Tapi toh Piala Presiden tak melulu menghasilkan hal buruk bagi seorang Thomas Doll sebagai nakhoda baru Persija di lapangan. Setidaknya dengan adanya turnamen ini, dia bisa mempelajari kekurangan apa saja yang masih ada di timnya, sehingga bisa menjadi evaluasi jelang mengikuti kompetisi yang sesungguhnya.
Nah, saya pun menggarisbawahi pernyataan retoris Thomas Doll "Piala Presiden sepertinya penting di negara ini". Ya, mungkin saja penting untuk ditambahkan dalam curriculum vitae seorang pemain atau pelatih yang telah berhasil menjuarainya.
Contohnya ya di CV-nya Djadjang Nurdjaman tadi. Kapanpun dan dimanapun penggemar sepakbola Indonesia wabil khususon Persib Bandung pasti akan menyebut gelar juara Piala Presiden 2015 sebagai salah satu prestasi Djanur sebagai pelatih Persib. Belum lagi kalau ditambahkan bumbu rivalitas antar suporter yang menggambarkan Persib meraih gelar juara Piala Presiden 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, yang menjadi kandang rival bagi suporter Persib.
Bagi klub-klub di Indonesia yang juga mengikuti turnamen pramusim, baik manajer, pelatih, dan pemain, mungkin saja turnamen pramusim itu sama seriusnya dengan turnamen atau kompetisi reguler. Sehingga prestasi yang didapatkan jika meraih gelar juara turnamen pramusim akan dicatat sebagai sebuah prestasi. Mungkin lho yaa...
Oleh karena itu, bermain di turnamen pramusim pun dilakukan oleh tim-tim peserta dengan 'seserius mungkin'. Bahkan dengan resiko mendapat cedera sekalipun.
Nah, bermain serius itu pun akhirnya juga terbawa ke pertandingan---yang seharurnya menjadi fun football--yang kebetulan digelar di tengah-tengah penyelenggaraan Piala Presiden, yang bertajuk Trofeo Ronaldinho. Di pertandingan segitiga yang melibatkan RANS Nusantara FC, Arema FC, dan Persik Kediri dan dihadiri oleh mantan pemain timnas Brazil Ronaldinho---dan juga ikut bermain---ini, para pemain yang berlaga justru menerapkan permainan serius,
Pemain RANS dan Persik, malah seolah ingin pamer kemampuan di hadapan Ronaldinho, dan bermain serius layaknya kompetisi Liga 1, bahkan dibumbui pelanggaran keras pula. Laga ini pun berakhir dengan cibiran netizen di media sosial.
Dan makin hilanglah nuansa fun football dalam trofi Ronaldinho, setelah Persik Kediri mengembalikan "Piala Trofeo Nusantara with Ronaldinho" kepada panitia penyelenggara.Â
Berawal dari pernyataan subjektif Chairman RANS Nusantara Rudy Salim usai pertandingan yang menilai Persik Kediri menerapkan permainan 'adu kung fu', manajemen Persik dalam unggahan di media sosialnya menyatakan keberatan dengan pernyataan Rudy sebagai opini sepihak tanpa melihat statistik yang sebenarnya.
Karena ketersinggungan itu, Persik pun memutuskan untuk mengembalikan piala yang telah mereka raih dalam "fun football" itu.
bola Indonesia lagi. Mungkin lebih tepatnya ingin menunjukkan ke Ronaldinho kalau orang Indonesia suka nonton sepakbola langsung di stadion. Apalagi sekarang stadion sudah terbuka lagi untuk penonton setelah sempat ditutup di masa pandemi.
Pengembalian trofi ini seolah jadi sebuah perwujudan kata-kata Raffi Ahmad dalam wawancara di akhir pertandingan. Raffi dengan santai mengatakan Trofeo Ronaldinho bukan mencari menang kalahnya, tapi bagaimana menggairahkan sepak