Demikian dikatakan Azrul Ananda dalam akun instagram resmi Persebaya.
Pertemuan Azrul-Kaesang bisa dikatakan sebagai pelopor untuk mendesak kepastian bergulirnya kembali kompetisi Liga Indonesia. Di saat klub-klub lain masih dalam tahap normatif menginginkan liga kembali bergulir, dua tokoh muda sepak bola Indonesia ini berinisiatif untuk bertemu dan memberi rekomendasi kepada penyelenggara liga untuk segera memutuskan kapan kompetisi Liga 1, Liga2, dan Liga 3 akan kembali bergulir.
Azrul tentu mendasarkan inisiatif pertemuan--yang kemudian menghasilkan surat rekomendasi---dari pahitnya penghentian kompetisi, yakni pada 2020 saat kompetisi Liga 1 terpaksa berhenti akibat pandemi Covid19, setelah hanya berlangsung selama tiga pekan. Yang membuat Azrul kecewa saat itu, operator liga sempat tak memberi kejelasan soal kelanjutan Liga 1.
Selain ketidakjelasan jadwal, Azrul pada 2020 juga merasa kecewa karena ketika bertanya soal kepastian protokol kesehatan dalam pelaksanaan liga termasuk tanggungan biaya tes Covid19, tidak dijawab dengan jelas oleh pihak yang berwenang.
Dan ketika saat ini Liga 1 dihentikan usai Tragedi Kanjuruhaan, bayang-bayang kelam ketidakjelasan kompetisi pun tentu muncul kembali. Tidak hanya di benak Azrul, tapi tentu di benak seluruh pelaku yang terlibat dalam kompetisi sepak bola Indonesia.
Karena itu, langkah Azrul dan Kaesang dalam berinisiatif mengirimkan surat kepada PSSI dan PT LIB tentu patut diacungi jempol. Setidaknya ini menjadi langkah yang lebih maju dan sesuai dengan koridor yang ada sebagai pengurus klub yang ikut berkompetisi dan turut menanggung beban berat akibat kompetisi dihentikan, ketimbang hanya bersuara normatif.
Langkah maju ini pun toh pada akhirnya mendapatkan respons yang positif dari federasi, yakni dengan digelarnya rapat Exco PSSI, yang menghasilkan sikap cair PSSI mempercepat penyelenggaran kongres luar biasa.
Apa yang dilakukan Azrul---bersama Kaesang---tentu tak lepas dari pengalaman pahit manis dirinya sebagai Persebaya. Ia pernah dalam merasa di titik tertinggi, namun pernah pula merasa dalam titik terendah saat menjadi nakhoda Persebaya.
Sedikit mundur ke belakang, ketika Azrul Ananda menyatakan dirinya mengundurkan diri sebagai presiden Persebaya, sangat banyak yang menyayangkan termasuk dari Bonek. Salah satu argumen yang mengemuka saat itu adalah pikiran, tenaga dan jiwa manajerial seorang Azrul masih dibutuhkan oleh Persebaya.
Dan pertemuan dirinya bersama Kaesang Pangarep bersama jajaran manajemen Persebaya dan Persis itu pun menunjukkan bahwa meski tak lagi menjadi pucuk pimpinan Persebaya, namun Azrul tetap hadir untuk kemajuan persepakbolaan Indonesia, karena pernah merasakan pahitnya ketidakjelasan dalam penyelenggaraan kompetisi.
Dan jika PSSI sudah membaca dan mengabulkan permintaan Persebaya dan Persis untuk digelarnya KLB, tentu harus diapresiasi walau bagaimanapun. Untuk saat ini saya tak ingin berspekulasi dahulu, apa dan bagaimana hasil dari KLB yang akan dilaksanakan kelak. Toh masih belum ada kepastian kapan pastinya KLB tersebut akan diselenggarakan.