Sekadar mengingatkan, kekalahan memalukan Itu terjadi pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia yang dimainkan di Bahrain National Stadium, pada 29 Februari 2012.Â
Saat itu, pelatih Aji Santoso dihadapkan pada keterbatasan pilihan pemain karena hanya bisa memilih pemain yang berkompetisi di Indonesia Premier League, sebagai liga resmi yang diakui oleh PSSI.
Dengan pilihan pemain yang terbatas, Aji tak mampu berbuat banyak selain harus mengakui keunggulan kemampuan dan pengalaman pemain timnas Bahrain, dan harus merelakan gawang Indonesia dibobol 10 kali tanpa balas.
Kembali ke soal audit keuangan PSSI, mumpung kepengurusan baru PSSI di bawah pimpinan Erick Thohir baru 3 bulan, alias masih hangat-hangat semangatnya melakukan gebrakan, publik sepak bola Indonesia tentu berharap langkah audit yang menggandeng firma auditor eksternal Ernst & Young bisa membuka sejelas-jelasnya soal keuangan PSSI.
Tidak sekadar untuk transparansi, audit keuangan PSSI dan LIB ---yang hasilnya seyogianya diungkap kepada publik---juga sebagai bentuk tanggung jawab moral atas kepercayaan mereka sebagai pelaksana pembinaan sepak bola Indonesia, yang muaranya tentu adalah tim nasional yang tangguh dan kompetitif.
Jika transparansi keuangan yang berjalan beriringan dengan transformasiu sepak bola Indonesia mulai dari perbaikan fasilitas, kualitas perwasitan, transformasi suporter, dan pembinaan usia dini bisa konsisten dan menghasilkan sesuatu yang positif, maka tentu ini bisa menjadi bahan penilaian yang positif dari FIFA, yang menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia makin berubah menjadi lebih baik, usai Tragedi Kanjuruhan pecah pada Oktober tahun lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H