A. Pengantar
Wakil Presiden-RI, KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa para dai, kiai, dan ulama memiliki tugas, peran dan tanggung jawab yang tidak ringan, sebagai penerus Rasulullah dalam mendakwahkan Islam. Selain itu, kapasitas dai dan ulama dibutuhkan dalam mencegah berita bohong (hoaks) dan provokasi di tengah masyarakat.Â
Salah satu caranya, dengan menyusun strategi dakwah yang mampu merambah dunia digital. Hal tersebut dikatakan beliau dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) ke-2 yang bertajuk Menguatkan Dakwah Islam Rahmatan Lil'alamin untuk Sinergi Umat dan Bangsa Menuju Indonesia Maju secara daring di Jakarta, (20 Januari 2023).
Pesantren sudah seharusnya selalu mengikuti perubahan zaman yang sangat kompleks dari masa ke masa, dengan perubahan semacam ini menjadi hal positif bagi masyarakat dalam pendidikan Islam. (Mohammad Darwis, 2020). Pesantren sudah seharusnya dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, seperti kemajuan teknologi dan informasi. Sebagai lembaga yang sudah banyak memberikan kontribusi terhadap masyarakat, pesantren harus terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi dan informasi agar terus berkembang dan memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitarnya.
B. Perkembangan Modernisasi Dunia Pesantren
Pesantren sering kali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang kuno atau klasik sebagai tempat untuk mempelajari agama Islam semata dan terbatas hanya ilmu fiqih, tafsir, hadits, dan tasawuf. Akan tetapi berbeda dengan keadaan sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren telah mengalami transformasi yang signifikan. Pada saat ini dapat kita jumpai, pesantren sudah mengalami intergrasi ilmu secara komprehensif .(M. Falikul Isbah, 2020).
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam mencerdasakan kehidupan bangsa.( Herman, Sejarah Pesantren Di Indonesia, 2013). Pesantren di Indonesia sudah ada dari zaman Kapitayan, sebelum hadirnya agama-agama besar di Nusantara. seperti agama Hindu, Budha dan Islam. Pada zaman Walisongo, pesantren yang sebelumnya bernuansa Hindu-Budha mulai mendapatkan nuansa Islam. (Said Aqil Siroj, 2015).
Dilihat dari ilmu pengetahuan yang diajarkan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman yakni (1) pesantren tradisional (salafiyah), yaitu pondok pesantren yang mengembangkan ilmu pengetahuan menggunakan cara tradisional dengan mengajarkan kitab abad ke 15 M menggunakan bahasa Arab. (2) Pesantren modern (khalafiyah) yakni pondok esantren yang tidak lagi mengunggulkan kitab-kitab klasik dan mengubah sistem tradisi pesantren menjadi lebih kompleks seiring perkembangan masyarakat Indonesia. (3) Pondok pesantren komprehensif yakni pondok pesantren yang menggabungkan sistem salafiyah dan khalafiyah.
Perubahan sosial dalam teknologi di pondok pesantren berkembang sangat cepat karena basic culture. Maka, tingkat perkembangan yang cepat akan jauh meninggalkan kebudayaan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Ougburn yang dianggap culture-lag atau ketertinggalan budaya (J Dwi Narwoko dan B Suyatno, 2014).Â
Pondok pesantren sering dikatakan tempat pendidikan yang klasik dan kuno, dan sering memiliki konsep ketertinggalan budaya. pada saat ini pondok pesantren cukup tanggap dalam menjawab perubahan zaman yang serba digital. Hal semacam ini terbukti dari perubahan sosial dalam teknologi. Pertama, teknologi meningkatkan alternatif-alternatif baru bagi manusia. Kedua, teknologi mempengaruhi pola interaksi dalam dunia digital. Ketiga, introduksi teknologi menggabungkan dari beberapa pola.