Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Impor KRL Bekas dari Jepang, Jadi atau Tidak?

15 Juni 2023   15:20 Diperbarui: 16 Juni 2023   07:45 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRL | Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Rencana pemerintah untuk mengimpor rangakaian KRL bekas dari Jepang, nampaknya masih belum menemukan kesamaan suara, setidaknya hingga saat ini.

Tiga menteri saat ini masih berbeda opini soal rencana impor ini, yakni Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri BUMN Erick Thohir, serta Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Agus sampai saat ini masih bersikukuh impor KRL bekas tak perlu dilakukan. Menurut politisi Partai Golkar ini, pihaknya berpegang pada audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyebut impor KRL bekas tidak diperlukan.

Karena itu, Agus menegaskan pemerintah akan mengambil opsi retrofit untuk pemenuhan kebutuhan armada KRL. Retrofit sendiri merupakan penambahan teknologi atau fitur baru pada sistem lama.

Menurut Agus, opsi retrofit sudah disepakati oleh Kementerian Perindustrian bersama kementerian/lembaga terkait, termasuk BPKP.

Di sisi lain, Erick Thohir menyatakan impor KRL perlu dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan pertumbuhan jumlah penumpang pada 2023. Meski demikian, menteri yang juga ketua umum PSSI ini mengatakan impor rangkaian KRL perlu diiringi dengan produksi dalam negeri.

Sementara itu, Luhut Pandjaitan masih belum memastikan pelaksanaan rencana impor KRL bekas. Menurutnya, keputusan final soal jadi atau tidaknya pemerintah mengimpor KRL bekas, baru  akan ditetapkan paling lambat pada pekan depan.

Namun sama seperti Agus, Luhut pun menegaskan keputusan soal jadi atau tidaknya impor KRL harus mengacu pada hasil reviu dari BPKP.

BPKP sendiri pada reviu yang dirilis pada 27 Maret 2023 menyatakan tidak merekomendasikan impor KRL dari Jepang. Namun Juru Bicara BPKP Azwad Zamrodin pada 4 Mei 2023 lalu menyatakan, BPKP tetap akan menindaklanjuti jika ada permintaan audit kembali untuk pengadaan KRL bekas dari Jepang.

Akan tetapi Azwad menegaskan permintaan harus  sesuai dengan standar audit serta prosedur yang berlaku.

Jadi, dari pada pernyataan tiga orang menteri plus juru bicara BPKP tersebut, masih belum ada keputusan akhir soal jadi atau tidaknya Indonesia mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang untuk memenuhi kebutuhan. Keputusan soal kepastian baru akan ada pekan depan jika mengacu pada pernyataan Luhut.

Sementara itu, operator KRL Commuter Line yakni PT KAI Commuter Indonesia atau KCI menyatakan rencana impor 10 rangkaian KRL bekas dari Jepang, adalah untuk memenuhi kebutuhan kereta yang digunakan untuk tahun ini dan tahun depan.

Plt Dirut KCI Asdo Artriviyanto mengatakan, rencana pengimporan KRL tersebut dilakukan untuk memenuhi dapat mengakut penumpang moda transportasi KRL di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat.

KCI sendiri membawa target pengangkutan penumpang KRL oleh Kementerian Perhubungan yang mencapai 2 juta per hari. Karena itu, impor rangkaian menjadi salah satu opsi yang dikemukakan agar target tersebut bisa tercapai, tentunya tanpa mengorbankan kenyamanan penumpang.

Sebenarnya, demi kenyamanan penumpang dan menekan potensi penumpukan terutama di stasiun transit seperti Stasiun Manggarai, KCI sudah mengambil sejumlah langkah.

Salah satunya dengan mengoperasikan kereta  feeder yang diberangkatkan dari Stasiun Duri menuju Stasiun Manggarai sebanyak 15-17 perjalanan. Langkah ini diharapkan strategis untuk mengurai penumpukan atau kepadatan penumpang yang menunggu KRL di di Stasiun Manggarai.

