Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Kyai dan Santri Digital untuk Menjawab Perubahan Sosial di Era Terkini

24 Januari 2023   10:42 Diperbarui: 24 Januari 2023   10:51 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pengantar

Wakil Presiden-RI, KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa para dai, kiai, dan ulama memiliki tugas, peran dan tanggung jawab yang tidak ringan, sebagai penerus Rasulullah dalam mendakwahkan Islam. Selain itu, kapasitas dai dan ulama dibutuhkan dalam mencegah berita bohong (hoaks) dan provokasi di tengah masyarakat. 

Salah satu caranya, dengan menyusun strategi dakwah yang mampu merambah dunia digital. Hal tersebut dikatakan beliau dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) ke-2 yang bertajuk Menguatkan Dakwah Islam Rahmatan Lil'alamin untuk Sinergi Umat dan Bangsa Menuju Indonesia Maju secara daring di Jakarta, (20 Januari 2023).

Pesantren sudah seharusnya selalu mengikuti perubahan zaman yang sangat kompleks dari masa ke masa, dengan perubahan semacam ini menjadi hal positif bagi masyarakat dalam pendidikan Islam. (Mohammad Darwis, 2020). Pesantren sudah seharusnya dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, seperti kemajuan teknologi dan informasi. Sebagai lembaga yang sudah banyak memberikan kontribusi terhadap masyarakat, pesantren harus terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi dan informasi agar terus berkembang dan memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitarnya.

B. Perkembangan Modernisasi Dunia Pesantren

Pesantren sering kali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang kuno atau klasik sebagai tempat untuk mempelajari agama Islam semata dan terbatas hanya ilmu fiqih, tafsir, hadits, dan tasawuf. Akan tetapi berbeda dengan keadaan sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren telah mengalami transformasi yang signifikan. Pada saat ini dapat kita jumpai, pesantren sudah mengalami intergrasi ilmu secara komprehensif .(M. Falikul Isbah, 2020).

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam mencerdasakan kehidupan bangsa.( Herman, Sejarah Pesantren Di Indonesia, 2013). Pesantren di Indonesia sudah ada dari zaman Kapitayan, sebelum hadirnya agama-agama besar di Nusantara. seperti agama Hindu, Budha dan Islam. Pada zaman Walisongo, pesantren yang sebelumnya bernuansa Hindu-Budha mulai mendapatkan nuansa Islam. (Said Aqil Siroj, 2015).

Dilihat dari ilmu pengetahuan yang diajarkan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman yakni (1) pesantren tradisional (salafiyah), yaitu pondok pesantren yang mengembangkan ilmu pengetahuan menggunakan cara tradisional dengan mengajarkan kitab abad ke 15 M menggunakan bahasa Arab. (2) Pesantren modern (khalafiyah) yakni pondok esantren yang tidak lagi mengunggulkan kitab-kitab klasik dan mengubah sistem tradisi pesantren menjadi lebih kompleks seiring perkembangan masyarakat Indonesia. (3) Pondok pesantren komprehensif yakni pondok pesantren yang menggabungkan sistem salafiyah dan khalafiyah.

Perubahan sosial dalam teknologi di pondok pesantren berkembang sangat cepat karena basic culture. Maka, tingkat perkembangan yang cepat akan jauh meninggalkan kebudayaan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Ougburn yang dianggap culture-lag atau ketertinggalan budaya (J Dwi Narwoko dan B Suyatno, 2014). 

Pondok pesantren sering dikatakan tempat pendidikan yang klasik dan kuno, dan sering memiliki konsep ketertinggalan budaya. pada saat ini pondok pesantren cukup tanggap dalam menjawab perubahan zaman yang serba digital. Hal semacam ini terbukti dari perubahan sosial dalam teknologi. Pertama, teknologi meningkatkan alternatif-alternatif baru bagi manusia. Kedua, teknologi mempengaruhi pola interaksi dalam dunia digital. Ketiga, introduksi teknologi menggabungkan dari beberapa pola.

C. Peran Kyai Muda Membangun Digitalisasi Pesantren

Terkait dengan pembahasan tentang pesantren dan modernisasi, terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang peneliti temuka. Menurut M. Shodiq bahwa perubahan sosial dikalangan santri dalam dunia digital merupakan kegiatan yang sangat baru, karena aktivitas santri masih menggunakan kegiatan fisik yang kuno dan tradisional. 

Pada era sekarang aktivitas manusia mulai dipindahkan dalam digitalisasi, mulai dari belajar, bekerja bahkan belanja sudah menggunakan digital. Selanjutnya oleh Umiarso El-Rumi, ia berpendapat bahwa Kiyai muda merupakan regenerasi dalam penyebaran agama Islam dengan metode pembaruan sesuai dengan fase kehidupan (Umiarso El-Rumi, 2020).

Kehidupan dalam dunia pesantren terdapat empat unsur yang sangat penting, yakni Kiyai atau pengasuh pondok pesantren selaku pemilik pondok pesantren. Santri, yakni orang yang menimba ilmu di dalam pesantren. Selain itu, pesantren juga memiliki referensi atau rujukan ilmu pengetahuan sebagai bahan ajar yang biasanya menggunakan kitab kuning. Unsur yang tidak kalah penting dalam kehidupan pesantren ialah asrama, atau tempat tinggal para santri di dalamnya (Hasbi Indra, 2019)

Kyai merupakan simbol yang melekat dalam agama Islam yang ada di Indonesia. Menurut Zamakhsyari Dhofier istilah kyai merupakan gelar kehormatan yang memahami agama Islam dan seorang pemimpin dalam pesantren yang diberikan oleh masyarakat. Gelar kehormatan ini diperoleh dengan beberapa syarat diantaranya : (1) mengamalkan ilmu yang dimiliki, (2) menyebarkannya, (3) tekun beribadah, (4) memiliki jama'ah dan santri (pesantren) binaan, dan (5) mengabdikan ilmu dan kehidupannya untuk syiar agama.

