C. Peran Kyai Muda Membangun Digitalisasi Pesantren
Terkait dengan pembahasan tentang pesantren dan modernisasi, terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang peneliti temuka. Menurut M. Shodiq bahwa perubahan sosial dikalangan santri dalam dunia digital merupakan kegiatan yang sangat baru, karena aktivitas santri masih menggunakan kegiatan fisik yang kuno dan tradisional.Â
Pada era sekarang aktivitas manusia mulai dipindahkan dalam digitalisasi, mulai dari belajar, bekerja bahkan belanja sudah menggunakan digital. Selanjutnya oleh Umiarso El-Rumi, ia berpendapat bahwa Kiyai muda merupakan regenerasi dalam penyebaran agama Islam dengan metode pembaruan sesuai dengan fase kehidupan (Umiarso El-Rumi, 2020).
Kehidupan dalam dunia pesantren terdapat empat unsur yang sangat penting, yakni Kiyai atau pengasuh pondok pesantren selaku pemilik pondok pesantren. Santri, yakni orang yang menimba ilmu di dalam pesantren. Selain itu, pesantren juga memiliki referensi atau rujukan ilmu pengetahuan sebagai bahan ajar yang biasanya menggunakan kitab kuning. Unsur yang tidak kalah penting dalam kehidupan pesantren ialah asrama, atau tempat tinggal para santri di dalamnya (Hasbi Indra, 2019)
Kyai merupakan simbol yang melekat dalam agama Islam yang ada di Indonesia. Menurut Zamakhsyari Dhofier istilah kyai merupakan gelar kehormatan yang memahami agama Islam dan seorang pemimpin dalam pesantren yang diberikan oleh masyarakat. Gelar kehormatan ini diperoleh dengan beberapa syarat diantaranya : (1) mengamalkan ilmu yang dimiliki, (2) menyebarkannya, (3) tekun beribadah, (4) memiliki jama'ah dan santri (pesantren) binaan, dan (5) mengabdikan ilmu dan kehidupannya untuk syiar agama.
Kyai secara sosiologis memiliki peran penting sebagai fungsi kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat. Misalnya memberikan bimbingan atau arah pada proses pemberian hak waris, tradisi, nilai, norma dan pengetahuan dalam hubungan bermasyarakat (Luthfi Salim, 2020). Kyai muda tidak lepas dari kata generasi muda yang memiliki posisi strategis dalam menjawab perubahan sosial, karena generasi muda adalah penerus atau pewaris bangsa.
Baik buruknya suatu bangsa masa mendatang tergantung dari generasi mudanya yang memiliki kepribadian yang kokoh, semangat nasionalisme dan karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya (nation and character ) (Agil naggala, 2020). Generasi muda sudah seharusnya paham dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi dalam upaya membangun suatu bangsa, karena generasi muda meiliki gagasan dan fikiran positif untuk berkreasi yang akan menciptakan karya-karya monumental (Yusep Mulyana, 2020).
D. Peran Santri Milenial Mengadopsi Perubahan Jaman
Menurut KH. Abdussalam Shohib, pengasuh Pesantren Mamba'ul Ma'arif mengungkapkan bahwa di era milenial, santri harus bisa membuat terobosan-inovasi yang bermanfaat. Hal tersebut dikatakan pada acara Talkshow Kepemudaan, "Santri Milenial: Literasi dan Deradikalisasi" yang diselenggarakan di Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, (18 Maret 2017).
Selain itu, KH. Abdussalam Shohib, Â mengatakan bahwa pada era sekarang ini, santri harus mau ngaji, ngopi dan ngayomi. Dalam artian, harus siap belajar dan menjaga khazanah pesantren, harus mau ngopi untuk diskusi serta bercengkerama dengan teman-teman dan masyarakat, yang tidak kalah penting santri harus mau mengayomi," ungkap Gus Salam.
Santri saat ini merupakan bagian dari generasi milenial yang tentunya tidak terlepas dari karakteristik generasi milenial itu sendiri. Sebagai generasi yang lahir dalam kurun tertentu, sebagai Generasi Milenial Nusantara minimal ada tiga karakteristik yang harus dimiliki yaitu confidence (percaya diri) creative (karya akan ide dan gagasan), dan connected (pandai bersosialisasi dalam berbagai komunitas). Karakteristik ini yang tentu juga dimiliki oleh santri zaman now sebagai bagian dari santri milenial.