Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengemis dan Pengamen yang Takkan Hilang

12 Agustus 2023   10:32 Diperbarui: 12 Agustus 2023   21:12 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baginya, dengan menggunakan kostum badut, ia pantas untuk diberi uang karena keunikan kostumnya itu.

Pun demikian halnya dengan manusia silver, yang menganggap 'pengorbanan'nya merusak tubuh dengan cat kimia berbahaya pantas untuk diganjar dengan rupiah demi rupiah oleh orang -orang yang mereka temui di jalanan.

Di kota tempat tinggal saya saat ini, Bogor, beberapa warga sudah mulai menyebutnya sebagai 'kota sejuta pengamen'. Anda bisa membuktikan itu ketika berkunjung ke kota ini, saat berada di warung-warung tenda, di dalam angkutan kota, di coffee shop, atau bahkan ketika sekedar duduk-duduk di bangku trotoar.

Akun Instagram salah satu coffee shop di Bogor, beberapa waktu lalu mengunggah video rekaman kamera pengawas, yang menunjukkan salah seorang pengamen datang dan menyanyikan lagu sekedarnya sembari meminta uang kepada pengunjung.

Ketika sang barista mengatakan bahwa di coffee shop-nya tidak boleh mengamen, ia pun mendapat tindakan intimidatif, yakni ditarik apronnya oleh sang pengamen seraya dimintai uang.

Mungkin diantara anda berfikir pemerintah daerah menjadi kunci dalam menghilangkan keberadaan pengamen yang mengganggu itu, dalam artian mesti tegas menertibkan pengamen yang meresahkan, memaksa, atau pengemis yang berkedok pengamen.

Namun menurut saya, menertibkan dan menghilangkan keberadaan mereka bukanlah hal yang mudah, bagi pemerintah daerah manapun. Memang, seriang kita jumpai atau kita saksikan di televisi, aparat keamanan dan pemerintahan melakukan penangkapan terhadap pengamen atau pengemis, namun nyatanya itu tidak mengurangi 'animo' pengamen dan pengemis lain untuk melakukan hal yang sama.

Kalau ditarik garis besar, kemiskinan, kesenjangan, serta kesempatan kerja bisa dikatakan sebagai penyebabnya. Dan belakangan ini, mengemis dan mengamen bukan lagi karena faktor kemiskinan, namun sudah dijadikan sebagai 'pekerjaan tetap' oleh pelakunya.

Ditambah lagi pola pikir bahwa 'penghasilan' di jalanan bisa melebih pendapatan pekerja kantoran per bulannya, menambah maraknya pencari uang di ruang publik seperti pengamen dan pengemis. Kabar seperti ini tentu lazim kita dengar.

Keberadaan mereka pun semakin didukung oleh kebiasaan masyarakat yang cenderung masih memberi uang tiap kali didatangi oleh pengemis atau pengamen. Baik karena terpaksa maupun tidak.

Jadi, selama tiga penyebab eksistensi pengamen dan pengemis itu masih ada, maka masih sulit untuk menghilangkan keberadaan mereka di ruang-ruang publik. Mau sebanyak apapun peraturan dibuat dan diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun