"Saya menggarisbawahi, kendaraan itu alat transportasi, bukan alat pembentukan persepsi," ujar Sandi usai dilantik menjadi DKI-2 saat itu.
Pria kelahiran Riau itu tak ingin kendaraan dinas justru dijadikan alat untuk memberi persepsi tersendiri. Misalnya agar terlihat sebagai pejabat atau terlihat mahal. Dan hal itu tetap kerap ia praktikkan saat kini ditunjuk sebagai pembantu presiden.
Ya, di Indonesia mobil yang dimiliki dan digunakan seseorang memang sejak lama kerap menjadi simbol status sosial, jabatan, serta kekayaan si pemiliknya.
Adagium mobil sebagai simbol penunjuk kekayaan itulah yang membuat saya menilai wajar saat sejumlah warga sebuah desa di Tuban, Jawa Timur pada awal 2021 lalu mendadak menjadi miliuner pasca mendapat uang ganti rugi proyek kilang minyak, lantas menggunakan sebagian uang yang didapat untuk membeli mobil. Meski nyatanya ada juga diantara warga yang membeli mobil tersebut bahkan belum mahir menyetir.
Mobil sebagai simbol kekayaan saat ini pun nyatanya bisa menjadi pintu pembuka dugaan tindak kejahatan. Seperti yang terjadi pada mantan pegawai Ditjen Pajak Kemenkeu Rafael Alun Trisambodo.
Mobil merek Jeep Rubicon yang kini tengah disita oleh polisi sebagai barang bukti kasus penganiayaan berat anak Rafael, Mario Dandy terhadap David Ozora, kepemilikannya mengarah pada tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh Rafael. Dengan demikian, mobil berwarna hitam dengan STNK bukan atas nama Rafael maupun Dandy itu, pada akhirnya telah membawa sepasang anak dan ayah tersebut menjadi pesakitan.
Soal mobil (mewah) yang dianggap sebagai simbol status dan kekayaan seseorang ini, memang bukan hal baru, karena Warkop DKI pun pernah mengangkat fenomena ini dalam film Gengsi Dong, yakni dalam adegan Sanwani (Kasino Warkop) meminta Slamet (Dono Warkop) untuk membeli mobil supaya bisa menunjukkan strata sosial Slamet sebagai anak petani terkaya di kampungnya, sementara di Jakarta belum bisa disebut orang kaya jika belum punya mobil.
Akibat termakan provokasi Sanwani, Slamet pun bahkan meminta tambahan uang pada sang ayah (Pandji Anom) di kampung, untuk membeli mobil. Meski akhirnya karena minim referensi soal jenis-jenis mobil, Slamet malah membeli mobil yang modelnya justru bikin tertawa. Yang penting bagi Slamet, ia sudah memiliki mobil sebagai 'bukti sah' bahwa dia adalah anak orang kaya dan agar tidak terus-menerus dihina oleh Paijo (Indro Warkop) yang merupakan anak pengusaha minyak.
Karena itulah, ketika heboh Mario Dandy yang flexing dengan mobil Rubicon dan kemudian terungkap ayahnya adalah pegawai Ditjen Pajak Kemenkeu yang melakukan penyimpangan dalam profesinya, dialog celetukan Sanwani pun banyak dikutip kembali
"Udah nggak usah lu pikirin, memang begitu anak orang kaya, lagunya suka tengil, kayak duit bapaknya halal aja!"
Kata-kata yang dalam film Gengsi Dong dimaksudkan untuk menghibur hati Slamet yang selalu diledek oleh Paijo karena perilaku Slamet yang sering norak dan kampungan pun, kembali terungkit. Celetukan khas Kasino tadi seolah menua dengan apik dan everlasting bagaikan anggur, yang tak lekang oleh waktu. Dialog dalam film yang diproduksi tahun 1980 itu pun populer kembali setelah 43 tahun.