Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengkhianatan G30S PKI, Film Terlaris dan Terbaik dalam Sejarah

1 Oktober 2022   19:13 Diperbarui: 1 Oktober 2022   19:16 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pamflet film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (Sumber: Wikipedia)

"Mau sebanyak apapun jumlah penonton KKN di Desa Penari, tetap nggak akan ngalahin jumlah penonton film G 30S PKI,"

Itulah celetukan kawan saya ketika membaca sebuah artikel di laman Kompas.com, yang menyebut film KKN di Desa Penari Sukses 'mengundang' 9.233.847 penonton untuk hadir menyaksikan di bioskop.

Saya pun mengiyakan pernyataan abusrd tersebut sambil tertawa dan bergumam dalam hati "Nggak gitu konsepnya..."

Saya-mungkin-masuk dalam generasi terakhir yang masih diwajibkan menonton film yang berjudul lengkap Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI ini, oleh pihak sekolah atas komando pemerintah pusat. Dan karena teman saya itu satu generasi dengan saya, tentunya jokes itu bisa dengan cepat saya cerna.

Meski kini zaman telah berubah, dan kewajiban nobar film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI itu telah ditiadakan, namun nyatanya sejumlah stasiun televisi terestrial pun masih saat ini masih menayangkan. Artinya memang isu seputar peristiwa 30 September 1965, memang menarik untuk kembali dibahas dalam dialog-dialog di televisi.

Terlepas dari motif politis rezim dalam pembuatan dan penayangannya di masa lampau, perspektif subjektif dan pengetahuan pendek saya tentang dunia sinema mengatakan, film ini adalah film dokudrama terbaik yang pernah diproduksi oleh anak bangsa.

Ide, penggarapan, lokasi syuting, serta jalan cerita yang dihadirkan memang benar-benar disiapkan dengan baik oleh orang-orang yang terlibat di dalam film tersebut. Demi sebuah film yang digarap untuk memberikan gambaran salah satu peristiwa terkelam dalam perjalanan bangsa ini.

Dan dari pemilihan diksi judul saja sudah bisa dikatakan bahwa film ini ingin menggambarkan penumpasan kelompok pemberontak berbahaya yang pernah ada dan paling mengancam kesatuan bangsa setelah Indonesia merdeka di tahun 1945. Meski pada kenyataannya bukan hanya PKI saja yang menjadi pengancam persatuan bangsa pasca kemerdekaan.

Lalu durasi film yang mencapai 271 menit, rasanya sudah lebih dari cukup untuk memvisualisasikan pelajaran sejarah dalam bentuk gambar bergerak. Termasuk juga melukiskan bagaimana kejinya paham komunis serta Partai Komunis Indonesia yang tidak hanya menghilangkan nyawa para pahlawan revolusi tetapi juga berpotensi besar mengubah dasar negara.

Alur cerita dalam film G 30 S PKI  juga menambah penilaian saya tentang film dokudrama terbaik Indonesia ini. Gambaran kekejaman penganut aliran komunis di Indonesia tergambar seolah tanpa henti sejak film dimulai.

Ini ditunjukkan dengan film yang dibuka dengan adegan sekelompok orang yang digambarkan sebagai anggota PKI, melalui shoot lambang palu arit dan buku soal DN Aidit. Sekelompok orang itu kemudian mengambil senjata seperti golok dan celurit, untuk menyerang sejumlah orang yang tengah melakukan ibadah salat di masjid. Sebuah gambaran yang sempurna untuk memberi pesan bahwa PKI berbahaya bagi kaum beragama mayoritas di Indonesia.

Film pun diakhiri oleh pernyataan Mayjen Soeharto saat pengangkatan jenazah para pahlawan revolusi, yang menyatakan mengutuk keras tragedi berdarah di penghujung September 1965 itu. Ini pun cukup untuk menggambarkan siapa tokoh sentral yang paling berperan dalam penumpasan PKI dan simpatisan-simpatisannya.

Lantas apakah film ini adalah karya yang buruk? Ataukah kita pantas mengutuk karena film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI merupakan propaganda rezim? Jawabannya adalah tidak.

Film ini bukanlah film yang buruk. Karena seperti saya katakan di atas, boleh jadi inilah film dokudrama terbaik dalam sejarah perfilman nasional.

Pada tahun 1984, Festival Film Indonesia memberikan penghargaan kepada film G 30 S PKI, dalam kategori berikut:

  • Piala Citra untuk Film Cerita Terbaik
  • Piala Citra untuk Skenario Terbaik (Arifin C Noer)
  • Piala Citra untuk Penyutradaraan Terbaik (Arifin C Noer)
  • Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik (Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto)
  • Piala Citra untuk Artistik Terbaik (Farraz Effendy)
  • Piala Citra untuk Musik Terbaik (Embie C Noer)
  • Piala Citra untuk Tata Kamera Terbaik (Hasan Basri)

Penghargaan bergengsi yang diperoleh tersebut tentu menunjukkan bahwa sebuah film---termasuk film G 30 S PKI-adalah sebuah produk industri, yang merupakan hasil akhir dari keputusan berbagai pihak. Dan tentunya sudah melalui pertimbangan dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya.

Tentu kita pun harus mengapresiasi proses kreatif yang djalani pihak-pihak tersebut untuk menghasilkan sebuah karya yang dikenang hingga saat ini.

Presiden Joko Widodo menghadiri acara nonton bareng film G 30 S PKI pada 29 September 2017 (Sumber: Kompas.com/Ramdhan Triyadi Bempah)
Presiden Joko Widodo menghadiri acara nonton bareng film G 30 S PKI pada 29 September 2017 (Sumber: Kompas.com/Ramdhan Triyadi Bempah)
Lalu, produksi sebuah film tentu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Karena itu, ketika orde baru tumbang dan diiringi dengan menyeruaknya opini film G30 S PKI itu hanya sebuah rekayasa sejarah demi propaganda, kemudian kita ikut mengutuk hasil karya filmnya, tentu ini menjadi kurang bijak.

Dan sependek pengetahuan saya, tidak ada norma ataupun etika yang dilanggar oleh cerita yang disuguhkan di film ini. Semuanya mengacu pada referensi yang berlaku pada saat film G 30 S PKI diproduksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun