Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jerihmu Tak Dihargai

28 Januari 2023   21:24 Diperbarui: 28 Januari 2023   21:35 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bilur peluh jadi meluruh,
Telapak tangan melepuh.
Tiada lagi kata keluh,
Gulati tanah tuk dibasuh.

Musim semi telah dilewati,
Rerumputan harus disiangi.
Tersembul bulir padi memutih,
Tersenyum rezeki yang dinanti.

Panas terik tak diperduli,
Hasil panen mulai ditumpuki.
Burung kenari ikut bernyanyi,
berjejer karung panen berdiri.

Namun kau merasa sedih,
Hasil jerihmu tak dihargai.
Mengapa kala panen tiba,
Harga tak sepadan jerih payah.

Anaknya selusuri di media informasi,
Cari tahu penyebab yang terjadi.
Bukan saja impor patut disalahi,
Masyarakat kini mulai tak suka nasi.

Telapak tangan mulai melepuh,
Belum juga menjadi sembuh.
Namun kau tetap saja bertahan,
Karena keluarga butuh makan.

Bekasi, 14/1/23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun