Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Baya dan Dompet Tebalnya

24 Oktober 2022   07:02 Diperbarui: 24 Oktober 2022   07:19 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pria Baya dan Dompet Tebalnya

Dubrak....Tersentak aku dari kantukku dari semilir terobosan semilir angin jendela bus kota. Tetiba seorang separuh baya duduk disampingku. Disaat itu, bus tingkat merupakan ikon kendaraan transportasi Jakarta. Aku begitu bangga dan senang dan naik bis kota di tingkat atas untuk menikmati pemandangan kota. Namun semilir angin jendela bis membuat diriku tertidur dengan begitu nyenyak.


Kupandangi sekilas bapak yang duduk di sampingku, tanpa ucap maaf apalagi salam, dia duduk begitu saja seenaknya. Nampak ternampak dari wajahnya ada suara nafas tersengal seolah diburu sesuatu. Sesekali ia menyeka keringat yang ada didahi dengan jemarinya, padahal udara begitu sejuk di dalam bis dengan angin semilir berasal dari jendela samping bis.

*******


Tersentak kembali tatkala aku melihat ada sesuatu yang menyembul dari balik pahanya, ada topi yang terduduki, namun terlihat sebuah dompet dan menyembul beberapa lembaran uang di dalamnya. Dia pun segera menoleh kepada ku dengan mata sedikit curiga dan sedikit menyeramkan dengan cambang yang memenuhi sebagain mulut dan dagunya.


Dengan serta merta aku pun beringsut menggeser tubuhku ke arah jendela bis dan pura-pura tertidur Kembali. Hati ku berdegub begitu kencang melihat peristiwa tersebut dan seolah meraba dan berpikir siapakah gerangan bapak yang duduk disampingku. Mengapa dompet tebal berada dalam topi dan harus diduduki?. Bukankah dompet seharusnya berada dalam saku celana belakang?.

*******


Hah?..... jangan-jangan, bapak itu seorang pencopet. Ya benar!, pria yang duduk disampingku adalah pencopet, dia telah berhasil mengambil dompet dengan sigap dari salah satu penumpang bis. Kalau memang benar dia seorang pencopet, apa tindakan ku saat ini, haruskah aku berteriak..? Pikiranku semakin kalut dan mencoba berpikir dalam tidur kepura-puraan ku.


Aku pun pura-pura terbangun dengan sedikit menggeliatkan badanku yang tidak pegal serta merapikan dudukku kembali. Namun, aku segera merapatkan tas yang berada dalam pelukanku, walau di dalam tas hanya ada beberapa lembaran uang sebagai ongkos dan uang makanku hari ini.


Aku pun pura-pura tak perduli, apalagi bertanya dan menyapa. Sementara pria itu sengaja memperhatikan gerak-gerikku dengan wajah penuh selidik. Dalam geliat badanku seolah aku mencoba untuk menengok ke belakang dan sekelilingku. Apakah dia sendiri, atau ada teman komplotannya?. Namun tak terlihat wajah mencurigakan, hanya ada beberapa pria yang nampak seperti pekerja kantoran jika melihat pakaian yang dikenakan. Apakah dia seorang diri?.

*********


Ketika bis mulai berhenti di halte arah jalan Sudirman menuju daerah blok M, merupakan wilayah pusat daerah bisnis Jakarta. Disana banyak perkantoran elite dengan usaha bisnis dan kantor perbankan, wilayah Sudirman merupakan jantung kota ekonomi Indonesia. Tetiba pria itu berdiri dan topinya yang berisi dompet tebal ditutupi oleh jaket yang tak dikenakan. Pria itu segera bergegas setengah berlari ke belakang menuju tangga Bis ke bawah, nampaknya dia segera turun di daerah tersebut.


Dari jendela bis aku melihat ke bawah, ternampak pria yang duduk di sampingku sedang turun dan berjalan di trotoar sisi jalan. Dan aku merasa kaget sekali, pria itu berjalan diiringi dengan beberapa temannya, dan ku hitung sebanyak enam orang, pria-pria dengan berpakaian necis seperti layaknya orang kantoran. Baru tersadar, ternyata seorang pencopet tak seperti yang kubayangkan selama ini, berpakaian lusuh dengan wajah cukup menyeramkan.


Aku segera menghela nafas lega setelah pria itu pergi dari tempat dudukku. Ku berpikir, pastinya pria yang tadi duduk disampingku seorang ketua kelompok, topi yang berisi dompet tebal adalah hasil operasi teman-temannya dan segera menyerahkan kepadanya dan segera naik ke tingkat atas bis serta duduk disampingku. Pria-pria yang berparas muda dan berpakaian necis seperti layaknya orang kantoran adalah anak buahnya yang menjalankan operasi pencopetan. Mungkin juga mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan dan daerah operasinya.

***********


Tak terbayang seandainya aku tadi berteriak di dalam bis untuk memberitahukan bahwa pria yang duduk disebelahku adalah seorang pencopet. Seandainya jika aku tidak berpikir dengan respon cepat, seolah-olah ingin bersikap pahlawan untuk menentang kejahatan, bak seperti film atau cerita-cerita heroik. Tak terbayangkan.....


Aku hanya sedang membayangkan, betapa sedih dan kalutnya orang yang menjadi korban dengan dompet berisi uang lembaran cukup tebal. Mungkin saja sang korban adalah orang kaya, namun selain uang pastinya ada beberapa kartu-kartu yang cukup penting di dalamnya. Betapa repotnya sang korban akan melapor kepada polisi, jika dia berkenan, untuk melaporkan kehilangan dompetnya.


Minimal dia perlu melaporkan kepada polisi, karena untuk mengurus kembali kartu-kartu penting nantinya. Ahh... sudahlah, kejadian itu sudah berlalu. Walau dalam hati ada sedikit penyesalan karena ketidak-beranianku mengungkapkan kejahatan. Namun seolah termaafkan karena sikap diam menyelamatkan jiwaku, setelah melihat bahwa sang pencopet itu tidak sendirian. Setengah berbisik... ku sampaikan salam maaf pada sang bayu, mengingat kesedihan atas musibah yang terjadi pada sang pemilik dompet.


Bekasi tengah malam, 21/10/22, @Cakbro
#MengingatKejadianSilamAtasKejahatan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun