Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena Aldi Taher dan Potret Sistem Pemilihan Legislatif Kita

31 Mei 2023   18:14 Diperbarui: 1 Juni 2023   12:31 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aldi Taher, salah satu selebritis yang menjadi bacaleg melalui Partai Perindo. (Sumber foto: Kompas.com)

Untuk pertama kalinya, saya menyaksikan seorang penyiar berita sampai mengucapkan istighfar saat sedang mewawancarai narasumber. Peristiwanya terjadi pada pekan lalu, saat stasiun televisi TvOne menghadirkan wawancara dengan Aldi Taher, sosok yang menambah panjang daftar para selebritis yang akan meramaikan pemilihan legislatif 2024 mendatang.

Namun harapan Aldi Taher akan menjawab pertanyaan news anchor dengan jawaban yang serius dan 'berat' pun pupus sudah, ketika satu persatu pertanyaan dari penyiar dijawab Aldi dengan jawaban yang 'di luar dugaan'.

Salah satunya ketika Tysa Novenny---salah satu pewawancara---menanyakan bagaimana bisa Aldi menjadi caleg dari dua partai, yakni Partai Bulan Bintang dan Partai Perindo, Aldi malah menjawab "Kalau ditanya kenapa saya juga bingung, mbak,".

Pertanyaan berikutnya dari pewawancara adalah jika terhadap pencalonan dari dua partai saja Aldi sudah bingung, bagaimana nanti seandainya terpilih menjadi aleg, apakah tidak lebih bingung dengan rakyatnya? Mantan suami penyanyi Dewi Persik itu malah menjawab "Semua manusia di muka bumi ini bingung, Mbak. Nanti nggak bingung kalau sudah di surga,"

Spontan kedua pewawancara pun tergelak, dan Tysa Novenny langsung mengucapkan Astaghfirullah. 

Dialog yang membahas soal politik yang lazimnya membawa kesan serius bahkan sakral, seketika terlihat tak ubahnya sketsa komedi ala Cak Lontong dan kawan-kawan.

Tapi apakah Aldi Taher benar-benar bingung dengan posisinya saat ini yang menjadi bacaleg dari dua partai politik, meski saat ini dia sudah menyatakan telah mantap untuk maju lewat Partai Perindo? Aldi---juga dengan nada tak serius---malah mengaku cinta semua partai politik di Indonesia, dan keputusannya berpindah-pindah partai politik tak lain untuk mencari yang terbaik.

"Intinya Aldi Taher cinta semua partai di Indonesia. Tapi yang jelas rezeki, jodoh, maut, semua rahasia Allah," ujar Aldi.

Baiklah, kita tinggalkan dulu keabsurdan yang diungkapkan oleh Aldi Taher yang memang kerap membuat sensasi ini.

Yang menarik, Sekretaris Jenderal PBB Afriansyah Ferry Noor mengungkapkan, pada tanggal 13 Mei 2023 atau H-1 batas akhir pendaftaran bacaleg, Aldi menyatakan masih bersedia dicalegkan di Dapil 1 DPRD Provinsi DKI Jakarta. "Tapi tiba-tiba besoknya saya tahu dari medsos dia muncul (sebagai kader) di Perindo. Jadi ini anak emang aneh, aneh tapi nyata," ujar Ferry setengah berkelakar seperti dikutip Total Politik, awal pekan ini.

Aldi, ujar Ferry, justru baru mengajukan surat pengunduran diri dari PBB sepekan setelah pendaftaran bakal caleg. Namun nampaknya Ferry dan PBB sudah enggan berkomunikasi kembali dengan Aldi. Apalagi pria yang juga wakil menteri ketenagakerjaan ini juga mengaku sudah memblokir nomor ponsel Aldi Taher.

Baiklah, saya tak ingin membahas lebih panjang lagi soal bagaimana Aldi Taher sempat menjadi kader hingga bisa dicalonkan oleh dua partai politik. Nyatanya KPU pun seolah tergagap dengan fenomena ini.

Mungkin karena---berdasarkan pengakuan KPU sendiri---fenomena unik ini baru pertama kalinya terjadi.