Kyai secara sosiologis memiliki peran penting sebagai fungsi kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat. Misalnya memberikan bimbingan atau arah pada proses pemberian hak waris, tradisi, nilai, norma dan pengetahuan dalam hubungan bermasyarakat (Luthfi Salim, 2020). Kyai muda tidak lepas dari kata generasi muda yang memiliki posisi strategis dalam menjawab perubahan sosial, karena generasi muda adalah penerus atau pewaris bangsa.

Baik buruknya suatu bangsa masa mendatang tergantung dari generasi mudanya yang memiliki kepribadian yang kokoh, semangat nasionalisme dan karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya (nation and character ) (Agil naggala, 2020). Generasi muda sudah seharusnya paham dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi dalam upaya membangun suatu bangsa, karena generasi muda meiliki gagasan dan fikiran positif untuk berkreasi yang akan menciptakan karya-karya monumental (Yusep Mulyana, 2020).

D. Peran Santri Milenial Mengadopsi Perubahan Jaman

Menurut KH. Abdussalam Shohib, pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif mengungkapkan bahwa di era milenial, santri harus bisa membuat terobosan-inovasi yang bermanfaat. Hal tersebut dikatakan pada acara Talkshow Kepemudaan, "Santri Milenial: Literasi dan Deradikalisasi" yang diselenggarakan di Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, (18 Maret 2017).

Selain itu, KH. Abdussalam Shohib,  mengatakan bahwa pada era sekarang ini, santri harus mau ngaji, ngopi dan ngayomi. Dalam artian, harus siap belajar dan menjaga khazanah pesantren, harus mau ngopi untuk diskusi serta bercengkerama dengan teman-teman dan masyarakat, yang tidak kalah penting santri harus mau mengayomi," ungkap Gus Salam.

Santri saat ini merupakan bagian dari generasi milenial yang tentunya tidak terlepas dari karakteristik generasi milenial itu sendiri. Sebagai generasi yang lahir dalam kurun tertentu, sebagai Generasi Milenial Nusantara minimal ada tiga karakteristik yang harus dimiliki yaitu confidence (percaya diri) creative (karya akan ide dan gagasan), dan connected (pandai bersosialisasi dalam berbagai komunitas). Karakteristik ini yang tentu juga dimiliki oleh santri zaman now sebagai bagian dari santri milenial.

Selanjutnya, ada tiga hal pula yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan diri agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia berdasarkan realitas yang ada yakni:

  • Pertama, santri harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar kritis dalam menyikapi setiap persoalan yang ada. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengutip sebuah hadits yang mengatakan bahwa: "Sesungguhnya kalian berada di zaman fuqaha (ahli ilmu), ahli baca al-Quran, dan ahli pidato. Maka amal pada zaman ini lebih baik dari pada ilmu. Dan akan datang kepada manusia zaman di mana sedikit fuqaha, banyak qurra, dan khutoba. Maka, ilmu pada zaman ini lebih baik dari pada amal.
  • Kedua, santri harus mempersiapkan diri agar memiliki entrepreneur skill yang mumpuni dan tampil dalam melihat peluang bisnis yang sangat besar. Menjamurnya start up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspons juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, tetapi juga harus sukses juga dalam bidang entrepreneur.
  • Ketiga, di era milenial ini santri harus bisa berdiri di atas keteguhan dan keistikomahan dalam memegang prinsip dan karakteristik santri. Maraknya kenakalan remaja, kasus kriminal, dan merosotnya moral para pelajar di Indonesia yang diakibatkan kurangnya pendidikan berbasis karakter seharusnya tidak dialami oleh santri.

Beberapa kegiatan dan program pengembangan ilmu pengetahuan santri sudah banyak yang mengarah pada upaya kreatif dalam teknologi. Saat ini, sudah banyak santri yang bermunculan dan viral di media sosial dengan konten khas ala santri. Karena dibekali sarana dan ilmu pengetahuan teknologi, saat ini sudah banyak santri yang menjadi content creator dengan menyajikan video berbeda dari lainnya. Selain mahir dahalm dunia content creator santri juga sudah banyak yang fasih menjadi penulis yang menghujani media masa maupun media online saat ini.

E. Penutup

Demikian paparan mengenai peran Kyai Muda dan Santri Milenial untuk dapat menjawab tantangan dan perubahan sosial di era teknologi dan banjirnya informasi saat ini untuk mencoba mengimbangi isu berita negative (hoax) dan provokasi yang beredar dimasyarakat, dengan memberikan kontribusi positif dengan metode pemabaharuan sesuai fase kehidupan.

Kyai dan Santri Muda harus mampu mengemban Amanah sebagai generasi milenial dengan menguasai ilmu pengetahuan teknologi dalam upaya membangun suatu bangsa, karena generasi muda memiliki gagasan dan fikiran positif untuk berkreasi yang akan menciptakan karya-karya monumental. Selain itu, baik buruknya suatu bangsa masa mendatang tergantung dari generasi mudanya yang memiliki kepribadian yang kokoh, semangat nasionalisme dan karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun