Dengan berlarutnya penyelesaian Tragedi Kanjuruhan, mungkin kita perlu kembali bertanya, apa kabar transformasi sepak bola Indonesia yang diagungkan dan digaungkan usai Tragedi Kanjuruhan? Bagaimana tolok ukur keberhasilan transformasi sepak bola Indonesia itu?
Sementara semakin ke sini, gaung transformasi itu kian lirih. Apakah suatu saat gaung itu tak terdengar lagi? Entahlah.
Yang pasti, usai gagal di Piala AFF, tiga turnamen besar dan bergengsi telah menanti Shin Tae-yong di 2023, yakni Piala Asia U-20 2023, Piala Dunia U-20 2023, dan Piala Asia 2023. Dan kontrak pelatih berkebangsaan Korea itu akan habis di akhir tahun ini.
Di Piala Asia 2023, timnas senior tentu harus siap jika nantinya pengundian menempatkan Indonesia satu grup dengan negara-negara langganan Piala Dunia, termasuk negaranya Shin Tae-Yong sendiri, atau bahkan Jepang yang menghantam Jerman, dan mungkin saja Arab Saudi yang mengalahkan Argentina, sama-sama dengan skor 2-1 di Piala Dunia Qatar 2022.
Akhirnya, kembali lagi seperti yang dikatakan Shin Tae-Yong, tim nasional yang baik adalah muara dari liga yang baik. Sudahkah liga kita saat ini menjadi baik dan menghasilkan pemain yang terbaik dan bisa bersaing di kancah ASEAN atau bahkan Asia?
Ataukah memang sepak bola Indonesia ranahnya memang hanya sebatas olahraga hiburan dan bisnis semata, bukan olahraga prestasi macam bulutangkis dan angkat besi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H