"Sepanjang yang kami ketahui pada waktu verifikasi partai politik yang bersangkutan hadir pada saat verifikasi pengurus pusat PBB. Antara kemudian yang bersangkutan mengundurkan diri dan kemudian didaftarkan oleh partai yang lain, kami belum tahu ya," ujar Ketua KPU Hasyim Asy'ari seperti dikutip sejumlah pemberitaan pada awal pekan ini.

Baiklah, mungkin memang ada celah atau titik lemah, dalam hukum positif yang mengatur soal calon anggota legislatif di Indonesia. Termasuk kelemahan dalam aturan turunan atau aturan teknisnya, yang mengakibatkan Aldi Taher bisa menjadi bacaleg dari dua partai sekaligus.

Tapi begini, sebagai gambaran, mungkin di sekitar tempat anda ada banyak bertebaran baliho bacaleg dari sejumlah partai politik, lengkap dengan foto ukuran besar bacaleg bersngkutan.

Ya, itulah salah satu implikasi dari sistem Pemilihan Umum proporsional terbuka. Dengan adanya sistem yang bisa memilih langsung nama calon anggota legislatif, maka alat promosi berbasis visual bakal calon anggota legislatif menjadi sesuatu yang lazim ditemui  pada sistem yang berlaku sejak Pemilu 2009 ini.

Budaya promosi visual inilah yang kemudian menjadikan para selebritis sebagai sosok yang kerap muncul dalam bentuk visual di layar kaca maupun layar lebar---diakui atau tidak---menjadi sosok yang dimanfaatkan oleh partai politik sebagai pendulang suara masyarakat.

Fenomena selebritis yang bermetamorfosis sebagai politisi memang bukan hal yang baru. Sebut saja Rieke Diah Pitaloka yang kini cenderung vakum dari dunia hiburan dan fokus menjadi politisi PDIP. Lalu Nurul Arifin yang menjadi politisi Partai Golkar.

Namun status sebagai selebritis tak sepenuhnya menjamin bakal sukses dalam pemilihan anggota legislatif. Di luar dua nama yang saya sebut itu, banyak juga selebritis yang pernah mencoba peruntungan untuk masuk ke Senayan, namun gagal.

Nama-nama mulai Adly Fairuz, Jonathan Frizzy, Giring Ganesha, Ahmad Dhani,  hingga Katon Bagaskara dan Choky Sitohang, masuk dalam daftar caleg gagal di Pemilu 2019 lalu.

Partai politik pun nampaknya masih 'malu-malu' partai politik mengakui keberadaan caleg selebritis sebagai pendulang suara. Demikian pula partai politik sepertinya enggan mengakui bahwa wawasan politik bukan sesuatu yang penting dimiliki oleh bacaleg selebritis.

Seperti diungkapkan oleh Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi Partai Perindo Yusuf Lakaseng. Sebagaimana dikutip Okezone, Lakaseng berkilah jawaban nyeleneh Aldi Taher saat diwawancarai televisi  merupakan cara Aldi untuk menghibur masyarakat yang sedang terpukul, karena adanya politisi yang kembali terjerat kasus mega korupsi.

"Saya melihatnya itu adalah cara Aldi Taher menghibur rakyat yang akhir-akhir ini kembali dikecewakan dan dibuat marah oleh kasus korupsi yang angkanya sangat besar oleh seorang menteri yang berasal dari partai politik," kata Lakaseng.

Namun secara diplomatis, Lakaseng menyebutkan Partai Perindo tentu akan melakukan kewajiban pendidikan untuk Aldi Taher, yaitu dengan pendidikan politik dan memperdalam pengetahuan serta pemahaman Aldi Taher atas visi dan misi Partai Perindo.

Akhirnya cocoklogi saya berkata, mungkin sesuai dengan namanya, selebritis, berasal dari istilah to celebrate  yang bermakna merayakan. Artinya, kehadiran selebritis dalam panggung Pemilu , sebagian tak lebih dari ikut merayakan pesta demokrasi.

Soal apa makna perayaan pesta demokrasi, atau tugas mereka pasca pesta usai mungkin memang menjadi tak penting bagi sebagian selebritis yang ikut dalam perayaan itu.

Mungkin suatu saat, rakyat akan memilih anggota legislatif dan pemimpin hanya berdasarkan ketenaran alih-alih kualitas, kapasitas, dan kemampuan. Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun