Denny  Siregar sekarang berada di ujung yang benar dalam budaya masarakat kita. Karena sekarang dia berada dalam posisi yang dizalimi dalam sebuah "jaringan" yang membuka data pribadinya. Sesuatu yang dari segi apapun tidak bisa dibenarkan.Â
Akan banyak yang merasakan kecemasan pada titik  yang sama, data pribadinya dibocorkan ke publik. Sehingga mayoritas kita bisa merasakan perasaan yang sama dengan Denny Siregar, walaupun dalam cara berkomunikasi tidak bisa menerima cara Denny menyampaikan sesuatu,
Jika sebelumnya Denny Siregar banyak disebut dengan ucapannya yang kurang sepatutnya kepada anak-anak, sekarang dia akan lebih sering disebut sebagai "korban".Â
Benar ternyata ada sikap ekstrem yang menggunakan segala cara untuk membungkam rivalnya. Bahkan isu tuntutan santri Tasikmalaya akan semakin memudar.Â
Kecuali jika polisi menemukan aspek pelanggaran yang sangat kuat dari Denny Siregar, Â kemudian mengambil langkah hukum, seperti meminta keterangan sampai kemudian menjadikannya sebagai tersangka.Â
Polisi harus berhati-hati karena saat yang bersamaan Denny Siregar menjadi sosok yang "dizalimi" dalam kasus bocornya data pribadinya. Yang memungkin akan mendapatkan banyak dukungan moral, dan sikap pembocoran data itu sebagai indikator sayap ekstrem sebagai yang dilawan Denny benar-benar ada, dengan cara mengabaikan jalur hukum.
Jika dengan pembocaran data ingin menghancurkan "citra" Denny Siregar, maka cara itu merupakan sebuah kesalahan. Justru dengan membawa "keluarga" Denny dalam konflik akan mengundang simpati dari berbagai kalangan.Â
Sekarang, pembicaraan di medsos yang menarik menjadi bagaimana melindungi data konsumen. Bisa jadi data yang kita serahkan, bisa dicuri seseorang, dan dengan orang tersebut akan dengan mudah membidik kita. Â Dan sangat mungkin data itu bisa digunakan untuk aksi kejahatan.
Masih ingat dalam ingatan kita bocornya data  15 pengguna Tokopedia. Yang menjadi fakta bahwa datang seseorang belum aman perlu adanya perlindungan yang lebih baik Apa ganti rugi yang bisa diberikan jika data saya dibocorkan!?Â
Padahal data yang diberikan sebagai sebuah keharusan untuk mendapatkan layanan tertentu. Bukankah konsumen yang telah berhak mendapat sebuah perlindungan hukum, biar merasakan aman saat melakukan kegiatan.
Ada efek bola salju dalam bocornya data pribadi Denny Siregar. Â
Pertama, Salah satu dari efek bola saljunya yang bagi telkomsel sendiri, untuk memberikan penjelasan dan mempertanggungjawabkan mulai sistem sampai pada pegawa-pegawai telkomsel itu, yang sekarang di beberapa kicauan dipengaruhi pemikiran khilafah HTI. Â
Pastilah semua ini dugaan, tetapi telkomsel harus benar-benar kebocoran data itu secara jelas sehingga mudah diterima di masarakat. Apakah kesalahan internal, yang tentu harus segera dipertanggung jawabkan.
Kedua, dari segi hukum. Masarakat ingin melihat, sejauhmanakah hukum di Indonesia menyikapi kebocoran data pelangggannya.Â
Bagaimana polisi menindaklanjuti laporan dari korban yang datanya direntas dan disebarkan di publik, yang mempunyai implikasi sosial, keluarga yang "merasa" terancam atau setidak-tidaknya berkurangnya rasa nyaman keluarga tersebut. Â
Jika mempunyai anak usia sekolah, bagaimana kondisi psikologis anak tersebut? Â Jika dalam kondisi seperti bisakan, menuntut secara pidana maupun perdata.
Ketiga, efek ke perundangan kita. Apakah sudah ada undang-undang yang melindungi. Jika tidak, urgen sekali dibentuk UU yang melindungi hak konsumen.Â
Ini sangat mendesak sekali. Perlindungan terhadap konsumen akan memberikan kenyamanan bagi kita semua, karena kita semua jelas adalah bagian dari konsumen yang berhak mendapatkan perlindungan.
Jika dengan membocorkan data pribadi, dengan tujuan "menghancurkan" Denny Siregar, Â pemikiran seperti adalah pemikiran yang sangat tidak bisa diterima nalar. Justru akan menjadi seperti boomerang yang dilemparkan secara membabi buta, sehingga kembali menyerang diri sendiri. Â
Jika dengan membocorkan data itu sebagai dukungan kepada para santri yang sekarang sedang melaporkan ucapan Denny Siregar, maka kembali lagi terjebak pada pemikiran yang konyol dan tidak masuk akal. Justru dengan meledaknya berita pembocoran data akan menenggelamkan permasalahan hukum tersebut.
Mungkin saja anda tidak setuju dengan sepak terjang Denny Siregar yang suka mengumpat "kadrun", bahkan mungkin juga anda sangat membencinya. Tetapi masalah pembocoran data pribadi yang sangat mungkin membawa efek sosial ke keluarga terutama anak-anak adalah masalah universal, sesuatu yang kita semua tidak akan membenarkannya.Â
Dan pastinya, bertentangan dengan hukum. Akhirnya, Janganlah kebencian kepada seseorang membuat kita bersikap tidak adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H