Kemudian dalam grafik perjalanan kereta (gapeka) terbaru yang berlaku mulai 1 Juni 2023 lalu, lin perjalanan KRL lintas Jakarta -- Bekasi serta Jakarta Bogor/Nambo-yang notabene lin 'padat' berdasarkan jumlah penumpang - juga ditambah jadwal perjalanannya.

Pada lin Bogor - Jakarta, pada jam sibuk pagi jumlah perjalanan ditambah dari 48 menjadi 50 perjalanan dari Depok ke Jakarta Kota. Sebaliknya pada jam sibuk sore jumlah perjalanan ditambah dari 51 menjadi 52 perjalanan.

Sementara itu, pada lin Bekasi - Jakarta, pada jam sibuk pagi jumlah perjalanan dari semula 20 perjalanan menjadi 33 perjalanan. Dan pada jam sibuk sore perjalanan ditambah dari semula 23 menjadi 40 perjalanan.

Namun dalam sejumlah unggahan di fanpage pengguna KRL di Facebook, banyak pengguna KRL yang mengeluhkan penambahan jadwal, khususnya di lin Jakarta - Bogor alih-alih menambah keyamanan namun tetap terasa padat, karena banyak perjalanan yang semula menggunakan rangkaian yang terdiri dari 12 gerbong dikurangi menjadi 8 gerbong.

Pengurangan jumlah gerbong tersebut merupakan bagian dari pemensiunan 10 rangkaian KRL Jabodetabek di tahun 2023 dan 19 rangkaian di tahun 2024 yang. Rangkaian yang dipensiunkan tersebut karena faktor usia yang menyebabkan penyusutan nilai guna.

Karena itu, kebutuhan mendesak untuk melayani perjalanan Commuter Line pada tahun ini adalah 10 KRL pengganti rangkaian yang dipensiunkan. Dan metode impor adalah opsi yang diharapkan oleh KCI sebagai operator KRL Jabodetabek.

Pada akhirnya, dengan masih menggantungnya kepastian nasib pengadaan KRL yang akan menggantikan rangkaian lawas yang sudah dikurangi jumlah gerbongnya tersebut, mau tak mau penumpang masih harus bergelut dengan kepadatan di dalam gerbong, yang artinya kenyamanan pun menjadi (sedikit) terabaikan. 

Tapi jika nanti keputusan Kabinet Indonesia Maju menyatakan impor tidak dipilih meski sebagai skenario darurat dan opsi retrofit yang dipilih sesuai usulan Kemenperin, bukan berarti masalah kepadatan dalam gerbong dan di Stasiun transit Manggarai langsung terurai.

Hitung-hitungan Masyarakat Transportasi Indonesia menyebut, proses pengerjaan retrofit KRL dapat memakan waktu hingga 17 bulan.

Lamanya waktu pengerjaan tersebut tentu akan berimbas pada berkurangnya jumlah KRL yang beroperasi melayani penumpang, karena rangkaian KRL yang diretrofit alias direparasi harus masuk ke balai yasa untuk pengerjaan injeksi teknologi dan suku cadang pengganti.

Dengan demikian, penumpang yang sudah bergelut dengan kepadatan di dalam kereta masih tetap harus bersabar menanti rangkaian selesai diperbaharui di bengkel retrofit.

Tapi nampaknya, para penumpang KRL wabil khususon di Jabodetabek sudah terbiasa dengan ketidaknyamanan akibat kepadatan di dalam gerbong. Maklum saja, ketergantungan mereka terhadap KRL sangat tinggi, sebagai moda transportasi terpraktis dan termurah dari wilayah pinggiran/penyangga ibukota untuk menuju kawasan ring 1 Jakarta.

Mari kita tunggu bagaimana keputusan dari kementerian/lembaga terkait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun