Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena Aldi Taher dan Potret Sistem Pemilihan Legislatif Kita

31 Mei 2023   18:14 Diperbarui: 1 Juni 2023   12:31 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aldi Taher, salah satu selebritis yang menjadi bacaleg melalui Partai Perindo. (Sumber foto: Kompas.com)

Baiklah, saya tak ingin membahas lebih panjang lagi soal bagaimana Aldi Taher sempat menjadi kader hingga bisa dicalonkan oleh dua partai politik. Nyatanya KPU pun seolah tergagap dengan fenomena ini.

Mungkin karena---berdasarkan pengakuan KPU sendiri---fenomena unik ini baru pertama kalinya terjadi.

"Sepanjang yang kami ketahui pada waktu verifikasi partai politik yang bersangkutan hadir pada saat verifikasi pengurus pusat PBB. Antara kemudian yang bersangkutan mengundurkan diri dan kemudian didaftarkan oleh partai yang lain, kami belum tahu ya," ujar Ketua KPU Hasyim Asy'ari seperti dikutip sejumlah pemberitaan pada awal pekan ini.

Baiklah, mungkin memang ada celah atau titik lemah, dalam hukum positif yang mengatur soal calon anggota legislatif di Indonesia. Termasuk kelemahan dalam aturan turunan atau aturan teknisnya, yang mengakibatkan Aldi Taher bisa menjadi bacaleg dari dua partai sekaligus.

Tapi begini, sebagai gambaran, mungkin di sekitar tempat anda ada banyak bertebaran baliho bacaleg dari sejumlah partai politik, lengkap dengan foto ukuran besar bacaleg bersngkutan.

Ya, itulah salah satu implikasi dari sistem Pemilihan Umum proporsional terbuka. Dengan adanya sistem yang bisa memilih langsung nama calon anggota legislatif, maka alat promosi berbasis visual bakal calon anggota legislatif menjadi sesuatu yang lazim ditemui  pada sistem yang berlaku sejak Pemilu 2009 ini.

Budaya promosi visual inilah yang kemudian menjadikan para selebritis sebagai sosok yang kerap muncul dalam bentuk visual di layar kaca maupun layar lebar---diakui atau tidak---menjadi sosok yang dimanfaatkan oleh partai politik sebagai pendulang suara masyarakat.

Fenomena selebritis yang bermetamorfosis sebagai politisi memang bukan hal yang baru. Sebut saja Rieke Diah Pitaloka yang kini cenderung vakum dari dunia hiburan dan fokus menjadi politisi PDIP. Lalu Nurul Arifin yang menjadi politisi Partai Golkar.

Namun status sebagai selebritis tak sepenuhnya menjamin bakal sukses dalam pemilihan anggota legislatif. Di luar dua nama yang saya sebut itu, banyak juga selebritis yang pernah mencoba peruntungan untuk masuk ke Senayan, namun gagal.

Nama-nama mulai Adly Fairuz, Jonathan Frizzy, Giring Ganesha, Ahmad Dhani,  hingga Katon Bagaskara dan Choky Sitohang, masuk dalam daftar caleg gagal di Pemilu 2019 lalu.

Partai politik pun nampaknya masih 'malu-malu' partai politik mengakui keberadaan caleg selebritis sebagai pendulang suara. Demikian pula partai politik sepertinya enggan mengakui bahwa wawasan politik bukan sesuatu yang penting dimiliki oleh bacaleg selebritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun