran permukiman tersebut. Bahkan ada permukiman yang menjadi titik awal moda transportasi ke Jakarta.

Sementara KRL dan bus AKAP Bogor-Jakarta pun kian penuh dengan para penglaju yang memilih bela-belain tinggal di Bogor namun bekerja di Jakarta dan berkorban waktu tempuh, ketimbang membeli hunian di Jakarta yang harganya kian tak bersahabat dengan penghasilan.

Dan saya pun menjadi satu di antara sekian banyak penglaju pengguna transportasi publik, yang (hampir) setiap hari menempuh waktu hingga nyaris dari 1,5 jam dari rumah hingga mencapai kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun