Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin Stratejik: Keterbatasan Wewenang Atasi Masalah Kompleks

9 Februari 2023   13:04 Diperbarui: 9 Februari 2023   13:11 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai komandan selaku pemimpin stratejik harusnya lebih bijak memahami instruksi berita tersebut dengan menganalisis informasi/instruksi dan fenomena kasus yang terjadi. Atau dengan kata lain harus bersikap kritis, walau secara prosedur dan kewenangan telah dijalankan bahwa tidak ada barang yang diselundupkan di dalam karung pasir, namun fenomena yang berulang perlu dikaji mengapa rombongan tersebut selalu membawa pasir setiap hari. Inilah yang membedakan kualitas apakah dia seorang pemimpin yang berpikir sebagai manajer.

Seorang manajer hanya berfokus dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peran atau tugas yang diterima dan berpikir bagaimana mengelola dengan memberdayakan atau mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki seperti SDM (bawahan), anggaran, prosedur dan metode kerja, dan sebagainya untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif. 

Dalam teori agensi, manajer hanya bertanggungjawab terhadap assignment (tugas dan peran) yang disepakati kepada pemegang saham sebagai stakeholder, misalnya percapaian target benefit atau omzet agar memperoleh keuntungan perusahaan maksimal dengan indikator secara nyata (kuantitatif). 

Akan tetapi berbeda dengan seorang pemimpin dalam organisasi pemerintah, karena tidak kinerja sebagai pertanggungjawaban adalah kinerja pelayanan public berdasarkan target yang ditetapkan (umumnya bersifat kualitatif). pertanggungjawab kepada stakeholder atau masyarakat mungkin tidak secara langsung namun berdasarkan kewenangan secara stratifikasi berjenjang yakni bertanggungjawab kepada atasan langsung dalam organisasi pemerintah. 

Demikian halnya, seorang pemimpin stratejik tidak sekedar berperan sebagai manajer dengan mengoptimalkan sumber daya dan pengaruh lingkungan internal namun harus berpikir secara holistic termasuk lingkungan eksternal yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, bahkan risiko yang terjadi dan cara memitigasinya yang akan terjadi.

Oleh karena itu berdasarkan konsep Max Weber, perbedaan antara Kepemimpinan dan Manajemen mengacu pada kewenangan atau otoritas bahwa kepemimpinan cenderung memiliki waktu yang lebih lama, perspektif yang lebih strategis, dan persyaratan untuk menyelesaikan masalah baru (Bratton et al.  2004). 

Jika berdasarkan perspektif kontekstual, maka manajemen seakan menjadi deja  vu (melihat hal sebelumnya), sedangkan kepemimpinan berfokus pada vu jd (belum pernah melihat hal tersebut sebelumnya) (Weick 1973).

  • Masalah Kompleks dan Keterbatasan Wewenang 

Berdasarkan kewenangan yang dimiliki antara Manajer dan Pemimpin juga mempengaruhi dengan pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang memiliki kepastian atau ketidakpastian.  Berkaitan dengan masalah, Grint (2005) menjelaskan bahwa masalah dapat bersifat masalah jinak dan jahat (wicked problem). 

Masalah Jinak adalah masalah yang biasa terjadi, walau mungkin terlihat rumit, tetapi dapat diselesaikan melalui tindakan unilinear dan kemungkinan mengacu pada pengalaman telah terjadi sebelumnya (empiris). Pendekatan masalah dapat mempertimbangkan konsep F.W. Taylor sebagai pencetus Manajemen Ilmiah yakni dengan menerapkan sains atau metode ilmiah dengan benar dan akan memperoleh solusi terbaik.

Permasalahan yang rumit atau kompleks sekali pun dapat diselesaikan atau dapat dibakukan dalam bentuk Standar Operasional dan Prosedur (SOP), sehingga setiap permasalahan dapat ditangani dengan mudah. Berbeda halnya dengan Masalah jahat (Wicked Problem), selain permasalahan lebih kompleks dan tidak hanya rumit, bahkan dalam menguraikan masalah tidak ditemui hubungan yang jelas antara sebab dan akibatnya. 

Yang dimaksud dengan masalah jahat (wicked problem), selain dalam pengambilan keputusan bersifat dilematis karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dari kedua pertimbangan. Bahkan, karena ketidaklengkapan (keterbatasan) informasi atau kondisi yang penuh ketidakpastian, hasil kebijakan atau keputusan tersebut tidak memecahkan masalah, justru bisa menimbulkan masalah baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun